Chapter 2

280 30 3
                                    

"Kak Ara bukan? Kakak ngapain disini? Cepet pulang atau aku bilangin ke papa."

Ya Tuhan kenapa mau main keluar aja susah banget sih, rasanya gue pengen terbang yang tinggi sekarang juga.

"Lah, Lin, lo nyusul? Duduk Lin," kata Jinyoung yang baru aja dateng bawa pesanan kita tadi.

Guanlin mengangguk, "Kalian saling kenal?" tanya gue minta penjelasan ke Guanlin.

Jinyoung mengangguk, "Kita ikut ekskul yang sama." kata Jinyoung sambil nyeruput minumannya.

"Oh, kamu ikut ekskul apa emangnya Lin? Kak Jin tau?"

"Aku ikut dance sama basket, dan kebetulan bang Jinyoung juga ikut itu." kata Guanlin.

"Dance? Kak Jin tau?"

Guanlin mengangguk, "Tau, kak Ara doang mungkin yang gak tau." kata Guanlin.

Gue menghela nafas kasar.

"Kakak bisa kan turutin kemauan aku?" tanya Guanlin.

Mata gue seketika membulat, gue gak salah apa apa. Apa rencana anak ini.

"Daripada aku kasih tau bang Jin." kata Guanlin nyeruput minuman gue.

Gue memutar bola mata, "Iya iyaa mau kemana adikku sayang."

"Main game ke warnet." balas Guanlin singkat.

Jinyoung terkekeh.

"Warnet? Kan dirumah ada Lin," kata gue gak terima.

"Yaudah kalau gitu aku kasih tau bang Jin." kata Guanlin.

Gue menghela nafas kasar, dan Jinyoung cuma terkekeh.

"Ok, deal. Tapi jangan lama, nanti kak Jin ngelapor ke papa."

Guanlin mengacungkan ibu jarinya dan menenteng tas punggungnya. Ok, berarti anak itu udah siap berangkat.

"Kakak mau bilang ke Pinky dulu ya?" tanya gue.

"Udah gak usah nanti gue yang bilang ke Pinky." kata Jinyoung.

Guanlin sama Jinyoung kayak kasih kode, dan gue gak ngerti apa maksudnya.

Gue sama Guanlin jalan nyari warnet terdekat. Gue ngeliat penampilan Guanlin dari atas sampai bawah.

Gimana bisa orang dateng ke club masih pakai baju seragam sekolah? Kenapa juga penjaga didepan tadi ngebiarin Guanlin masuk?

Banyak pertanyaan dibenak gue yang gue gak tau dan masih gue simpan rapat rapat untuk cari tau sendiri.

Gue sama Guanlin udah sampai di warnet, dan Guanlin langsung ambil posisi yang ada orang disebrangnya. Jadi sama aja dia tanding melawan orang asing. Soalnya gue kan gak ngerti cara mainnya.

"Aah mati lagi."

"Aah, ini tombolnya yang rusak kali ya."0

"Aish,"

"Aargh,"

"Aish, apa yang salah si."

Berkali kali gue dengar dengusan dari mulut Guanlin yang gak pernah menang melawan orang itu.

Guanlin akhirnya bangun dan melihat lawannya. Gue yang gak ngerti enggak tau harus gimana.

"Permisi," kata Guanlin.

Tapi orang itu masih aja sibuk sama game nya.

"Permisi,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Permisi,"

"Aah, iya?" kata orang itu.

"Paman yang jadi lawan main saya ya?" tanya Guanlin.

"Aah, jadi kamu yang main bareng saya." kata orang itu.

Ok, gue yang tadinya cuma nguping dari tempat Guanlin main tadi. Akhirnya ikut turun tangan ngehadepin orang tua itu.

"Paman, maksud adik saya itu bisa gak sih paman itu gak menang sekali aja. Maksudnya gak usah di pencet tombol yang ada disitu biar adik saya aja yang mencet. Biar menang." kata gue akhirnya.

"Aish, kak! Maksud aku gak gitu. Sama aja ngejatuhin harga diri adik kakak sendiri tau gak!"

"Kan katanya kamu mau menang, kakak salah lagi?"

Guanlin geleng geleng kepala, mungkin dia kesel sama gue.

Orang itu terkekeh, "Ok ok, biar saya luruskan semuanya ya. Pertama, jangan panggil saya paman, karena saya belum setua itu. Dan kedua, ok, kalau mau kayak gitu biar kamu saya ajarin. Dan adik kamu bisa menang." kata orang itu.

"Siapa nama paman?" tanya Guanlin.

"Panggil kak, bang, akang, boleh. Tapi jangan paman." kata orang itu.

Gue sama Guanlin cuma mengangguk. Orang itu juga ikut mengangguk.

"Nama saya Chanyeol, Park Chanyeol."

"Cendol?" tanya Guanlin.

Gue terkekeh, "Chanyeo Lin Chanyeol." kata gue.

Orang itu bener bener keliatan frustasi ngehadepin gue sama Guanlin.

"Aah, kamu siapa namanya?"

"Saya Ara dan ini adik saya, Guanlin." kata gue.

"Betul betul betul," kata Guanlin frustasi.

Chanyeol terkekeh, "Nah, Linlin kamu duduk ditempat kamu, biar Ara duduk di tempat saya." kata Chanyeol.

Gue mengangguk, sedangkan Guanlin gak terima.

"Gak, aku ditempat bang cendol, dan kak Ara di tempat aku." kata Guanlin.

Gue mengangguk aja kan, gue kan gak ngerti hehe.

"Ya ya ya, terserah kalian." kata Chanyeol frustasi.

"Ara, pencet ini buat tendang, ini buat salto, blablablabla."

Gue dengerinnya aja kayak pusing banget, dan gue gak ngerti. Gue cuma ngangguk aja ikutin omongannya dia.

"Wih bang, cewe baru."

"Haha, enggak. Cuma mau ngajarin doang." kata Chanyeol.

Orang itu cuma ngangguk ngangguk.

Bentar bentar, mukanya kayak gak asing.

"Daniel!"

Orang itu menoleh ke gue, "Loh Ra? Kok tumben lo bisa main ditempat kayak gini."

Dan untuk kesekian kalinya ada orang yang ngomong kayak gitu.

"Kak Ara, kita disuruh pulang sama bang Jin." kata Guanlin.

"Loh kan baru mau main Lin, kamu bilang sama kak Jin ya?" tanya gue.

"Udah pokoknya penting," kata Guanlin langsung narik tangan gue buat pergi dari tempat itu.

Chanyeol sama Daniel kayak orang bingung ngeliat gue sama Guanlin.

🐾

Gue tiduran di kasur dan buka buku pelajaran buat besok. Udah jadi kebiasaan gue buat pelajarin buku yang bakal dijelaskan besok.

Karena gue udah kelas akhir, jadi gue harus lebih rajin buat baca buku pelajaran biar bisa kuliah di universitas favorite.

"Ara!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Going CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang