"Mah ayo, jalanan keburu macet nanti," kata Lay mulai gak sabar, laki-laki itu terus melirik jam tangannya. Ini weekends, Lay takut kalau terlalu sore jalanan akan macet.
Sudah hampir tiga puluh menit Lay menunggu Adel, tapi jawaban yang selalu dia dapat gak jauh beda dari; "Iya Mas, lima menit lagi ya" atau "Mas sabar dong, ini maskara aku jadi belepotan kan".
Lay cuma bisa pasrah, padahal sebenarnya disini Lay juga yang salah, sifat dia yang terlalu disiplin berbanding terbalik dengan Adel yang terlalu santai. Tentu saja itu membuat Adel kewalahan sendiri menghadapinya.
Dan setelah lima belas menit menunggu di dalam mobil, akhirnya Adel keluar juga.
"Aduh Mas bantuin dong, gak peka banget sih jadi suami!" omel Adel yang lagi kesusahan mendorong stoller si kembar.
Memang Lay keluar dari mobil untuk membantu sang istri mengeluarkan stoller Reyhan & Raina yang terperosok di lubang. Tetapi laki-laki itu juga gak bisa menyembunyikan senyuman setiap kali melihat Adel mengomel.
Dengan satu dorongan kuat, Lay berhasil menarik keluar stoller. Dengan lembut Lay memindahkan Reyhan dan Raina ke dalam car seat mereka masing-masing.
"Nesaa mau mama pangku atau mau nemenin adiks di belakang?" tanya Adel kepada Nessa yang sedang bermain setir mobil.
"Di belakang aja, eca kan big girl mama," jawab Nessa setelah berpikir sebentar. Gadis kecil itu langsung meloncat ke belakang.
Hari ini adalah jadwal mereka belanja bulanan, selain itu Lay juga menyempatkan untuk menghabiskan waktu libur bersama keluarga.
"Nessa, bangun nak," Lay menggoyangkan tubuh Nessa. Gadis kecil itu menggeliat sebentar sebelum membuka kedua matanya.
"Sampe ya Pa?" tanya Nessa dengan suara bangun tidurnya.
Lay mengangguk sambil menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Nessa. "Mau papa gendong?"
"No, eca kan big girl papa," tolak Nessa. Gadis kecil itu melangkah turun dari mobil mengikuti Adel yang sedang mendorong stoller. Melihat Nessa yang masih sempoyongan membuat Lay segera meraih dan menggenggam tangan mungil Nessa.
Lay meraih troli belanja. "Nes sini, mau naik troli gak?" ujar Lay hendak menggendong Nessa. Tapi gadis itu menggeleng. "Big girl gak naik gituan pa," tolaknya sok keren.
Adel yang dari tadi memperhatikan suami dan anak pertamanya itu cuma bisa tersenyum geli. Lalu dia berjalan menghampiri Lay, "Kamu sih suka minta dia mandiri, sekarang udah begini rugi sendiri kan," ejek Adel seraya mengelus punggung suaminya.
Padahal dulu Nessa paling nggak mau pisah dari Lay. Setiap kali Lay berangkat ke kampus, Nessa selalu nangis. Semenjak Lay mengajarkan Nessa untuk mandiri karena sudah punya adiks, sejak itu juga Nessa selalu menganggap dirinya sudah besar dan tanpa sengaja dia selalu menolak permintaan Lay.
"Nessa mau bantu papa gak sayang?" ucap Adel yang kini sudah menyamakan dirinya dengan Nessa.
Gadis kecil itu mengangguk semangat. "Papa mau apa?"
Adel mengedipkan sebelah matanya kepada Lay seraya menyerahkan daftar keperluan mereka. Untungnya Lay langsung mengerti apa maksud dari gerakan istrinya itu. Lay tersenyum lalu meraih daftar belanja tadi.
"Oke," ujarnya terdengar sangat senang. "Nessa bisa bantuin papa ambil brokoli?"
"Bisa!" seru Nessa makin semangat. Setelah itu dia berlari menuju rak-rak sayuran.
"Jangan lari!" teriak Lay memperingati Nessa.
Adel tersenyum. Ternyata ada manfaatnya juga setiap kali membiarkan Nessa membantunya di dapur. Selain menyenangkan tanpa perlu cemas membiarkan Nessa bermain sendiri, Adel juga bisa mengajarkannya kosa kata baru tentang peralatan dapur, bahan makanan dan macam-macam sayuran, malah Nessa juga bisa memahami sebuah proses sebelum makanan yang dimasak itu jadi.
Walaupun beberapa kali Nessa keliru mengambil bahan makanan yang Lay minta, anak itu gak pernah menyerah, dia terus kembali mencari apa yang Lay minta sampai benar.
"Mas, kemarin daging di kulkas masih banyak gak ya?" tanya Adel ketika dia berhenti di etalase daging.
"Tinggal sedikit, beli lagi aja," jawab Lay singkat seraya memilih bahan makanan lain.
"Mas, detergen yang biasa abis nih, kalau merk ini kamu suka yang pink atau yang biru?" kata Adel seraya menunjukkan dua jenis detergen kepada Lay.
"Nes, jangan jauh-jauh!" teriak Lay saat melihat Nessa berbelok ke lorong yang lebih jauh. "Yang biru," sambungnya menjawab pertanyaan Adel.
Yah begitulah Lay, tetap sama seperti dulu. Meskipun terlihat dingin, sebenarnya dia suami yang paling pengertian. Buktinya saja dia lebih tahu dan ingat apa saja persediaan rumah tangga mereka yang masih ada atau yang sudah habis.
Seperti biasanya, Nessa selalu semangat tiap kali mereka ajak belanja. Layaknya anak kecil lain, hampir semua yang dia lihat dia ambil dan dimasukkan ke dalam troli. Tinggal Lay saja yang akan meletakkan kembali apa yang gak perlu di beli tanpa sepengatahuan Nessa. Paling nanti di rumah Nessa kebingungan kemana saja snack-snack yang dia ambil tadi.
"Capek gak sayang?" tanya Adel sedikit khawatir melihat kening Nessa yang sudah dipenuhi keringat. Meskipun gadis kecil mereka menggeleng, Lay maupun Adel tahu kalau Nessa sebenarnya sudah lelah berlari kesana kemari.
"Nessa mau di dukung papa gak?" usul Adel, berharap kali ini Nessa mau.
Adel merasa kasihan dengan Lay, akhir-akhir ini suaminya itu selalu pulang ketika Nessa sudah tidur, jadi waktu dia bermain dengan Nessa terlalu sedikit.
Selama kurang dari lima tahun tinggal bersama, Adel maupun Lay sudah saling mengerti kebiasaan dan kebutuhan masing-masing. Karena itu Adel yakin sebenarnya Lay sangat merindukan gadis kecilnya ini, hanya saja suaminya itu terlalu gengsi untuk menunjukkannya.
Untungnya kali ini Nessa mengangguk sambil bertingkah manja gitu, membuat Lay tanpa sadar tersenyum hingga menampakkan lesung pipinya. Melihat itu Adel hampir saja meneteskan air matanya karena terharu.
"Makasih Ma, kamu selalu tahu apa yang aku mau," bisik Lay lembut.
"Papa, Eca juga mau di cium!" protes Nessa saat melihat Lay mengecup singkat bibir Adel.
Suami istri itu itu pun tertawa gemas sebelum mencium kedua pipi Nessa bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
mindfulness
FanfictionBeing present Without judgment In every moment Oneshoot collection by zonaduren