Masih Ingat Awal Pertemuan Kita?
Kamis, 28 Desember 2017
20:50
Selesai
Rabu,17 Januari 2018
13:43
Masih ingatkah kau pertemuan awal kita? Kalimat itu selalu terputar tanpa jeda didalam kepalaku. Ketika antara aku dan kamu nyatanya telah usai, atau mungkin memang tak ada yang pernah usai karena kita tak pernah memulai apapun.
Kala itu aku sendiri, dalam keasingan yang tak pernah kusukai. Lalu kamu, tiba tiba, begitu saja, meraih tanganku seolah mengatakan "kamu tidak sendiri, ayo. Ada aku disini agar kamu mengenal keasingan yang ada disini". Padahal aku tahu, sangat tahu bahwa kau adalah bagian dari keasingan yang ada. Tapi entah mengapa aku menerima uluran tanganmu begitu saja, seolah terhipnotis oleh segala yang ada pada dirimu. Apakah kamu tahu bahwa waktu itu dimataku kau adalah malaikat penyelamatku kala dimataku keasingan itu menyekikku secara perlahan. Ya, kamu memang menyelamatkanku kala itu, kala aku sendiri terperangkap dalam keasingan yang begitu mengerikan dimataku.
Saat itu aku sadar, aku mengagumimu. Hanya mengagumimu kupikir. Sebab, hatimu begitu baik. Sebab hanya kamu yang peduli pada sosok yang kecil ini.
Bertambah waktu, kita berteman. Hanya kita yang tahu. Dan kemudian keasingan mulai kukenali sedikit demi sedikit. Berkatmu mungkin, ya, mungkin.
Disuatu hari, sebuah pikiran muncul, begitu saja. Seperti angin yang berhembus lirih. Seperti embun pagi yang muncul entah dari mana. Sederet kata yang tak pernah ku duga akan muncul dalam pikiranku. Sebuah kesadaran bahwa aku menyukaimu. Hanya menyukaimu kupikir. Aku masih tenang saja, seolah itu bukan perkara hati yang serius. Seolah itu adalah pernyataan sepele yang berlalu begitu saja. Kupikir rasa suka itu akan hilang seiring berjalannya waktu.
Tapi aku salah, justru inilah awal kesakitan mengikutiku dibalik rasa suka itu.
Kala itu kamu tetap sama, seperti awal kita bersinggungan, kamu yang peduli, kamu yang baik, kamu yang sabar terhadapku, kamu malaikat penyelamatku. Tulisan tulisan sederhanamu menghiasi hariku kala itu. Hanya tulisan sederhana, tapi cukup membuat hariku bermakna.
Aku masih ingat, kala aku masih berpikir bahwa aku hanya menyukaimu, kala malam menyapa dan kita, juga yang lain masih sibuk dengan urusan masing masing, ah tidak, kamu tak sibuk kala itu. Hanya aku dan yang lainnya saja. Tiba tiba saja kamu duduk disampingku tanpa permisi, begitu saja seolah semuanya akan baik baik saja setelahnya. Aku hanya melirikmu sekilas, kemudian kembali fokus, seolah sibuk dengan aktivitasku yang nyatanya aku tengah berfikir kata apa yang harus kumulai untuk menciptakan kalimat demi kalimat yang muncul dari bibirmu. Tapi tak pernah ada satu katapun yang terucap dari bibirku.
Hingga aku hanya menikmati keheningan yang menyapa kita, dan kecanggungan yang indah menyelimuti kita berdua. Sejak itu aku sadar, ada rasa yang kupunya untukmu, lebih dari yang kau tahu.
YOU ARE READING
Selarik Kisah
Short StoryIni tentang kata yang tak mampu tersampaikan Tentang kata yang ku alirkan menjadi larik larik yang menjadi kisahku