Nama Saya...

73 6 1
                                    

    Pagi itu, dengan hawa dingin yang menyelimuti, yang membuat suasana itu sampai saat ini masih bisa saya rasakan, dan  terus dapat saya kenang dengan jelas, karena saat itu adalah hari pertama saya sekolah, hari dimana saya memiliki secercah harapan dan semangat baru di hati saya. Hari dimana awal mula saya akan mulai menciptakan mimpi saya sejak SMP, yaitu memiliki masa-masa SMK yang indah, yang dapat saya kenang di hari tua nantinya.

   Pagi itu sekitar pukul 04.30 WIB, saya sudah terbangun untuk mempersiapkan semua perlengkapan dan peralatan sekolah saya (karena ini hari pertama jadi saya tidak ingin membuat kenangan yang buruk lebih dulu), walaupun dengan hawa dingin yang amat sangat menusuk tulang pada saat itu. Saya tetap mandi dan memakai seragam SMP saya yang sudah terlihat kusam dan memakai sepatu NB yang saya beli di pasar malam beberapa hari sebelumnya hehehehe. Sebenarnya hal yang membuat saya sedikit merasa minder, karena yang saya dengar di sekolahan baru saya ini diisi oleh anak-anak dari golongan menengah keatas yang so pasti fashion berpakaian mereka akan lebih kekinian dan lebih bermerk. Namun dalam hati saya sudah ada tekad yang sudah saya kumpulkan beberapa hari sebelumnya "gw sekolahan bukan mau gaya, tapi mau pinter". Dan tekad ini lah yang terus saya bulatkan.

     setelah semuanya sudah siap saya berpamitan kepada nenek saya, dan saya pun segera menuju rumah Rian. Sekilas tentang Rian, Rian merupakan teman sekolah saya sejak SD so pasti kami sudah cukup dekat, dan kebetulan kami pun masuk di Smk yang sama, rumah kami pun tidak terlalu jauh, dapat dibilang juga kami bertetangga. Rian memiliki tinggi badan yang lebih mencolok dari pada anak-anak seusia kami, dan lebih terlihat seperti bapak-bapak dari pada anak SMK.

   
"Rian-Rian" saya memanggil Rian didepan pintu rumahnya.
"Masuk aja pintunya gk dikunci" Mama Rian berkata. saya memang sudah sangat sering bermain dirumah Rian jadi Mama nya pun sudah cukup akrab dengan saya, Mama Rian adalah orang yang baik setiap saya datang kerumahnya dia selalu menyambut saya dengan teh manis hangat dan donat yang dibuatnya sendiri, yang merupakan makanan yang sangat lezat.
"'Woi bentar ya gw baru beres mandi." Saya terkejut melihat Rian yang masih memakai handuk sudah ada di samping saya, dan dia baru selesai mandi. Yang sedikit membuat hati saya jengkel karena kami sudah membuat janji agar datang lebih pagi ke sekolah baru ini.

     Setelah Rian sudah siap kami pun pamit kepada Mama Rian  dan segera berjalan menuju ke sekolah SMP kami yang lama, setelah hampir sampai, dari kejauhan kami melihat beberapa orang teman kami yang sudah menunggu didepan gerbang, kami memang sudah membuat janji dengan beberapa orang teman kami yang kebetulan juga masuk di sekolah yang sama dengan kami. "Lama amat sih!!" Salah satu perempuan dengan wajah kecutnya melihat tajam ke arah kami, dia adalah Dian (teman kami di Smp yang sempat saya taksir juga hehehehe) "Iyah-iyah sorry telat" Rian berkata sambil sedikit membungkukkan badannya sebagai tanda permintaan maaf. Kemudian setelah kami merasa teman-teman kami sudah kumpul semua, Rian segera memesan taksi daring(online).

    Didalam mobil kami hanya berbincang-bincang kecil karena sang supir Taksi Daring memulai percakapan lebih dulu dengan beberapa pertanyaan. "Ini Ade-ade mau pada kemana ya?" Kata sang supir, Rian dengan cepat menjawab "ini pak mau ikut mpls pak." "Haa? Mpls apaan dek?" "Semacam kaya MOS gituh pak." "Oalah emang beda yah dek?, Setahu saya kalo MOS kaya gituh pasti nanti dikerjain gituh dek sama kakak kelasnya, apalagi waktu zaman saya waktu itu, kalo gak nurut dikit aja udh langsung hukuman" sang supir pun menceritakan masa-masa sekolahnya dulu. Mendengar kata hukuman saya yang duduk di samping sang supir melihat muka Dian, Rani, Rini, yang sedikit terlihat harap-harap cemas. Dan saya pun hanya bisa senyam-senyum sendiri.

    Setelah sampai didepan gerbang sekolah, kami pun turun dari taksi daring tersebut. "Hari itu saat saya melihat gerbang masuk sekolah itu timbul secercah harapan yang terasa didalam hati saya. Hawa dingin yang sangat terasa saat itu di karenakan saat itu masih pukul 5.30 pagi, dan semua rasa gugup itu, yang masih bisa saya rasakan sampai saat ini. Yang membuat kaki saya terpaku selama beberapa menit.
    Tiba-tiba ada suara, "'Woi" berbarengan dengan tepukan dipundak saya yang akhirnya sejenak membuat saya terkejut, dan juga menyadarkan saya untuk segera sadar   dari lamunan saya. Saya sendiri lupa bahwa Rian, rani, rini, dan Dian yang  berada sedaris tadi di samping saya dan melihat ke arah saya dengan tatapan bingung.

    untuk mengalihkan perhatian mereka Saya pun mengajak mereka dan kami pun langsung bergegas masuk ke dalam area sekolah, karena area parkir yang sudah cukup ramai dengan para calon siswa-siswi dan orang tua yang mengantar mereka.

Didepan gerbang sudah berbaris dengan rapi para anggota OSIS dan beberapa guru yang menyambut kami dengan senyuman hangat dan sebuah salaman, yang menyimbolkan keramahan mereka.

    Sesampainya di dalam area sekolah saya melihat begitu banyak anak-anak yang amat sangat berbeda dari teman-teman saya yang berada di SMP dahulu, dari cara berpakaian, dari kulit mereka yang putih bersih, yang menandakan kalau mereka adalah anak-anak yang sangat terawat, walaupun ada beberapa anak yang berkulit hitam namun masih terlihat "bersih", hal ini lah yang menambah rasa gugup saya, saya pun menundukkan kepala dan melihat sepatu dan baju saya apakah sudah terlihat cukup rapih dan bersih ?, apakah sudah cukup pantas untuk bergabung dengan beberapa kelompok anak-anak tersebut ?

    Setelah melakukan pengecekan nama dipapan pengumuman, yang bertujuan untuk mengetahui pembagian kelompok kelas dan menanda tangani daftar hadir yang telah disediakan oleh kakak-kakak pengurus MPLS. Saya dan Rian berjalan-jalan di area lapangan sekolah, karena area lapangan tersebut sudah dipadati dan dipakai sebagai tempat berkumpul dan tempat berbincang-bincang oleh para calon siswa/i baru baik untuk berkenalan dengan teman-teman baru, maupun bercengkrama dengan teman-teman lama mereka.

      Saya pun sering kali melihat dari bawah ke atas cara berpakaian anak-anak yang sedang berbincang-bincang tersebut, mungkin jika di hitung-hitung rata-rata sepatu yang mereka pakai diatas kisaran 500 ribu menurut saya, karena dari model,merk, (ya walaupun gini-gini saya mengetahui sedikit banyak tentang sepatu hehehehe ), secara spontan beberapa kali saya melihat sepatu NB saya yang saya beli pasar malam, yah walaupun rasa minder itu ada, namun saya tetap berpikir positif, saya berpikir mungkin masih banyak anak-anak yang bahkan sekolah tidak memakai sepatu, masih banyak anak-anak yang memakai sepatu bekas dan sudah bolong, jadi saya bersyukur dapat memakai sepatu baru dan bersih.

    Tiba-tiba ada beberapa perempuan sekitar 4-5 orang yang berjalan bergerombol dari kejauhan, mereka semua terlihat amat cantik dari tempat saya berdiri waktu itu, kemana pun mereka berjalan selalu menjadi pusat perhatian bagi anak laki-laki ataupun anak-anak perempuan disekitarnya, awalnya saya tidak terlalu memperhatikan mereka, namun  di antara 5 orang tersebut saya baru melihat sebuah "senyuman" yang langsung membuat jantung saya seperti berhenti berdetak, saat itu dia terlihat lebih cantik dari pada orang-orang disekitarnya, cara dia tertawa, cara dia tersenyum, cara dia berbicara, pancaran sinar yang keluar dari matanya yang benar-benar baru kali itu saya lihat, yang membuat saya terpaku diam.

   Tiba-tiba dia seperti melihat ke arah saya, dan mata kami pun sempat bertatapan selama beberapa detik, dan tiba-tiba dia melambaikan tangannya ke arah saya yang...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reason?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang