1

89 1 0
                                    

"Bagaimana jika kami akhirnya hidup bahagia bersama selamanya? Happily ever after gitu?" tanya Sandy pada kedua sahabatnya, Bora dan Tesla setelah menceritakan mimpinya semalam. Dalam mimpinya, Sandy bermimpi sedang bercinta dengan gurunya, Minhyun.

"Apakah Pak Minhyun sangat panas diranjang?" tanya Tesla semangat.

Sandy menekuk sikutnya dan bertumpu dimeja, tanpa pikir panjang ia menjawab dengan semangat, "benar-benar panas! Aku bahkan berharap untuk tidak bangun dan melanjutkan mimpi itu."

Bora tersedak minumannya setelah mendengar percakapan kedua sahabatnya, ia memukul dadanya beberapa kali hingga terbatuk-batuk.

"Aww.. Aku jadi membayangkan bagaimana jika kita bertiga bercinta bersama-sama dengan Pak Minhyun. Aku tidak—"

"Stoppp!!!" teriak Sandy dan Bora bersama-sama menghentikan perkataan Tesla.

"Aku memang menginginkan Pak Minhyun, tapi aku tidak sudi dan tidak akan pernah sudi untuk bercinta bersama-sama denganmu! Apalagi membagi tubuh Pak Minhyun, tidak akan pernah sudi!" ucap Sandy cepat.

Entah mengapa Tesla malah tertawa setelah itu tanpa mengatakan sesuatu lagi.

"Tidak peduli kita sama-sama menyukai Pak Minhyun, kita harus tetap sportif, oke? Jangan bermain curang. Siapapun yang akan dipilih Pak Minhyun nantinya harus kita terima, oke?" ucap Sandy kemudian.

Mereka berbicara cukup lama hingga tiba-tiba saja seseorang memanggil nama Sandy dari belakang. Ketiganya menoleh untuk melihat, Minhyun berjalan mendekat dengan senyuman mautnya seperti biasa.

"Selamat siang, pak," ucap ketiganya bersama-sama.

"Siang.." jawab Minhyun, "umm.. Sandy?"

"Iya pak?"

"Bisa bantu saya sebentar? Ikut saya ke ruangan saya," tanya Minhyun.

Sandy yang sangat senang langsung berdiri dengan semangat, "bisa, pak!"

Minhyun tertawa ringan, "kalau begitu ikut ke ruangan saya sekarang, ya?"

"Siap, pak!"

Minhyun menoleh pada Bora dan Tesla, "kalian bisa melanjutkan makan siang kalian, saya pinjam Sandy sebentar."

"Saya tidak diajak, pak?" ceplos Tesla.

"Ada waktunya saya akan butuh bantuan kamu, Tesla," ucap Minhyun dengan tawa tertahan membuat Tesla merengut sedih.

Minhyun menoleh pada Sandy, "ayo," Minhyun pun berjalan terlebih dulu mendahului Sandy.

Sandy menoleh pada kedua temannya dan menjulurkan lidahnya mengejek membuat Tesla hampir menyiram minumannya pada Sandy. Sandy pun segera berlari menyusul Minhyun dan berjalan mengekori Minhyun hingga sampai di ruangan Minhyun, ruang konseling.

"Saya dengar kamu terkenal dan punya banyak teman. Maka dari itu, saya butuh bantuan kamu untuk merekomendasikan siapa teman satu angkatan kamu yang cocok untuk menjadi model mewakili sekolah kita di ajang School Model 2018," ucap Minhyun sembari duduk di sofa yang berada di dalam ruangan konseling.

Sandy masih berdiri memperhatikan Minhyun.

"Kenapa berdiri? Duduk saja, Sandy.." ucap Minhyun setelah menyadari Sandy masih berdiri.

Sandy pun mengambil tempat yang berseberangan dengan Minhyun, terpisahkan oleh meja panjang didepan mereka.

Minhyun tersenyum, "kenapa kamu duduk jauh sekali? Padahal kursi disebelah saya kosong, kemarilah," ucap Minhyun menepuk sofa kosong yang berada disampingnya.

Sandy mengangguk dan segera berpindah tempat duduk.

Terjadi keheningan selama beberapa saat, Sandy merasa sangat canggung berada didalam ruangan tertutup seperti itu dan hanya berdua bersama Minhyun. Tiba-tiba ia teringat mimpinya semalam, ingatan itu berhasil membuat pipi Sandy panas hingga memerah. Tiba-tiba saja Minhyun menyentuh pipi Sandy membuat Sandy terlonjak kaget hingga punggungnya menyentuh sandaran sofa. Minhyun pun segera menarik tangannya.

"Pipimu memerah, apakah kamu kepanasan? Apa AC nya kurang dingin?" tanya Minhyun polos, siapapun akan tau bahwa Minhyun hanya basa-basi.

"Ah, tidak kok, pak! Ini karena saya tadi mencoba blush on milik Tesla!" ucap Sandy seadanya.

"Hahahaha.. Kamu masih SMA, Sandy. Tidak boleh memakai riasan kesekolah, kamu tau itu kan?"

Sandy menurunkan pandangannya mencoba mengontrol suasana hatinya agar pipinya segera kembali seperti semula.

"Beruntung saat ini kamu bertemu dengan saya, saya akan memaafkannya untuk hari ini. Coba saja jika kamu bertemu dengan kepala sekolah, saya yakin kamu akan dimarahi oleh beliau," ucap Minhyun, ia melipat kedua bibirnya menahan tawanya. Sandy sungguh sangat lucu dan sangat menyenangkan untuk dikerjai, batin Minhyun.

"Oke kita kembali ke topik awal, siapa yang kamu sarankan?" tanya Minhyun.

Sandy masih dalam posisinya yang menunduk, namun otaknya sudah bekerja untuk memilih, setelah beberapa saat, ia pun menaikkan pandangannya dan menatap Minhyun, "menurut saya, Tesla cocok, pak! Dia kan cantik, badannya bagus, supel dan mudah bergaul, cocok untuk jadi model."

Minhyun menganggukan kepalanya beberapa kali membenarkan ucapan Sandy, "tapi kenapa saya lebih suka kamu, ya?"

"Ha-hah?" Sandy tak dapat menyembunyikan keterkejutannya, melongo dengan bodohnya.

Suka padaku? batin Sandy masih dalam keterkejutannya.

Minhyun tertawa melihat wajah Sandy, "kamu cantik, dan mudah bergaul, kamu juga cocok menjadi model mewakili sekolah kita. Setiap sekolah akan mengirim tiga perwakilan. Saya sudah memilih kamu, saya hanya butuh dua lagi. Kamu mau kan?" Minhyun menekuk sikutnya dan bertumpu pada lututnya, tubuhnya menjadi lebih condong dan menjadi lebih dekat dengan Sandy.

Minhyun menatap mata Sandy dalam. Sandy telah terperangkap oleh sorot mata Minhyun membuat seluruh tubuhnya terasa kaku. Minhyun mengangkat tangan kanannya, ia menyentuh pipi kiri Sandy. Minhyun berhasil membuat seluruh bulu kuduk Sandy meremang. Ibu jari tangannya mengusap lembut pipi Sandy.

Namun tiba-tiba Minhyun melepaskan sentuhannya, tangannya terangkat untuk mengacak-acak rambut Sandy, "jangan diam saja, Sandy. Jangan membuat saya ingin melakukan sesuatu padamu," ucap Minhyun, ia kembali menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

Sandy menggigit bibir bagian bawahnya, gugup. Cukup, itu tadi jelas sekali bahwa Minhyun hanya menggodanya. Sandy tak mau lebih lama dipermainkan Minhyun.

Sandy menegakkan tubuhnya, "bagaimana dengan Bora? Dia juga cantik, terlebih dia sangat pintar," ucap Sandy tak ingin lama-lama dipermalukan oleh Minhyun.

"Bora? Umm.. Dia memang pintar, tapi dia tidak lebih cantik darimu. Dan sepertinya dia lebih sulit bergaul," jawab Minhyun.

"Bagaimana kalian bisa bersahabat? Orang-orang yang cantik dan terkenal bersahabat dengan orang terpintar di sekolah, kalian bertiga sudah seperti geng ternama yang ada didalam serial drama sekolah.." ucap Minhyun.

"Um.. Kami.. Terjadi begitu saja.. Kami tiba-tiba saja menjadi teman karena menyukai orang yang sama," ucap Sandy menyunggingkan senyumnya, ia mengingat masa-masa pertama kali ia bertemu dengan Tesla dan Bora.

Kedua alis Minhyun terangkat, merasa tertarik, sekaligus menjadi penasaran, siapa orang yang disukai mereka bertiga? Bukankah sejak saat itu sampai sekarang Bora masih selalu menggangguku?

"Siapa?" tanya Minhyun.

💕💕💕

Halooooooooooo
Minta pendapat kalian dong, kalian lebih suka fanfic yang pake bahasa baku apa non baku sih?
Soalnya aku liat2 kok banyak yang lebih suka fanfic non baku. Sedangkan fanficku ini kan pake bahasa yang cukup baku, takutnya gaada yang suka gaada yang baca :(((((

Jangan lupa vote komen yaaa

😘

Side Of Side [Hwang Minhyun, Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang