teman (kurang) dekat

54 0 0
                                    


Im jealous. Im over jealous

When im down I get real down

When im high, I don't come down

But I get angry, baby, believe me

I could love you just like that

And I can leave you just a fast


Lagu dari Julia Michaels berjudul Issues merambat perlahan menerobos suara deru knalpot kendaraan yang berlalu lalang di hadapan Ardit. Wajahnya datar. Matanya kosong. Jemarinya ia ketuk-ketukan perlahan di sebuah tiang penyangga halte bus yang berdiri kokoh melindungi tubuhnya dari sengatan panas matahari Surabaya yang lumayan terik. Tempat biasa ia menunggu bus yang siap mengantarnya pulang ke rumah kos yang berada di daerah Panasnya membuat buliran keringat diam-diam menerobos keluar melalu celah pori-pori kulit yang mengkilat.

Nafas panjang keluar dari mulutnya. Mendengus menahan lelah serta udara panas. Musim kemarau terlalu panjang rupanya tahun ini. Kondisi dimana seharusnya sudah turun hujan, masih saja panas berkepanjangan. Kibasan tangan yang ia lakukan untuk menciptakan hembusan angin tak cukup meredakan panas yang masih saja menyengat.

"Lo liat? Anak SMP kaya mereka aja udah pada pacaran dit" Ucap Ed sambil memberikan sebotol air mineral dingin. Oase yang menyejukan. Meski hanya seteguk, rasanya aliran darah bersama gumpalan oksigen yang sempat berhenti membatu kembali berputar menyusuri semua rongga tubuh yang membutuhkan asupannya.

"Iya" Jawab Ardit lirih. Matanya masih kosong

"Gue lupa rasanya diperhatiin" Ucap Ed lesu.

"Iya."

"Kapan terakhir kita pacaran?" Ed menghempaskan tubuhnya ke bangku besi kosong yang ada di sebelah Ardit. Tak mempedulikan anak-anak SMA yang mendadak berisik melihat dua pemuda tampan yang sedang masih duduk dengan pandangan hampa. Sesekali siswa SMA itu berbisik ke temannya yang juga ikut mengamati gerak gerik Ardit dan juga Ed, di akhiri dengan senyuman termanis yang coba ia lemparkan ke kedua makhluk yang sedikit agak jauh dari hadapan mereka. Tapi tak berbalas.

Ed merebut paksa posisi earphone yang menyumpal lubang kiri telinga Ardit. Berbagi music yang dialunkan lirih melalui lubang speaker earphone .

Keduanya menghela nafas panjang. Menampakan wajah kacau mereka.

Huuuuffttss .....

Dengusan nafas panjang mereka berdua keluar bersama-sama. Tanpa direncana.

"Semester kemarin kayanya gue masih punya pacar deh dit. Tapi ya gitu. Nggak pernah bisa lama"

"Iya. Abang-abang tukang tahu bulat juga tau kok."

"Kesannya gue player banget ya. Padahal gue yang selalu diputusin sama mereka." Ed meneguk air mineral dingin yang masih ia pegang di tangan kanannya. "Lo inget Dinda? Dinda, anak Akuntansi. Pacar pertama gue di Surabaya. Pacaran cuma lima hari. Udah kaya waktu kerja orang kantoran. Lima hari doang gue diputusin. Gara-garanya sepele. Gue lebih milih nemenin lo nyari gitar. Segitu marahnya dia sampai gue ngga dikasih kesempatan kedua buat memperbaiki kesalahan gue. Apesnya lagi, roda belakang sepeda gue ilang nggak tau kemana. Dipretelin di jual kali sama dia buat beli pensil alis. Secara alis dia tebel banget kaya lintah kawin." Ed meneguk kembali air mineral dari tangannya. Kali ini cukup panjang. Sekitar lima tegukan hanya dalam waktu beberapa detik saja. "Terus Kanya. Anak Hukum. Pacaran cuma empat hari. Putus gara-gara tau kalau kita room mate. Nggak masuk akal. Katanya dia baca di lambe gurah Surabaya, kalau kita sering grepe-grepe kalo tidur. Mandi barengan. Dan sempak kita sering ketuker-tuker. Kalo bingung yang mana, lebih sering barengan. Kemakan akun gossip itu bocah. Pantes aja kemana-mana yang dicari colokan. Suka takut kalo tiba-tiba hpnya mati dan nggak bisa bikin instagram story kalo lagi nongkrong. Kapan dia ulang tahun, gue kado genset deh, biar dikalungin atau nggak digeret-geret biar dia nggak pusing keabisan power bank atau nggak nemu colokan listrik. Dan terakhir Dewi. Anak sastra juga. Pacaran cuma dua jam. Diputusin gara-gara dia lihat instagram gue isinya foto gue sama lo semua. Lha temen gue kan cuma lo nyuk. Sama siapa lagi gue harus foto? Albi, si Badut Alfamart? Atau sama garpu popmie rasa pecel lele?"

Boy Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang