"Aku, Stephan Alzelvin memanggil dewi angin untuk datang dikediaman kami. Aku Stephan Alzelvin telah terikat kontrak kepada elemen angin sejak ratusan tahun yang lampau".
Hembusan angin sejuk memasuki ruangan besar milik keluarga Alzelvin ini. Terasa menyejukkan tapi terdapat sebuah perasaan ganjil karena mengingat ruangan ini yang tertutup rapat.
Hembusan angin itu perlahan terfokus dengan skala angin yang lebih besar, menciptakan sebuah angin puting beliung mini yang berada di titik tengah ruangan itu.
Anehnya, dengan angin yang cukup kencang. Barang-barang disana tidak ada satupun yang bergerak karena angin.
Seolah angin puting beliung didepan mereka hanyalah sebuah ilusi optik.
'Aku Aera, sang Dewi angin menerima panggilan atas kontrak yang telah di tetapkan ratusan tahun yang lampau'
Stephan tersentak mendengar suara lirih yang berasal dari pusat angin tersebut.
Suara wanita yang 'nampaknya' menjawab panggilan atau lebih pantas disebut mantra pemanggil yang Stephan ucapkan beberapa saat yang lalu.
Perlahan angin itu membentuk suatu wujud gadis dengan semacam dress panjang berwarna putih, jika dilihat dari fisiknya nampaknya gadis tersebut memiliki usia berkisar antara 16 hingga 18 tahun.
Gadis itu mengulurkan tangannya di hadapan Stephan yang masih syok dengan apa yang ia lihat.
Sungguhan ini seperti mimpi yang aneh dan membingungkan.
Terlalu indah dan menakutkan untuk menjadi sebuah realita.
"Raih tanganku tuan"
Suara gadis itu kembali terdengar, membuat Stephan mengulurkan tangannya dengan sedikit perasaan ragu.
Selang beberapa detik ia merasakan rasa sesak dan nyaman di sekujur tubuhnya, ingatannya seperti memutar sebuah film yang nampaknya harus ia tonton.
Lalu, tiba-tiba saja pandangannya menangkap suatu lokasi aneh, namun terasa tidak asing baginya.
Ini bukan kediaman Kakek Alzelvin dan jelas tidak ada Leo di sisinya.
Yang ia lihat hanyalah hamparan tanah kosong yang terlihat tandus dan sebuah pohon yang sangat besar.
'Kau telah ditakdirkan menjaga pohon ini, dan kau telah menjemput takdirmu dengan membebaskan roh Dewi angin yang kelak akan menjadi sumber kekuatanmu sekaligus pelindungmu'
Tatapan matanya beralih pada sumber suara, tepatnya gadis yang stephan pikir sebagai patner nya ini. Seorang gadis dengan setelan putih dan rambut pendek sebahu.
Gadis itu tersenyum dan membalas tatapan bingung Stephan. Mata kecilnya menyipit.
'Aku menerimamu sebagai patnerku Tuan Stephan Alzelvin'
Lalu kemudian, Stephan tersadar. Ia telah berada di kediaman kakeknya beserta Leo yang masih terdiam menyaksikan semua yang terjadi ini.
Apa ini?
Hal gila macam apa lagi ini?
Dia hanya termangu menatap sosok didepannya dengan kosong.
"Salam kenal Tuan Stephan"
Gila. Ini pasti gila.
Tidak hahaha.
Ini pasti mimpi buruk nya Stephan ditengah musim panas.
"Ini bukan mimpi tuan Stephan"
Matanya mendelik, tunggu.
Bagaimana dia bisa mengetahui pikirannya Stephan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tree Of Life [Edited]
Fantasy"Dunia tengah berada di ambang kehancuran" Ketika para manusia tidak peduli dengan bumi yang tua ini, maka 'kami' akan mengambil alih dunia mereka. Menciptakan dunia tanpa batas hanya milik 'kami' seorang.