PROLOGUE

465 80 42
                                    

Wildest Dreams

—Prologue—


song.

I Put A Spell On You by Annie Lennox


SEORANG WANITA DENGAN SUN DRESS HITAM MENYENTUH GELAS PIALA dengan jemari lentiknya yang polos tanpa nail art, lalu lidahnya segera dimanjakan oleh rasa menakjubkan  dari anggur yang terfermentasi itu. Kedua maniknya tak berhenti menatap seseorang yang duduk di balik lilin-lilin kecil yang tertata aesthetic di tengah mereka.


Ketika meletakkan kembali gelas itu ke atas meja, kedua sudut bibirnya tertarik dengan cara paling menggoda sepanjang masa dan itu mengundang si jangkung untuk segera mengecup bibirnya. Menit-menit berikutnya mereka habiskan dengan memandang satu sama lain.


"Delicious," ujar si jangkung tersenyum miring saat wanita di hadapannya menaikkan salah satu alisnya menantang. "Steaknya atau..."


Si jangkung menggeram dalam lantas menahan sesuatu dalam dirinya agar tidak meledak begitu saja. "Can't believe we finally get to have candle light dinner."


Sudahkah wanita itu mengatakan bahwa ia sangat jatuh pada manik bulat bersorot tajam itu?


Tidak menjawab, wanita itu memutuskan untuk jatuh lebih dalam lagi di sana, berenang dalam fantasi akan bibir tebal itu yang berada di atas bibirnya. Tanpa sadar ia menghimpit bibir bawahnya dengan deretan gigi atasnya. Sementara sosok yang ditatapnya itu memejamkan matanya sembari mengambil napas dalam.


"Bukankah aku sudah bilang untuk tidak menggigit bibirmu bagaimanapun caranya?"


Wanita itu tersenyum penuh arti saat suara husky itu mengalun melewati indra pendengarannya. Ia tersenyum puas sebelum berkata, "Kukira kau justru ingin menggigitnya dengan kasar barusan?"


Sosok jangkung itu tampak menahan gejolak dalam tubuhnya saat wanitanya kembali menjepitkan giginya pada bibir penuh itu. Hold on, Park. Hold on. Ia menggeram, pegangannya pada pisau di tangan kanannya mengerat.


"Berhentilah menerima tawaran film dengan Sehun Oh. Terutama jika ada adegan itu."


"Kau cemburu?"


Stephanie Hwang atau Tiffany —wanita itu— tersenyum remeh lalu mengalirkan wine pada tenggorokannya, meninggalkan sedikit rasa pahit di pangkal lidahnya. Atensinya beralih pada pemandangan di balik punggung tegap pria itu—lampu-lampu yang menghiasi Los Angeles di malam hari. Dari ketinggian ini, ia bahkan bisa menjangkau mobil-mobil yang berebut memasuki sebuah pub terkenal di City of Angels ini.


"Jane bilang tidak mudah untuk aktor Asia berhasil di ranah Hollywood, kurasa aku baru saja membantunya naik daun."


Chanyeol Park tak bisa menahan gejolak itu lagi, ia memajukan tubuhnya dan mengabaikan hangat lilin di bawah tangannya yang berusaha menyentuh dagu Tiffany. "Katakan padaku dimana dia menyentuhmu?"


"Kau yakin ingin mendengar jawaban atas pertanyaanmu? Aku yakin butuh waktu lama untuk menghapus jejaknya dalam diriku," jawab Tiffany yang lalu menggigit bibirnya. Lagi. Di hadapan Chanyeol yang masih menyentuh dagunya.


"Fuck!"


Dengan itu, Chanyeol menyapukan bibirnya di atas bibir ranum itu. Menyesapnya di bagian bawah. Apalagi yang bisa wanitanya lakukan selain membalas ciuman menuntut itu?


Mereka menutup mata secara naluriah saat lidah itu saling membelit dan ciuman menjadi semakin intens. Oksigen seakan menguap, wanita itu bukannya memutus ikatan yang terjalin, namun justru menempatkan kedua tangannya di sisi wajah Chanyeol.


Apa itu artinya jodoh pula bila keduanya berhenti menyatukan bibir secara bersamaan?


"That was crazy." Chanyeol mengusap bibir wanitanya dengan gerakan slow motion dan itu meninggalkan kesan sensual di sana.


"Kau memang gila," timpal Tiffany.


"Lalu apa kita akan melanjutkan sisanya di penthouseku?"


Seringai itu lagi. Chanyeol menggeram kembali saat Tiffany berkata, "jika kau bersedia menerima tawaran film  terbaru Jane, maka aku akan dengan senang hati tinggal di sana bersamamu."


Film baru Jane itu—Chanyeol merasa bahwa dirinya adalah aktor terbaik yang dapat menjadikan karya itu menjadi blockbuster. Sebuah kisah seorang pria yang memiliki kepribadian aneh di mana ia merasa terpuaskan secara fisik maupun psikis dengan penyiksaan seksual pada submissivenya. Sebuah romance-BDSM. Chanyeol akan menjadi pemeran utama yang menjadi pihak dominant kalau ia menyetujui tawaran Jane.


"Kau memang menantangku, Tiffany. Fine. Aku akan menerimanya, tapi pegang janjimu. Setelah aku membayar bill. Penthouseku."


"Yes, Daddy!"


—to be continued...


2018.01.14


Soooo guys, ini pertama kalinya aku buat ff rating M! Di sini Chanyeol sosoknya dark. & Dark!Chanyeol is lyf ya know. Vote & comment will be appreciated~! <3

Wildest DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang