Hitam gelap kelam. Bukan, itu bukan tipeku. Meski aku suka hitam bukan berarti hidupku harus hitam. Aku lebih menyukai warna biru kerananya ruangan ini bewarna biru. Sejatinya ruangan ini mengikuti moodku namun sebisa mungkin aku mempetahankan warna biru kesukaanku.
Di ruangan ini cukup lengkap, meja penuh dengan lego dan rubik serta kertas dan pensil, kursi berbagai model, lemari penuh mainan, kotak penuh kaset, rak buku yang baru terisi beberapa dan koleksi komik berbagai gendre bahkan bebagai topeng dengan segudang expresi.
Monoton. Mungkin itu yang ada dalam pikiran mereka tapi aku dak mempedulikannya. Aku suka dengan kehidupanku. Bangun pagi, senyum terukir di wajahku. Hariku selalu di isi dengan tawa kebahagian. Bebagai aktiviti ku lakukan tuk mempetahankan tawaku. Sebelum tidurpun aku akan slalu membaca beberapa tulisan pengantar tidurku ke dalam alam bawah sadarku.
Dak ada beban yang kupikul, pendapat orang yang melihatku. Aku dak peduli dengan pandangan orang kerana aku hanya percaya 'saat kau ingin membahagiakan orang lain bahagiakan dulu dirimu sendiri'. Jadi, saat aku tengah bahagia aku akan dengan mudah membahagiakan orang lain. Itu hal yang paling aku percaya dalam hidupku. Awali harimu dengan senyuman. Mengorbankan diri? Kenapa tidak.
Kehidupanku sangat membahagiakan sampai aku menyadari sesuatu yang kurang dari dalam hidupku. Setelah ku pehatikan sekeliling ruangan ini, tenyata aku hanya sendiri. Dak pernah tepikir olehku jika tenyata aku sendiri di ruangan biru kesukaanku ini. Setelah ku pehatikan benar adanya dak ada apapun di ruangan ini selain barang-barang koleksi ku.
Aku ingat dari salah satu film yang kutonton, sang tokoh utama memiliki paling tidak satu orang teman di dekat dia yang membantu dia dalam keadaan apapun. Dalam cerita yang ku bacapun, umumnya juga sama. Nah, aku? Pernah aku bedoa agar aku memiliki satu saja orang yang mau nerima aku dengan kegilaanku dan kekuranganku. Kenapa aku dak punya satu aja. Masa bodoh, lebih baik aku nonton konsernya F(X). Itu pertama kalinya aku menyadari tenyata hidupku sepi.
Awalnya aku hanya menganggap itu kerana aku terlalu banyak menonton dan membaca cerita namun semakin hari ruangan kesukaanku ini pelahan berubah menjadi gelap. Bukan hitam, namun biru gelap. Well, masih biru jadi dak masalah. Aku dak begitu mempehatikan sekitar ku dengan detail. Aku masih asik dengan duniaku yang penuh barang-barang koleksiku. Sampai satu hari, aku benar-benar merasakan aku begitu sendiri.
Pelahan ruanganku betambah gelap. Satu hal yang baru ku sadari, tenyata ruangan ini dak memiliki pintu ataupun jendela. Bagaimana mungkin aku membangun ruangan tanpa 2 hal penting itu namun kenyataannya aku memang dak mendapati pintu atau jendela yang dimaksud.
Gelap semakin pekat, pelahan aku meraba dinding ruangan mencari sumber penerangan seperti lampu atau mungkin pintu. Nihil. Dak satupun dari mereka yang kutemui. Lelah, dengan dibantu penerangan seadanya aku memilih salah satu buku yang ada dalam koleksiku tuk menenangkan diriku yang risau. Aku dak pernah mempunyai buku ini namun kenapa buku ini bisa berada dalam ruangan ku.
Pelangi. Cover buku itu diwarnai dengan warna pelangi dengan judul yang belum pernah ku temui atau ku ingat pernah memilikinya. 'The Colors of World'. Dengan penasaran aku membuka buku itu. Seperti virtual reality, saat buku itu aku buka, muncul visual projector 3D yang menampilkan berbagai hal yang belum pernah kulakukan melainkan semuanya sama denga aktiviti dari berbagai film dan cerita yang kumiliki.
Tawa, canda, tangis, sedih, marah, kesal, ego, benci, cinta, bahagia, sesal, dendam, baik, ramah, tulus dan sebagainya. Banyak hal yang dak pernah kutemui dan visual ini terasa sangat nyata. Telalu fokus dengan visual yang brasa nyata ini, tanpa ku sadari, ruangan yang menjadi duniaku pelahan betambah kelam. Sesak yang kurasakan di hati saat aku mendapati visual orang-orang yang tetawa bahagia bersama orang lain. Seperti di hujam oleh ribuan pedang 'excalibur milik Arthuria' jantungku sangat sakit saat melihat sebuah keluarga tengah menikmati hari libur mereka kesana kemari dengan tawa melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Room in My Heart (Random Things)
RandomTangis dalam Tawa Luka dalam Canda Sedih dalam Bahagia Sepi dalam Ramai