2 of 2

945 131 25
                                    

"A-aaniyo. Kajja, anak-anak sudah menunggu." Dengan gugup Shin hye langsung menaiki bus dan duduk disamping jendela. Tapi tidak menoleh untuk melihat pria itu sampai bus berjalan meninggalkan taman.

Pria itu, Jung yong hwa terus memperhatikan bus tersebut sampai bus itu hilang dari pandangannya. Dan sedikit senyuman hampa terlintas sebentar diwajahnya.

***

Shin hye baru saja selesai mengajar, dia hendak segera pulang karena merasa sangat lelah. Walaupun sudah memakai pakaian hangat, tetap saja udara dingin masih bisa menusuk kulitnya. Shin hye berjalan meninggalkan sekolah, tidak jauh dari sekolah diujung jalan langkahnya berhenti. Sesosok pria yang beberapa hari lalu dia lihat di taman kembali dia lihat disini, di depannya.

Shin hye tampak sedikit gugup, mungkin bukan gugup melainkan takut. Dia takut bertemu dengan pria itu, dia takut kalau pria itu menyalahkannya lagi, dan dia takut untuk menatap kedua mata hitam itu, mata yang penuh dengan amarah dan rasa kecewa. Marah dan kecewa padanya. Shin hye hampir saja menangis, tapi tidak saat ini. Ini akan membuatnya semakin lemah dan menunjukan kalau dia memang bersalah.

"Kau baik?" tanya Yong hwa.

"Eummm." Gumam Shin hye sembari menganggukan kepala. Tangannya menggenggam erat tas yang dia pakai.

"Sangat baik?" tanya Yong hwa lagi. Tapi Shin hye tidak menjawab, dia hanya diam." Sudah kuduga." Lanjut Yong hwa. Setelahnya Yong hwa memutar tubuh hendak untuk pergi.

"Tunggu." Cegah Shin hye menghentikan langkah Yong hwa.

Yong hwa hanya berhenti tanpa kembali berbalik untuk menghadap Shin hye.

"Aku ...

"Aku tidak ingin mendengar apapun yang keluar dari mulutmu!!" Shin hye terkejut sekaligus merasa sangat sedih mendengar Yong hwa bicara seperti itu padanya. Pria itu masih membencinya bahkan sampai saat ini walaupun sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu.

Dan inilah saatnya Shin hye untuk bersedih hati, kesempatan untuknya mengeluarkan airmata sebanyak yang dia mau. Pria itu pergi, tanpa mendengar apa yang dia ingin katakan. Shin hye terisak di sudut jalan, memegang dadanya yang terasa sesak. Sulit untuknya bernapas dengan normal saat ini.

Hak kebebasan untuknya bicara sudah tidak bisa lagi dia dapatkan. Dia hanya bisa diam dan mendengarkan, itulah yang harus dia lakukan.

***

Fitnah itu kembali dia dengar, berkumandang di kedua telinganya. Shin hye baru saja tiba di sekolah. Tapi dirinya sudah ditimpahi oleh telur dan tomat busuk oleh para wali murid. Entah salah apa yang dia lakukan sehingga mereka berbuat seperti ini padanya. Yang Shin hye dengar, mereka menuntut sekolah untuk memecatnya. Suasana sekolah menjadi sangat kacau, orang tua murid terus memaki dan melempari Shin hye tanpa ampun. Itu membuat Shin hye meringis dan terjatuh menahan tubuhnya yang mulai kesakitan.

"Hentikan!! Apa yang kalian lakukan. Tenanglah dulu, kita bisa bicarakan ini baik-baik. " Yoon menghampiri Shin hye dan memeluk tubuh lemah itu. Yoon tidak takut kalau dia akan terkena lemparan telur dan tomat busuk.

"Tidak ada yang perlu kami dengar dari wanita pembunuh ini. Wanita ini harus pergi dari sekolah!! Kami tidak ingin anak-anak kami dibimbing oleh wanita pembunuh seperti dia.

"Pembunuh!! Shin hye bukan pembunuh, kalian salah mengartikannya. Justru dialah ...dia adalah ibu dari anak itu.

"Jadi wanita ini membunuh anaknya!!

"Tidak, itu tidak benar.

"Kita tidak bisa membiarkan wanita ini berada di dekat anak-anak kita. Wanita ini harus dilenyapkan!!

Please ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang