BM-7 [END]

44 10 0
                                    

"Wah, ini enak tae..." Munji mendorong masuk makanan kedalam rongga mulutku.

Senang hati, kukunyah bola kecil itu. Kupasang wajah menghayati.

"Ini enak." Aku mengangguk.

Didepan kedai penjual kami memakan satu persatu hidangan sampai perut ku tak mampu menerima asupan lagi. Tidak dengan perutnya. Bisa saja perutnya terbuat dari karet atau dia memiliki dua lambung.

"Ice cream!" Serunya riang memintaku mengangkat ice cream ku lalu menempelkannya di miliknya. Membuat rasa vanila dan coklat terkabung menjadi satu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Segera kutarik tangannya ketujuan terakhir.

Menikmati salju, ice skating.

Aku memakaikannya pakaian hangat setelah aku selesai memakai bagianku.

Dia sangat cantik dan seksi.

"TAE!!!" Teriaknya, kakinya bergerak bergantian membuat laju.

"JI-AH!!!" Balasku seakan tempat ini adalah tempat kami berdua.

Bukh

"Wlee.." dia menjulurkan lidah kepadaku seusai tangannya melemparku kumpulan salju.

Bukh

Kubalas dia menggunakan bola salju yang lebih besar. Dia terjatuh dan aku tertawa terpingkal-pingkal. Dapat kulihat dia tersenyum evil kepadaku.

"BWAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA-"

Byur

Tubuhku tertumpuk salju buatan ini. Dan sekarang gantian dia yang tertawa.

Brum

Ku tambah lagi kecepatan kendaraanku. Kulihat gadis itu tertidur pulas. Kedua sayapnya telah muncul belum lagi kami harus pulang.

Rumah ada di pulau.

Pulau dikelilingi pantai.

Berarti kami harus menyebrang. Tenang gadis disampingku ini juga membeli kapal beserta memperkerjakan nahkodanya untukku.

Nahkodanya tak perlu digaji karena seorang robot, aku harus memberinya dua jempol.

Harusnya empat karena laju kapal ini dua kali lebih cepat dari kapal lainnya.

Aku naik kelantai atas kapal. Menikmati angin sepoi-sepoi malam.

'Apa dia kan pergi?' Batinku tak rela.

Grep

Bulu hangat menyelimutiku dari belakang. Membuat air mata ku hendak terhenti. Sebuah tangan memelut pinggang ku erat.

"Nanti kau masuk angin." Suara itu tak akan pernah terhapus dari memoriku.

Ku usap tangan yang melingkar dipinggangku.

Author pov

Taehyung mengadah menampung liquid itu agar tak tumpah begitu saja.

Dihapusnya air mata itu pelan-pelan menggunakan tangannya.

Hidungnya menarik ingus sebab menangis.

"Ya! Kau menangis?" Munji mengangkat kepalanya kesamping wajah Taehyung.

Taehyung terus saja menghindar. Munji terbang agar dapat melihat langsung wajah Taehyung.

"Kenapa kamu menangis eoh? Apa kau takut kita akan berpisah? Apa karena jam ini sudah mau habis?" Tanya Munji beruntun menunjukkan jam pasir yang hanya menunjukkan waktu sangat singkat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby moon- [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang