Reuni.

1.1K 76 30
                                    

Dhilla menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya. Kali ini mereka sudah kembali ke rumah mereka di Jakarta, dengan perlahan Dhilla berhasil membujuk putra bungsunya Hanan untuk mau ikut pindah ke Jakarta, dan Hanan, bagi Hanan permintaan mamanya adalah sebuah kewajiban yang harus di penuhi.

"Selamat pagi semuanya." Sapa Dhilla menyambut kedatangan 4 laki laki tampan di rumahnya.

"Pagi sayang, muaachh." Alfath mengecup lembut kening Dhilla.

"Hmmm. Ada bau baunya kita bakalan punya ade nih bang." Goda Hasbi.

"Bisa jadi, mama kan pengen banget punya anak perempuan." Sahut Habsi.

"Punya sodara dua aja udah repot, lah ini mau nambah." Gerutu Hanan dalam Hati.

"Huusshh, ngga lah. Mama udah cukup punya 3 pangeran. Biar mama tetep jadi yang paling cantik di rumah ini." Ujar Dhilla bangga menjadi satu satunya perempuan di rumah ini.

"Udah duduk mah, kita sarapan." Ajak Alfath. Dhilla langsung duduk dan ikut bergabung sarapan bersama.

*****

"Hanan, kamu udah nggak keberatan kan ikut pindah ke Jakarta?" Tanya Dhilla memecah keheningan. Hari ini adalah Hari pertama ketiga putranya masuk sekolah. Ya ketiga putranya kini sekolah di SMA yang sama.

"Ngga ko ma. Cuman Hanan masih keberatan ajah, kenapa harus satu sekolah. Kenapa gak di pisah ajah." Ujar Hanan.

"Mama sama papa masukin kalian ke satu sekolah yang sama karena, supaya mama bisa monitor dan mengawasi kalian dengan baik. Di usia seperti kalian ini sangat rawan, mama takut kalian salah pergulan." Dhilla menjelaskan, Habsi menganggut mengerti.

"Ya biar lo gak tawuran lagi, dan gak ikut ikutan geng motor berandalan itu dek." Habsi menepuk bahu Hanan. Hanan menepisnya kasar.

"Gue bukan adek lo!" Sinis Hanan. Habsi berdecak kesal.

"Kalian mau ambil jurusan apa nanti?" Tanya Alfath angkat bicara.

"Ipa." Ujar Habsi dan Hasbi bersamaan.

"Ips." Jawab Hanan datar.

"Kenapa kamu juga gak ngambil Ipa Hanan?" Tanya Alfath penasaran.

"Udahlah pa. Menurut Habsi, biarin Hanan mengambil jurusan sesuai dengan apa yang dia mau. Yang terpenting kita tetep satu sekolah. Dan Habsi janji bakalan jagain mereka." Ujar Habsi, berhasil membiat Dhilla dan Alfath tersenyum bangga. Habsi memang sosok kakak yang baik.

Habsi menatap adik bungsunya, dan tersenyum pada Hanan. Namun Hanan membuang mukanya dan tidak membalas senyum itu.

"Tukang cari muka." Pikir Hanan.

*****

Mobil Alfath sudah sampai di depan sekolah. Terlihat di depan gerbang sosok Ken sudah melambaikan tanganya menyambut mereka.

"Mas Alfath, mba Dhilla selamat datang kembali di Jakarta." Sambutnya heboh.

"Tunggu." Ken menatap 3 pemuda tampan yang berbaris di hadapanya.

"Ini pasti Habsi right? Penyandang gelar Hafidz Al-Qur'an terbaik seasia. Dan pianis muda berbakat yang pernah di undang ke istana negara, oleh presiden." Ujar Ken bangga. Habsi tersenyum kecil.

"Asalamualaikum Om. Gimana kabar om Ken?" Habsi menyalami Ken dan memeluknya singkat.

"Dan ini pasti Hasbi, Hafidz muda berbakat. Yang tahun lalu mendapatkan mendali di olimpiade Fisika tingkat internasional." Ujar Ken seraya memeluk Hasbi. Ken melepas pelukanya beralih menatap Hanan yang berdiri di sebelahnya. Hanan tersenyum kecil.

Love Hanan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang