00; Prolog

309 24 0
                                    

Seoul, September.

Yoon Doo Joon - Dujun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoon Doo Joon - Dujun


Aku menghela napas kasar saat mendengar suara jeritan dua makhluk yang selalu membuat keributan. Setelah selesai memakai seragam sekolahku, segera saja aku langsung keluar kamar.

Memutar knop pintu dan melangkah keluar, belum sempat aku menyadari sekitarnya saat sebuah bantal melayang jatuh dan langsung tertuju pada wajahku.

Tidak sakit namun sukses membuatku menggeram kesal. Langsung saja aku menatap Yoseob dan Gikwang dengan tajam, sedangkan yang ditatap hanya menatapku dengan takut.

"Bukan aku yang lempar, tapi Gikwang." ucap Yoseob cepat menunjuk kearah orang yang dimaksud.

Aku menoleh dan Gikwang langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aniyo, ini semua gara-gara dia hyung. Dia yang memulai duluan." elaknya.

"Apa kau bilang? Jelas-jelas kau yang melemparnya!" sengit Yoseob.

"Tapi kan, kau yang memancingku!" Gikwang tidak mau kalah.

"Pokoknya dia yang salah, hyung!" kekeh Yoseob.

"Tidak. Dia hyung!"

Aku mengepalkan tanganku. Merasa jengkel dengan mereka berdua yang setiap hari selalu saja bertengkar. Padahal ini masih pagi, bukannya sarapan mereka malah lebih senang membuat keributan.

Dan ini adalah sarapan pagiku? Begitu?!

"Heh! Kau berani melawanku, hah?!"

"Siapa takut?! Kau bahkan lebih pendek dariku,"

"Yaa! Lee Gikwang!! Kau benar-benar-"

Aku memejamkan mataku sejenak sebelum berteriak. "CUKUP!!"

Sukses saja mereka berdua langsung bungkam dan menunduk takut.

"Ada apa sih? Ribut sekali," Junhyung baru saja keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur.

Aku melangkahkan kakiku menghampiri Gikwang yang masih menunduk. Kemudian menjewer telinganya membuat dia merengek.

"Sakit hyung," melasnya sambil memegangi tanganku yang menarik telinganya. Aku bisa melihat Yoseob sedang tersenyum kecil.

Langsung saja aku pun menarik telinga Yoseob. "Aw! Lepasin hyung. Kenapa aku juga kena,"

"Diam. Ikut aku!" tegasku, lalu menarik mereka menuju dapur.

Junhyung yang sudah duduk di meja makan ketika melihat kami hanya bisa menggelengkan kepalanya. Hal seperti ini memang sudah sering terjadi.

Aku langsung menyuruh mereka berdiri di pojok dapur apartemen yang sudah kami berlima tempati. Berdiri dengan sebelah kaki serta kedua tangan menjewer telinga sendiri.

[Korean Story] When the Door ClosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang