Hujan Berkah

23 4 0
                                    

Siang ini langit gelap, matahari entah sedang kemana, mungkin sedang bermain petak umpet bersama bulan dan bintang. Sialnya, hari ini Nadia harus pulang naik bis, karna sopirnya sedang sakit dan mengambil cuti beberapa hari.

"aahh, kenapa halte bis jauh banget sih?" Kesalnya

Langit semakin menggebu, menghitamkan seluruh bagiannya, kini langit mulai menangis, satu per satu air matanya menyentuh kulit putih Nadia.
Angin mengeroyok badan Nadia, membawa sedikit kesejukan dibawah langit gelap, halte bis masih berjarak 300 meter, yang artinya masih memerlukan 10 menit untuk sampai disana, itupun seharusnya, dan karena Nadin tidak harus, maka untuknya masih sekitar 15 menit lagi.
Tangisan langit semakin menjadi, badan Nadia sudah 20% basah

"Kalo aku lanjutin, pasti belum sampai setengah jalan, badanku udah basah kuyup nih" gumamnya

Sekitar 10 meter dari tempat Nadia berdiri, ada sebuah toko kelontong yang sekaligus berjualan mie ayam, setidaknya ada alasan untuk Nadin bersembunyi dari Hujan

"Waah, disana ada mie ayam tuh, kebetulan banget perut lagi laper, sekaligus bisa berteduh sebentar" gumamnya

Nadia berjalan menuju warung mie ayam itu, belum sampai dia duduk di bangkunya, hujan sudah turun dan mulai membuat jalanan basah. Pengendara motor segera mencari tempat berteduh, tapi sekitar 100 meter dari warung mie ayam itu, terlihat motor Honda CB100 yang menerjang deras hujan, tak lama motor itu terpleset dan membuat pengendaranya jatuh disamping pos ronda yang berada di pinggir jalan itu.
Nadia bergegas meminjam payung dari pedagang mie ayam dan menghampiri pengendara itu, seperti siput, Nadia berjalan lambat karna dia juga takut terpleset di jalanan yang licin

"Mas, nggapapa, sini aku bantu" Nadia mengulurkan tangannya kepada sosok lelaki berjaket jeans yang terkapar di depannya

"Makasih" Lelaki itu menyambut uluran tangan Nadin

"Ayo mas kita berteduh disana" Nadia menunjuk warung mie ayam dimana dia berteduh tadi

"Sebentar, aku ambil motorku dulu" jawab lelaki itu

Mereka berdua berjalan dibawah derasnya hujan, lelaki itu menuntun motornya yang memang dibiarkan basah, sedangkan dia memakai payung bersama Nadia

"Ini pak, makasih yaa" Nadia mengembalikan payung kepada pedagang mie ayam

"Pak, saya pesen teh panas 2 yaa" lelaki itu melepas jaketnya
dan ternyata dia masih berseragam abu-abu, sama seperti Nadia

"Iyaa mas, silakan duduk dulu" jawab pedagang itu

"Kamu nggapapa? Oh iyaa, kenalin, aku Nadia Olivia" Nadia mengulurkan tangannya sebagai tanda pengenalan

"Jangan bilang kamu adiknya Aryo Pradipta" Lelaki itu membalas uluran tangan Nadia

"Loh, kok kamu kenal kakakku? Iyaa aku adiknya Aryo, terus nama kamu siapa?"

"Aku Vino Wijaya, panggil aja Vino" lelaki itu melepas genggaman tangannya

"Salam Kenal" jawab Nadia sambil tertawa

Percakapan mereka masih berlanjut sekitar 5 menit, mereka saling bertukar informasi tentang diri mereka masing-masing
Hujan masih mengguyur bumi, hawa dingin semakin terasa bagi mereka

"Ini mas tehnya, monggooo" Pedagang itu memberikan 2 gelas teh panas yang dipesan Vino, yaa, nama lelaki itu

"Makasih pak"

"Kenapa dia kelihatan dingin gitu yaa? Cuek banget sih" gumam Nadia dalam hati

"Kenapa ngeliatin terus? Itu tehnya diminum dulu" tegur Vino dengan nada dinginnya

"Oh, ini buat aku? Aku kira buat kamu semuanya" jawab Nadia

"Aku ngga egois untuk masalah perut"

"Hahaha, berarti untuk masalah perasaan, egois dong" Nadia berkata sambil menggembungkan pipinya

"Garing!" Vino berkata tanpa memfokuskan pandangannya pada Nadia

"Maaf, bercanda kok, ooh iyaa, kamu sekolah dimana?" Tanya Nadia

Vino memberhentikan minumnya "SMA 103" begitu jawabnya

"Ngga tanya aku sekolah dimana?" Canda Nadia

"Udah tau" Vino menjawab bengis

"Kok udah tau? Ngga asik ahh!, oh iyaa, kok bisa kenal kakakku?" Nadia mencoba mengikuti arah tatapan Vino

"Pingin tau banget sih" lagi-lagi Vino menjawab dengan nada dingin

"Namanya juga cewek"

"Kucing aku cewek, dan dia ngga sekepo itu" Vino mengangkat salah satu alisnya

"Aku manusia oii" kesal Nadia

"Oh"

Obrolan itu terus dan terus berlanjut, langit kini sedikit putih, hujan pun sedikit reda
Vino merasa bahwa percakapan mereka berdua lebih baik dihentikan, karena Vino sudah tidak tahan dengan Nadia

"Aku pulang duluan, udah reda" Vino berdiri dan mengambil tasnya

"Ngga ada tawaran buat nganter ke rumah?" Nadia menunjukkan giginya

"Yaa udah deh, sebagai ucapan makasih aku" Vino membayar dua gelas teh yang dipesannya tadi

"Hauuww, hujan ini membawa berkah" tawa Nadia dalam hati

"Udah ayoo, buruan!"

Haloo gaes, maapin kalo ada typo" yaak😂 jangan lupa kasih vommentnyaa
Vote cuma tinggal pencet bintang
Dan Comment tinggal ngetik (pemaksaan:v)
Next part, ditunggu yaaa😊

Penasaran kan kenapa Vino bisa kenal Aryo (kakak Nadia)??

@eswepeee

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just Want Attent!onTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang