Part 1 : Bad Day

134 6 0
                                    

"Ah.. pikiranku kacau sekali! Aku tidak bisa lagi menahannya, aku pasti akan menjadi gila setelah ini. Ya Tuhan.. aku ingin sesuatu yang menarik terjadi dalam hidupku. Entah apalah itu.. bertemu dengan artis idolaku atau menjadi putri dari orang kaya raya. Jika aku terus berada di sini maka kapan aku akan menjadi populer ?" Gadis itu mengacak-acak rambutnya, ia tampak sangat frustasi atau begitulah kenyataannya. Lihat saja kamarnya sangat berantakan, entah sudah berapa tahun ia tidak membersihkannya. Kertas-kertas dan kaleng minuman berserakan di mana-mana. Gadis yang akrab disapa Annie itu adalah seorang pelajar di Green High School, ia juga bekerja paruh waktu di sebuah restoran Italia. Sifatnya yang sangat keras kepala, tidak mau tahu, dan menyebalkan itu terkadang membuat orang merasa risih. Di sekolah ia bahkan sangat bodoh, ia lebih mementingkan pekerjaan daripada sekolahnya. Kalau saja ibunya tidak memaksanya mungkin Annie sekarang tidak akan sekolah. Tapi dibalik semua sikap buruknya itu, Annie adalah seorang pribadi yang sangat penyayang. Annie sangat mencintai anak kecil, ia juga menyukai binatang.

Suatu hari seperti biasanya Annie berangkat ke sekolah bersama dengan sepeda bututnya. Hari-harinya sangat sepi di kota besar tanpa mendengar omelan dari ibunya, ia berharap suatu saat nanti bisa mengunjungi ibunya lagi di desa setelah ujian sekolah berakhir.
"Annie!!!" Suaranya sangat jelas, tak salah lagi jika itu adalah suara Hoshi teman sekelasnya.
"Ya.. aku di sini. Aku bisa mendengarmu, tidak usah berteriak sekeras itu." Kadang Annie merasa jengkel dengan teman laki-lakinya yang ribut itu.
"Hah.. aku tak sabar lagi menunggu ujian sekolah berakhir. Aku akan masuk ke Labirinth University." Hoshi menarik nafas lega.
"Oh.." Sahut Annie.
"Kalau kau bagaimana ?" Tanya Hoshi.
"Aku tidak berpikir untuk masuk universitas, lagi pula aku tidak peduli." Jawab Annie.
"Terserah kau sajalah.. Oh iya, nanti sore kau ada waktu tidak ? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat yang sangat indah."
"Maaf, aku terlalu sibuk untuk itu. Aku harus kerja!" Jawab Annie.
"Hari ini suram sekali ya.. pagi-pagi begini sudah ada awan di atas kepalaku. Kapan hujannya akan berhenti ?" Hoshi memandang langit dan begitu pula dengan Annie. Hoshi kemudian bersin-bersin hingga mengundang tawa Annie yang manis.

Tak lama setelahnya senyumnya berubah menjadi sangat menyeramkan ketika air yang entah dari mana datangnya memandikannya, air itu tak hanya membuatnya basah namun juga berbau tak sedap. Mobil hitam baru saja melintas di depan mereka, mobil itu melaju dengan kencang melalui jalanan yang berlubang penuh dengan genangan air kotor. Sontak Annie sangat marah ia berteriak memanggil si pengemudi mobil itu, kemarahannya sangat terlihat jelas. "Berhenti kau!" Annie berlari mengejar mobil itu dan si pengemudi menyadarinya. Setelah mobil itu berhenti dengan cepat Annie menghampiri dan menggedor jendelanya. "Keluar kau! Sialan.." Begitulah katanya. Si pengemudi kemudian membuka pintu mobilnya dan turun dengan sikap tenangnya itu.
"Kau memanggilku ?" Tanya pria berkulit putih itu, tatapan matanya sangat mempesona dan begitu pula dengan wajahnya yang sangat rupawan.
"Iya! Siapa lagi kalau bukan kau ? Kau tahu apa kesalahanmu ?" Tanya Annie yang masih marah, ia tampak tidak terkesan dengan pria itu.
"Memangnya apa yang ku lakukan ?"
"Kau tidak lihat pakaianku kotor karenamu ?"
"Baiklah.. aku minta maaf!" Ucap pria itu dengan sopan seraya membungkukkan badannya sedikit.
"Maaf katamu ? Itu mudah sekali.." Annie semakin marah.
"Lalu apa yang bisa ku lakukan ? Haruslah aku mengganti rugi ? Berapa besar kerugiannya ? Apa ini cukup ? Aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu." Pria itu mengambilkan beberapa lembar uang dari sakunya, kemudian ia kembali memasuki mobilnya. Annie hanya membuka mulutnya dan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Ia sangat kesal lalu melempar uang itu kembali kepadanya, Annie pun berlalu pergi. Hoshi yang melihatnya juga tidak bisa berbuat apa-apa selain menontonnya.

"Sialan! Kenapa harus begini ?" Keluhnya.
"Terus kau mau ke mana sekarang ?" Tanya Hoshi.
"Tentu saja ke sekolah! Tapi pakaianku.. aku harus menggantinya. Kau jalan saja duluan, aku akan menyusulmu nanti." Annie mengayuh sepedanya, ia kembali ke rumah kost-nya untuk mengganti pakaian.

