Chapter 3, Apa yang harus kita lakukan?

276 33 13
                                    

Tak ditemukan denyut nadi disana.

Jemari Seokjin terkepal erat, menahan lonjakan emosi sekuat tenaga. Choi Alexander adalah sosok yang begitu membawa dampak besar untuk kehidupan Seokjin. Sosok yang dengan sukarela mengajarkan apapun untuknya yang dulu masih memiliki kekurangan pada beberapa aspek, yang selalu memberinya sokongan semanngat disaat Seokjin mengalami krisis kepercayaan diri setelah didapuk sebagai salah satu ksatria.

Kenyataan yang kini berada di depan mata menjadi pukulan keras. Helaan napas dalam diambilnya begitu menemukan presensi Jimin disampingnya yang tengah mengguncang tubuh Sang Raja dengan harapan akan adanya reaksi.

Segera, Seokjin meraih pundak rekannya. "Berhenti, Park. Percuma saja."

Merupakan hal terberat untuk mengumumkan hal yang terjadi, namun harus segera Seokjin lakukan. Maka sembari menutup perlahan kelopak mata Choi Alexander, lisannya mengucap lirih bahwa—

"Hari ini pukul 22.34, Choi Alexander menghembuskan napas terakhir."

Tak dapat dipungkiri jika kejadian terlalu tiba-tiba ini menimbulkan keterkejutan untuk semua pihak. Apalagi harus mengetahui fakta bahwa pemimpin Scarlet meregang nyawa di depan mata.

Jimin menggeleng kuat tak percaya. "Kau pasti bercanda, iya kan?"

"Asumsi awalku karena racun." Sama sekali bukan jawaban atas pertanyaan Jimin. Pemuda Park ini masih belum bisa menerima keadaan. Beberapa kali bahkan melontarkan konfirmasi kematian, "Cukup sudah. Kau harus—"

"Dia anggota keluarga satu-satunya Christine, Jin. Kita bersumpah untuk menjaga Raja!"

Terdapat getaran pada setiap kata yang dilontarkan Jimin, menunjukkan bagaimana emosionalnya pria itu.

"Ya, aku tahu." Seokjin menggigit bibirnya kuat, lalu kembali berucap. "Dan kita sudah melakukannya yang terbaik sampai satu jam yang lalu."

Sebab pada jam ini mereka sudah kecolongan sesuatu yang berharga untuk Scarlet, yakni salah seorang bangsawan Choi.

Seokjin lantas bangkit berdiri, melirik Namjoon penuh arti.

"Namjoon,"

Sadar akan apa yang harus dilakukan, Namjoon segera memberi titah untuk seluruh aparat keamanan istana meski tengah dirundung duka. Ksatria memanglah memiliki hati dan beragam ekspresif selayaknya makhluk lainnya, namun harus tetap bersikap profesional saat tengah bertugas. Siap atau tidak siap. Suka ataupun tidak.

"Tutup gerbang utama beserta pintu masuk, dan jangan biarkan satu orang selain ksatria beranjak dari tempat ini."

Ratusan penjaga istana segera bergerak. Berpasang tungkai dengan pakaian lapis baja berlarian menciptakan bunyi derap yang cukup bising. Ditambah dengan riuh tamu yang mulai was-was, beberapa ada yang memekik tak terima jika harus ditahan dalam ruangan dalam batas waktu entah sampai kapan. Namun tentu Namjoon tak bisa melepas seluruh tamu begitu saja, tidak sebelum mereka melakukan pemeriksaan secara satu persatu.

Namjoon menatap enam rekannya secara bergantian.

"Kau dan Yoongi, tolong amankan tubuh Raja." Seokjin mengangguk, segera bergegas bersama Yoongi.

"Sisanya berpencar. Bawa senjata kalian, masih ada kemungkinan pelaku bisa kita ringkus segera. Segera berkumpul di ruang pertemuan jika kalian selesai menyisir segala sudut kerajaan." Taehyung menjadi ksatria yang lebih dulu bergerak meninggalkan ballroom, diikuti beberapa yang mengambil jalan berbeda.

Namjoon harap salah satu dari mereka berlima bisa menemukan dalang dibalik kematian Choi Alexander. Semoga saja.

---

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Witch Adventure 2: House Of Cards [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang