*****Hari ini, seperti biasa, kantin begitu ramai dipenuhi oleh para siswa dan siswi yang ingin makan, minum, ataupun sekedar duduk - duduk di kantin. Banyak diantara mereka telah antri untuk membeli makanan dan minuman, dan ada juga yang mencari tempat untuk mereka makan.
Dila menghembus nafasnya pelan, suara bising yang diciptakan oleh orang - orang di sekitarnya membuat ia sedikit terganggu. Ya, ia maklumi itu semua, karena dimana -dimana yang namanya kantin pastinya tidak ada yang sesunyi kuburan. Keadaan kantin yang seperti itu lah yang membuat ia sangat enggan untuk makan di kantin. Ia lebih memilih untuk membawa bekal dan memakan bekalnya sendiri di dalam kelas. Dan kedua temannya juga tidak mempermasalahkannya, apabila Dila tidak ikut makan bersama mereka di kantin.
Tetapi, sepertinya untuk kali ini keadaan akan berbeda. Karena seorang Dila Yathasya yang terkenal paling rajin membawa bekal setiap harinya, harus menerima keadaan bahwa ia tidak membawa bekal dikarenakan Ibunya tidak memasak apa - apa pagi ini, sebab Ibu Dila sedang sakit tidak enak badan alias demam.
Dila tidak mempermasalahkan itu semua. Ia berfikir, tidak ada salahnya kan sekali - sekali makan di kantin? Toh! Kantin dibuat untuk menjadi tempat para istirahat makan siswa dan siswi. So, tidak begitu buruk.
Kembali lagi Dila menghembus nafasnya pelan. Sudah menit ke-10 ia menunggu Vita dan Riska yang sedang memesan makanan untuk mereka. Ia mulai merasa bosan dengan keadaan seperti ini. Duduk sendirian, melirik jam tangan terus menerus, sesekali melihat ke arah Vita dan Riska yang sedang sibuk teriak ke Ibu kantin penjual mie ayam dan bakso yang sangat ramai dipadati oleh para siswa dan siswi, sungguh menyebalkan.
"Ini kapan nyampe makanannya? Keburu masuk nih! Males banget gue jadinya" Dila bermonolog.
Tidak lama kemudian, terlihatlah Vita dan Riska dengan wajah sedikit kesal bercampur lega berjalan ke arah bangku Dila sambil membawa nampan yang berisi 3 mangkok bakso yang di bawa Vita dan 3 gelas teh es yang di bawa oleh Riska. Dan akhirnya, sampailah makanan dan minuman mereka. Tanpa berpikir lama, Riska dan Vita langsung duduk di bangku dengan posisi mereka berhadapan dengan Dila.
"Alhamdulillah..." Wajah Riska berbinar melihat bakso yang ada di hadapannya. Tanpa berbasa basi dengan Dila dan Vita, ia langsung memakan bakso tersebut dengan lahap.
Vita dan Dila hanya melongo melihat Riska yang begitu lahap memakan baksonya.
"Dia udah berapa lama gak makan? 1 Minggu? 1 bulan? Atau 1 tahun? Atau lebih parahnya 1 abad?" Tanya Vita pada Dila.
Dila menggeleng sambil menatap Vita yang sedang melihat Riska makan.
"Perasaan gue, tadi pagi dia udah makan" ucap Dila. Riska hanya menggeleng.
"Daripada kalian ngeliatin gue mulu gak kelar-kelar. Mendingan cepetan habisin makanan kalian, sebelum gue yang habisin!" perintah Riska disela-sela makannya.
Vita dan Dila lantas segera melahap bakso mereka. Bisa rugi mereka jika bakso mereka di santap habis oleh Riska. Jangan sampai itu terjadi.
Keheninganpun melanda ketiga orang tersebut, hanya terdapat suara-suara rusuh kantin dan dentingan sendok serta garpu yang beradu dengan mangkok ataupun piring.
"Eh! Gue tadi rencananya mau ngomelin lu berdua" ucap Dila di sela-sela makannya.
"Mau ngomelin apa?" Tanya Riska santai.
Riska dan Vita sudah mengetahui apa yang akan Dila omelkan kepada mereka. Apalagi jika bukan karena Dila yang terlalu lama menunggu mereka yang memesan makanan di Kantin tadi.
"Kalian tuh lama bang..."
Perkataan Dila terpotong sesaat tanpa sengaja kedua buah bola matanya melihat sesosok orang yang ia rindukan. Kedua bola matanya langsung membulat sempurna ketika orang tersebut berjalan melewatinya menuju meja yang tepat sekali berada di belakang tempat ia duduk.
"Oh my!!!!!!" Dila menjerit tertahan sambil membungkam mulutnya sendiri.
Dila sungguh tidak menyangka akan dikagetkan dengan situasi seperti ini. Dimana situasi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Orang ia suka ternyata sekarang berada tepat di belakangnya. Dila masih menjerit tertahan menyembunyikan rasa bahagianya.
Riska dan Vita membatalkan niat mereka untuk menyuapkan sesendok bakso yang sudah siap berada tepat di depan mulut mereka, saat melihat keadaan Dila yang seperti itu.
"Ini anak.." ucap Riska menggelengkan kepalanya.
"Istighfar Dil!" Ucap Vita sambil menepuk pundak Dila lumayan keras.
"Eh? Apaan sih! Emang Lo kira gue kerasukan? Mana Lo nepuk pundak gue lumayan keras lagi, sakit tau!" Dila mengerucutkan bibirnya kesal.
"Lagian Lo juga, lebay banget" kata Riska dengan memutar bola matanya malas. Kemudian memakan bakso kembali dengan lahap.
"Ya elah.... Kalian gk bisa banget lihat gue seneng. Kalian pada tau kan? Dia sekarang ada di belakang gue. Catet! Di b e l a k a n g g u e!" Dila berbisik kepada kedua teman somplaknya itu.
"Ya kita tau, gak usah di tekenin juga tuh kate-kate mbak" Vita mendengus malas. Ini nih, kalau sudah ketemu doinya. Langsung tuh penyakit lebaynya kambuh. Heran! Sebegitu bahagianya seorang Dila Yasthasya bisa bertemu "sang doi tercintah".
"Guys!! Gue serasa gak bisa bernafas. Huh..huh...huh...huh.... Tahan Dila, gak boleh mati sekarang, Lo harus nikah dan hidup bahagia dulu sama doi Lo" Dila berbisik pada dirinya sendiri. Sedangkan kedua temannya saling berpandangan heran melihat tingkah laku temannya itu sambil menggelengkan kepala.
"Udah deh ya! Mendingan sekarang Lo habisin tuh makanan. Bentar lagi juga mau masuk" kata Riska mengingatkan.
Dila hanya senyum-senyum menanggapi perkataan Riska dan segera memakan makanannya dengan hati yang berbunga-bunga. Ditambah lagi mendengar suara indah dan gelak ketawa yang renyah dari Doi membuat Dila semakin tidak dapat menyembunyikan wajah bahagianya itu. Mendengar suaranya dan juga memandang dari jauh saja sudah membuat Dila bahagia, apalagi bila suatu saat nanti ia bisa mengobrol langsung dengan Doi. Tentunya itu menjadi hari paling bahagia bagi seorang Dila Yasthasya. Ia tak sabar menunggu suatu saat itu tiba. Membayangkannya saja sudah membuat Dila tak berhenti-henti sedari tadi tersenyum, hingga kedua temannya memutar bola mata mereka malas melihat lagi dan lagi tingkah laku Dila yang sedang di mabuk kasmaran tersebut.
"Gini amat ya efek di mabuk cinta, sampe gue gak bisa bedain lagi antara orang gila sama orang yang di mabuk cinta. Soalnya, sama-sama geser semua" bisik Riska sambil bergerak ngeri membayangkan efek dari mabuk cinta ini.
"Sembarang ngomong aja Lo!" Vita memandang horor ke arah Riska sambil memukul bahunya keras. Bisa-bisanya dia menyamakan Dila dengan orang gila.
Sedangkan yang dipandang oleh Vita hanya menyengir tanpa bersalah.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka pun menghabisi makanan mereka. Dan dengan waktu yang tersisa sedikit karena 2 menit lagi akan masuk ke kelas. Maka dengan tergesa mereka membayar bakso tersebut dan segera berlari menuju kelas. Sebenarnya mereka tadi sempat bertengkar kecil dengan Dila, dikarenakan Dila belum mau untuk ke kelas. Biasa, doi masih di kantin. Jadi, dia masih ingin berlama-lama dulu berada di dekat doi. Namun, dalam keadaan yang tidak tepat membuat Dila akhirnya mengalah dan memilih untuk kembali ke kelas bersama Riska dan Vita. Jika saja jam setelah istirahat bukan jadwal mengajar Ibu Brianti, yang dimana guru yang sangat terpopuler di sekolah dengan tindakan kejamnya itu, tentunya Dila akan memilih untuk tetap di kantin. Dila hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan malas.
***************
Hey!! I come back guys
KAMU SEDANG MEMBACA
ERDE
Teen FictionCerita ini tidak jauh berbeda dari cerita lainnya. Mengisahkan seorang gadis remaja SMA yang menyukai kakak kelasnya.Tidak ada yang spesial. Sebut saja nama perempuan ini Dila Yathasya, seorang gadis remaja biasa yang hanya bisa diam dalam ke...