Mungkin pagi itu sangat buruk untuknya. Annie memakai seragam yang berbeda, ia memakai seragam hari seninnya yang baru saja kering. Di perjalanan ia kembali diguyur hujan, tapi untunglah ia membawa jas hujannya. Di sepanjang perjalanan ia tak berhenti menggerutu, ia juga memikirkan klub Matematika'nya yang berlangsung pagi ini. Annie memang tidak suka belajar, tapi dia sangat rajin. Walaupun ia tidak suka pelajaran Matematika, ia masih mengikuti klub membosankan itu untuk persiapan ujian terakhirnya. Ia tahu jika Bu Rischa akan menegurnya, tapi ia tidak memperdulikannya. Ia terlihat sangat terang dengan tampang tak bersalah, ia sangat yakin jika dengan berkata jujur Bu Rischa tak akan menghukumnya. Tepat di depan pintu Lab Matematika ia berhenti dan menghela nafas panjang.

"Hai.. selamat pagi semuanya!" Annie membuka pintunya tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Saat itu pelajaran sudah dimulai, seperti biasa semuanya melongo melihatnya yang baru saja datang itu.
"Sudah jam berapa ini ? Ke mana saja kau dari tadi dan.. ada apa dengan seragam sekolahmu ? Apa-apaan ini ?" Bu Rischa sangat marah.
"Tadi aku terkena musibah, seseorang mengendarai mobil dengan kencang dan dia melalui jalanan yang berlubang penuh dengan air berbau busuk itu. Kalau Bu Rischa tidak percaya aku membawa buktinya.." Annie mengeluarkan baju yang tadi ia pakai dari dalam kantong plastik hitam.
"Ya.. silahkan duduk! Tapi apa penjelasanmu tadi cukup bisa dipercaya ?" Tanya Bu Rischa kemudian.
"Tentu saja! Jika masih diragukan aku punya bukti hidup yang lebih jelas.. Hoshi dari kelas XII IPA bersamaku saat kejadian itu." Annie melewati Bu Rischa.
"Baiklah.. silahkan duduk!" Bu Rischa mengulangi ucapannya seraya menutup pintunya kembali.

"Tok.. Tok.. Tok.. Tok.." Suara pintu yang diketuk, Bu Rischa membukakan pintu.
"Permisi! Apakah ini benar Lab Matematika ?" Suaranya sangat tenang, dan tampak tak asing di telinga Annie.
"Ohh.. kau Jun Alexi Febrian 'kan ? Siswa pindahan itu ?" Terdengar suara Bu Rischa yang terkagum-kagum.
"Ayo.. silahkan masuk!" Ucapnya kemudian. Tak salah lagi jika orang itu adalah orang yang tadi berurusan dengan Annie.
"Kau lagi ???" Annie bangkit dari tempat duduknya setelah ia melihat dengan jelas wajah itu.
"Annie.. siapa yang menyuruhmu berdiri ? Apa kalian.. saling mengenal ?" Bu Rischa mengalihkan pandangannya ke arah siswa baru bernama Jun itu.
"Tidak! Tapi aku melihatnya tadi pagi.." Jawabnya dengan santai.
"Dia mengaku Bu Guru, dia yang membuat bajuku kotor dan dia juga yang membuatku datang terlambat." Sambung Annie.
"Sudahlah.. tapi sekarang kau 'kan tidak apa-apa." Bu Rischa tersenyum manis ke arah Annie.
"Oh iya, anak-anak.. Dia adalah Jun Alexi Febrian, dia siswa pindahan dari BG High School di Inggris, dia juga sangat jenius. Belum lama ini di Inggris ia menang dalam lomba Olimpiade Matematika, dia berasal dari kelas XII IPA." Jelas Bu Rischa, siswi-siswi pun memandangnya kagum. Annie memasang wajah cemberut dan tak mau menoleh sedikitpun padanya.
"Kalau dia dari kelas IPA untuk apa dia ke sini ? Ini 'kan hanya khusus untuk anak IPS dan Bahasa. Mengganggu saja!" Celetuknya.
"Kau sangat jenius, aku yakin kau akan sangat membantu mereka. Aku minta bantuanmu dua jam ini saja." Ucap Bu Rischa, siswa baru itu pun duduk di kursi guru. Jun sedang menjadi guru sekarang, sementara itu Bu Rischa pergi ke kelas X. Jadwal pelajaran saat itu sangat kacau, Bu Rischa mendapat jam mengajar yang sama dalam kelas yang berbeda. Sementara itu Annie sangat kesal.

"Halo kakak.. bolehkah kita selfie ? Atau tidak aku minta nomor telponmu saja." Ucap salah seorang siswi bernama Rina.
"Kakak ? Sudah jelas dia setingkat dengan kita!" Pekik Annie.
"Annie Karenina.. itu namamu ?" Jun mengabaikan Rina dan menatap tajam ke arah Annie yang sedang asik mengunyah permen karet.
"Ini ada titipan dari kantor administrasi." Matanya melotot saat mendengarnya.
"Oh iya.. aku belum membayarnya!" Annie menghampiri guru muda yang diaanggapnya menyebalkan itu lalu merampas kertasnya.

------------Bersambung------------

Broken HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang