Aku tidak seperti dirinya

6.2K 214 0
                                    


Berselang beberapa hari setelahnya, aku masih tidak punya nyali untuk menghubungi laki-laki itu.
Jangankan untuk menanyakan siapa namanya, rasanya untuk berkata "hy" saja jemariku terasa ngilu 😔

Kubiarkan nomernya tersimpan beberapa hari didalam kontak ponselku, semntara aku masih terus memikirkan kata apa yang akan aku gunakan untuk menyapanya pertama kali, aku tidak ingin terlihat seperti wanita yang kecentilan mendekati seorang laki-laki..tidak ..aku tidak ingin dia berfikir seperti itu.

Ya Allah... Sudah beberapa hari ini wajahnya masih saja terbayang.
Aku harus bagaimana?
Bukankah takdirnya wanita itu dikejar?
Tapi aku kan tidak mengejarnya, jangnkan mengejar dimulai saja belum.
Bahkan sampai detik aku belum tahu siapa namanya.

----

"Drttt...drttt...drtttt"
Ada pesan masuk dari Rena

📲
"Ra.."                                                           
"Oy.."
"Sibuk ga? Temeni aku yokk..."
"Kmna?"
"Ke gramed.."
"Tumben..mau ngapain?"
"Beli terong"
"Ha?"
"Menurutmu kalo di gramed itu adanya apa?"
"Hehehe...ya buku. Maksudnya tumben banget gitu biasanya perginya ke butik, salon"
"Bawel, ayo aku jmput "
"Iya..iya"

-13:05 pm
Gramedia

"Mau cari apa sih ren?"

Aku melihatnya mengambil buku psikotes.

"Ohh buat persiapan tes kuliahmu besok ya?"

Rena hanya mengagguk.
Aku pun meninggalkannya dan mencari kesibukanku sendiri.

-----

Setelah selesai membeli buku, kamipun pergi ke sebuah cafe untuk makan siang.

"Ren, emg kmu mau ambil jurusan akuntansi dimna?"

"Aku nggak jadi ambil jurusan itu .."

"Loh kenapa? Bukannya baru kemaren kamu semangat banget mau ngambil itu?"

"Mmmm... Ya ga jadi aja"

"Trus mau ambil jurusan apa? Kamu kan pernah bilang ga pernah minat sama jurusan selain yang berhubungan sama ekonomi."

"Aku mau jadi perawat"

"Uhuukkk...uhukkkkk"
Aku kaget mendengarnya.
Bukannya sebuah masalah, tapi belakangan ini rena terlihat bukan dirinya. Apalagi saat ini dia ingin mengambil jurusan kesehatan? Padahal aku tau dia sangat tidak menyukai sedikitpun tentang hal itu.
Aku bisa mengetahuinya karena memang aku dan dia sudah dekat sejak masih di bangku SMA.

*flashback on

"Eh nanti lulus mau kuliah dimna?"
Tanyaku pada Rena

"Ya akuntanlah.. Pokoknya yang hubungannya sama ekonomi lah"

"Ga pengen jadi perawat/dokter? Denger2 kak Tama gebetanmu kan ngambil jurusan itu"

"Aah ga ah, ga tertarik. Jangankan jadi perawat apalgi dokter , kalo liat orang yang luka aja aku pengen muntah apalagi suruh ngobatin..------"

*flashback off

___________________________

"Kamu knapa sih ra,, kaget gtu.. Ni minum dulu ntar kenapa napa lagi"...

"Sejak kapan kamu suka sama jurusan kesehatan? Apa kamu kangen sama ka Tama? "

"Idihh.. Gak lah , gak ada hubungannya sama dia.
Ya pokoknya intinya ada hal yang buat aku mau jadi perawat"

"Ooohh... Pasti kamu lagi suka ya sama orang.. Cieeee siapa sih.
Ayoo dong siapaa kasih tau"

"Hahaha.. Ga ada . "

   ------

Kadang aku merasa iri pada Rena, sudah cantik, pintar, mudah bergaul, dibesarkan dari keluarga berada pula. Bahkan yang membuatku kalah beruntung adalah kesempatan dia untuk bebas memilih tempat kuliah dengan jurusan apapun tanpa perlu pusing akan biayanya.
Terlihat semuanya begitu mudah baginya.
Bukannya aku tidak mensyukuri hidupku, tapi aku juga hanya manusia yang kadang punya rasa iri.

Berbanding terbalik dengan aku, aku harus berjuang sendiri memikirkan bagaimana kehidupanku besok.
Jangankan untuk kuliah, kadang gaji ku saja tidak cukup untuk biayaku selama sebulan. Dan rasanya sangat sulit untuk menyisihkan sedikit saja untuk menabung.

Bahkan untuk masalah cinta, dia juga selalu lebih beruntung dari aku.
Dulu saja hampir seluruh siswa laki-laki mengagumi Rena, ya mungkin kalau aku adalah seorang laki-laki mungkin aku akan jadi salah satu pengagumnya juga.

Tobecontinue..

Ijinkan aku mencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang