2MIN - Sorry, But I Love You -

389 23 13
                                    



C-MS
.
.
.
Matahari yang sudah menampakkan dirinya terlihat berdiri kokoh di atas sana. Menyingsing dan memantulkan cahaya biasnya melalui celah sebuah jendela yang gordennya tampak sedikit tersibak karena hembusan angin yang masuk pada bingkai jendela bercat cokelat tua itu yang memang tidak terkunci.



Di sebuah kamar apartemen yang begitu besar dan luas, kamar yang dindingnya di dominasi warna baby blue dan langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih, tampak terlihat begitu kacau seperti telah terjadi gempa sebelumnya.



Botol-botol soju yang entah berapa banyak jumlahnya berserakan di lantai keramik berkarpet beludru berwarna hitam dan bergambar seekor kucing dengan bulu berwarna kuning kecokelatan yang tampak manis dengan posenya yang tengah terduduk sembari pandangannya menatap lurus kedepan. Tidakhanya itu, beberapa makanan ringan sebagai camilan pun tampak berserakan sama seperti botol-botol soju tadi, bantal-bantal dan guling pun tak luput tergeletak tak berdaya di lantai keramik tersebut, bahkan beberapa lembar pakaian pria tercecer dan tergeletak berhamburan begitu saja.




Satu-satunya ranjang di kamar tersebut yang berukuran King Size pun tampak sama kacau dan berantakkannya seperti keadaan kamar tersebut. Ranjang bersprei putih yang tampak kusut dan sudah tak berbentuk lagi, menyisakan dua orang pria yang masih bergelung dengan sebuah selimut putih tebal yang menutupi dan membungkus tubuh mereka, bahkan matahari yang sudah begitu kokohnya berdiri dan melambaikan cahayanya tidak membuat dua pria yang masih tak bergeming dalam tidurnya itu enggan membuka matanya barang sedikit pun, lebih memilih tetap memejamkan mata mereka dan mengistirahatkan tubuh lelah mereka yang terasa begitu pegal dan kaku, terlebih lagi pening di kepala mereka yang di akibatkan oleh beberapa soju yang mereka minum semalam hingga mabuk dan tak sadarkan diri dengan apa yang terjadi di antara mereka yang berstatus sahabat itu terjadi semalam. Begitu mabukkah?




Hingga keduanya merasa terganggu dengan cahaya matahari yang menyilaukan penglihatan mereka, juga keadaan mereka yang sepertinya tidak wajar seperti biasanya.




Namja berparas tampan dan berahangtegas, juga satu lagi namja berparas cantik dan manis sama-sama membuka matanya secaea bersamaan, membuasakan penglihatan mereka dari cahaya yang masuk kedalam mata mereka dengan mengerjap-ngerjapkan mata mereka, memandang sekeliling kamar dan berakhir pada tubuh full naked mereka yang tertutupi selimut putih tebal. Kedua namja yang menjalin hubungan persahabatan itu akhirnya mengarahkan pandangannya pada wajah masing-masing yang masih terus terdiam berpandangan hingga sepersekian detik, setelah otak mereka mencerna dan mengingat apa yang terjadi semalam dengan mereka secara bersamaan mereka membelalakkan mata mereka dan berteriak kencang sembari semakin merapatkan selimut yang membungkus tubuh mereka.



***




Choi Minho, laki-laki berparas tampan dan berahang tegas itu tampak terlihat berjalan mondar-mandir di ruang makan, raut wajah tegasnya tampak terlihat kacau dan berfikir keras, menggigit-gigit kecil ujung jari telunjuknya tanda ia tengah berfikir. Berbeda dengan Lee Taemin, laki-laki berparas cantik dan manis yang tengah terduduk manis di salah satu kursi di ruang makan tersebut tampak begitu tenang dan santai, hanya saja pandangannya yang menatap lurus kedepan tampak begitu kosong, bahkan Minho yang sedari tadi berjalan mondar-mandir di depannya tidak membuatnya bergeming untuk melepaskan pandangannya yang entah memandang apa, jujur saja pikirannya begitu penuh dan sesak.


"Arrgght....." Choi Minho, lelaki tampan tersebut menggeram frustasi, menjambak dan mengacak rambut cepaknya hingga semkin tampak berantakkan dari sebelumnya.


"Apa yang harus kita lakukan sekarang Taemin?" Minho bertanya pada Taemin yang masih tak bergeming di tempatnya. Memandang laki-laki cantik tersebut intens, hingga saat mata bulat besarnya mengarah pada bagian tubuh Taemin yang tampak terekspos karena lelaki manis tersebut mengenakan baju longgar tanpa lengan yang tampak kebesaran di tubuh mungilnya, memperlihatkan leher jenjangnya yang putih mulus, namun yang tampak di mata Minho sekarang adalah leher jenjang yang penuh dengan bercak merah karena ulahnya yang tampak begitu menggoda. Namun dengan cepat Minho menggeleng-gelengkan kepalanya menepis pikiran pervert yang hinggap di otaknya. Choi Minho ingat kau sudah bertunangan, batin Minho.


Taemin menghembuskan nafasnya perlahan dan memandang Minho yang masih terus memandangnya, kemudian menjawab pernyataan sahabat tampannya tersebut "Aku pun tidak tahu Minho. Aku tidak tahu apa yang harus kita lakukan setelah kejadian ini. Kita sesama pria dan kau sudah bertunangan. Lalu apa yang bisa aku lakukan. Aku tidak mungkin menuntutmu karena kejadian ini, kita sama-sama mabuk dan tak sadarkan diri. Dan lagi aku seorang pria"


"Aku takut Taemin, aku takut kalau sampai nanti Yuri tahu apa yang sudah terjadi di antara kita." Minho berucap lirih setelah sebelumnya mendudukkan tubuhnya di depan Taemin yang masih memandangnya sendu.


"Yak bodoh! Kau kira hanya kau saja yang takut, aku pun sama takutnya kalau nanti Yuri noona tahu, bisa-bisa aku di bunuh olehnya karena sudah tidur dengan tunangannya." ujar Taemin sakartis.


"Maka dari itu kita jangan pernah bilang padanya tentang apa yang sudah terjadi diantara kita." imbuhnya lagi.


"Tapi nanti kalau kau hamil bagaimana?" tanya Minho dengan bodohnya.


"Yak! Aku ini pria bodoh, mana mungkin aku hamil" ujar Taemin memekik.




Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sorry, But I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang