2.

7 0 0
                                    

“Gue udah minta kalian lepasin dia, kalian menolak dan gue gak ada pilihan. Kalian cocok jadi percobaan sarung tangan tinju gue yang baru,”

***

Alrisa melepaskan sarung tangan tinjunya dan mulai menghampiri gadis yang sedari tadi menatapnya tanpa henti. Gadis itu gemetar hebat saat Alrisa mencoba membantunya berdiri.
“Kamu gausah takut lagi, premannya kan udah pergi,” Kata Alrisa sambil membawa tas gadis itu. Kini mereka berdua berjalan berdampingan keluar dari gang.
“A-aku udah gak takut kok kak, a-aku cuma syok aja,” Balas gadis itu sambil menundukan kepalannya. Gadis itu tidak bisa menyembunyikan perasaan takut dan keterkejutannya. Itu jelas terlihat dari nada bicaranya yang masih gemetar. Alrisa hanya tersenyum. Kemudian menautkan jemarinya ke tangan gadis itu. Seolah memberi ketenangan untuk menghilangkan rasa takutnya. Gadis itu mendongkak menatap Alrisa yang kini tersenyum manis kepadanya.
Alrisa menghentikan langkahnya membuat gadis itu juga ikut berhenti. Alrisa menatap gadis itu.
“Kamu gausah takut, wujud preman aku cuma keluar disaat-saat tertentu doang kok. Sekarang aku balik lagi jadi kucing manis,” Katanya sambil memegang kedua pundak gadis itu. Gadis itu terdiam, kemudian ada senyum yang terbentuk diwajahnya.
“Kakak hebat,” Katanya. Alrisa melepaskan tangannya dari pundak gadis itu dan kembali berjalan.
“Nama kamu siapa?” Tanya Alrisa.
“Nama aku Oci, kalau kakak?” Jawab gadis itu.
“Nama aku Alrisa,”
“Nama kakak bagus,” Pujinya membuat Alrisa terkekeh pelan.
“Nama kamu lucu,” Balas Alrisa.
Keduanya kini sama-sama tersenyum sambil terus menyusuri jalan. Alih-alih takut bahaya lain menimpa gadis ini, Alrisa memutuskan mengantarnya sampai ketempat tujuan. Gadis bernama Oci ini cantik menurutnya, rambutnya hitam legam dengan poni yang menutupi dahinya, kulitnya putih khas ciri-ciri anak rumahan, senyumnya yang sudah manis bertambah manis dengan lesung pipi dibagian kanan dan kiri wajahnya, bola matanya juga hitam dan semakin cantik ditambah dengan bulu mata yang lentik. Menyadari keheningan, Alrisnya pun langsung memulai percakapan dengan Oci untuk mengusir kecanggungan antara keduanya.
“Nama asli kamu emang Oci?” Tanya Alrisa menoleh kearah Oci.
“Eh? Enggak kok kak, nama asli aku itu Rosi cuma kalau dirumah dipanggil Oci sama abang-abang aku,” Jawabnya menjelaskan. Alrisa mengangguk mengerti mendengar jawaban Oci.
“Kalau kakak, emang suka tinju gitu ya?” Tanya Oci kali ini.
“Iya,” Jawab Alrisa cepat.
“Pantesan tadi pas liat kakak mukulin preman-preman itu aku sampe gak bisa berkata-kata,” Jelas Oci lagi. Wajahnya terlihat jelas menampakan kekaguman pada diri seorang Alrisa.
“Oh ya?”
“Iya kak, beneran deh kakak keren banget,”
“Hahahahaha, bisa aja kamu,”
“Aku serius kak, tadi itu kakak bener-bener keren,”
“Udah ah jangan puji-puji mulu. Udah hampir malam. Kamu pulang naik apa? Mau kakak pesenin taksi online?” Tawar Alrisa.
“Eh iya udah mau malam, aku sampe gak sadar hehe. Gausah kak, aku bisa minta jemput sama abang aku,” Kata Oci. Alrisa mengangguk dan menyerahkan tas Oci yang sedari tadi dibawanya.
“Aku tungguin sampe jemputan kamu dateng ya,” Ucap Alrisa.
“Gausah kak, gapapa kok aku bisa sendiri,” Balas Oci.
“Gapapa, kakak temenin aja. Udah malam ini bahaya kalau kamu sendirian,” Ucap Alrisa lagi seraya tersenyum. Tentu saja Alrisa melakukan ini bukan karna paksaan tapi memang tulus dari hatinya. Karna ini sudah menjelang malam Alrisa takut bahaya yang lebih besar malah menimpa gadis ini. Pasalnya sering kali Alrisa melihat kejadian tidak senonoh yang menimpa anak-anak dibawah umur di televisi. Untuk itu Alrisa memutuskan menemani Oci sampai jemputannya datang. Oci mengangguk kemudian mengeluarkan handphonenya untuk menghubungi seseorang.

“Halo bang?” Sapanya pada seseorang.
“.....”
“Bisa jemput Oci gak?”
“.....”
“Iya ini Oci lagi dijalan deket toko roti langganan mamah. Abang jemput ya,”
“.....”
“Bang Adnan kemana? Yaudah bang Qatan aja yang jemput Oci,”
“.....”
“Yaudah. Cepetan ya,”

“Gimana?” Tanya Alrisa setelah melihat Oci menutup telfonnya.
“Iya kak ini abang aku lagi Otw kesini kok,” Jawab Oci yang kini berdiri disamping Alrisa.
Alrisa menatap arlojinya yang kini menunjukan pukul 07.05. Saat ini Hendra pasti sedang sibuk menghubunginya, namun handphone yang berada disakunya sudah mati dari beberapa jam yang lalu dan bisa Alrisa tebak, setibanya dia dirumh cacian dari Hendra akan langsung menghampiri telinganya.

***

Setelah hampir 15 menit menunggu akhirnya sebuah mobil berhenti didepan Oci dan Alrisa. Seorang laki-laki kemudian turun dan menghampiri mereka. Laki-laki itu menatap Alrisa penuh selidik.
“Akhirnya abang sampai juga,” Kata Oci sambil tersenyum senang.
“Dia siapa Ci?” Bukannya langsung mengajak Oci pulang laki-laki itu malah bertanya tentang siapa perempuan yang bersama adiknya.
“Oh, kenalin bang ini kak Alrisa,” Jawab Oci memperkenalkan. Alrisa yang merasa tidak enak hanya memaksakan senyumnya yang tentu di balas oleh laki-laki itu.
“Dia yang nolongin Oci tadi,” Lanjut Oci.
“Hah? Nolongin kamu? Emang kamu kenapa?!” Laki-laki itu menatap Oci sambil mengguncangkan kedua bahu Oci. Seolah memastikan bahwa adiknya baik-baik saja.
“Udah nanti Oci ceritain dirumah. Sekarang pulang dulu yuk Oci udah laper,” Kata Oci sambil melepaskan tangan laki-laki itu dari bahunya.
“Oh iya kak Alrisa bareng Oci aja yuk,” Tawar Oci sambil memegang tangan Alrisa.
“Gausah Ci, kakak udah pesen ojek online,” Jawab Alrisa berbohong. Dia hanya tidak ingin merepotkan Oci. Lagipula rumahnya juga tidak terlalu jauh hanya tinggal beberapa meter lagi dari tempatnya berdiri sekarang.
“Yah, padahal Oci pengen bales pertolongan kakak tadi,” Kata Oci sambil menekuk wajahnya.  Alrisa terkekeh pelan.
“Gak perlu dibales Ci, kakak ikhlas kok. Lagian kamu kan tadi emang lagi butuh pertolongan dan kebetulan ada kakak disana. Sesama manusia kita harus saling tolong menolong iyakan?”
Perkataan Alrisa membuat Oci tertegun. Oci menatap Alrisa yang saat ini sedang tersenyum manis kepadanya.
“Yaudah gih sekarang kamu pulang, katanya tadi laper kan?” Tanya Alrisa dan hanya dibalas anggukan kecil dari Oci.
“Makasih ya kak,” Kata Oci seraya tersenyum kepada Alrisa.
“Iya sama-sama,”
Oci kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam mobil, meninggalkan Alrisa dan laki-laki itu. Alrisa tersenyum tenang melihat Oci sudah duduk manis dikursi penumpang. Sampai dia tidak menyadari bahwa laki-laki dihadapannya sedang memperhatikannya.
“hm,” Laki-laki itu berdekhem, membuat Alrisa menoleh kearahnya.
“Makasih ya udah nolong adik gue, walaupun gue gatau apa yang terjadi tapi yang pasti kalau gak ada lo sesuatu yang buruk udah menimpa Oci. Sekali lagi makasih,” Ucap laki-laki itu yang hanya dibalas anggukan kecil dari Alrisa. Laki-laki itu tersenyum dan langsung masuk kedalam mobilnya meninggalkan Alrisa yang masih berdiri ditempat yang sama. Sekarang sudah pukul 08.01 Alrisa mulai berbalik melangkahkan kakinya menuju rumah, sejujrunya saja tubuhnya sudah sangat lelah. Dia ingin secepatnya sampai dan langsung membaringkan otot-ototnya yang terasa pegal. Perutnya juga sudah mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang berisik. Hampir seharian ini Alrisa tidak menerima asupan apapun. Alrisa menyesal menolak ajakan Sela makan dikantin siang tadi. Ah sudahlah, yang penting sekarang bagi Alrisa adalah ia harus sesegera mungkin tiba dirumah sebelum hari semakin malam.

***

Ini tanpa editing langsung aku post, dan nulis ini juga dengan keadaan mood buruk. maklum jika part ini sedikit aneh dan typo bertebaran hehe. Jangan lupa Voment. Karna Voment itu gratis :)
Salam, penulis amatir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ResilientTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang