LESSON I : THE END OF SOME MAN'S SINGLE-TIME ERA

388 41 12
                                    

Notes: Kisah ini mengambil AU/AT dari kisah pertama author “Family Couldn't Seperated by Distance Even Time”, 9 tahun setelah perang melawan Utsuro dan beberapa couple sudah menikah seperti Sougo-Kagura, Gintoki-Tsukuyo, Kamui-Soyo dan yang lainnya.

Namun beberapa juga belum menikah, dan kisah ini mengangkat salah satu karakter dan saya memasangkannya dengan karakter lain yang mungkin anda tidak suka. (Crack-pair)

Namun saya harap anda menikmati alur ceritanya. Selamat membaca.

Disclaimer: Gintama is not mine! It’s Sorachi-sensei masterpiece.

And all of the pictures in my story isn't mine. It belongs to the various artists who created it!

.

.

.

[Kastil Edo]

08.00 A.M.

Hamparan sinar hangat mentari menyinari seluruh sisi ruangan besar nan megah dalam bangunan itu, diiringi kicau burung yang merdu menandakan sebuah hari yang cerah di suatu musim semi Edo.

Empat orang lelaki berseragam hitam Shinsengumi duduk berjejer tanpa tanda-tanda ada salah satu yang ingin mulai berbicara, keheningan menyelimuti ruangan. Sangat kontras dengan portrait panorama yang terhampar diluar istana.

Mereka tahu jika dikumpulkan ditempat itu, maka ini hal yang sangat penting untuk dibicarakan. Sangat jarang mereka berkumpul disana, walaupun beberapa dari mereka sudah terbiasa keluar masuk istana seperti lelaki paling tua yang duduk paling ujung kanan diantara mereka.

Tot-san panggilannya, Matsudaira merupakan salah satu pejabat penting tertinggi bakufu yang mengatur keamanan dalam dan luar negeri. Tak heran jika dia sudah biasa keluar masuk ketempat orang dengan kasta paling tinggi di negeri itu.

Lain halnya dengan lelaki paling muda yang berada dipojok berlawanan dengan Matsudaira, Okita Sougo. Dia hanya orang tertinggi ketiga di instansi kepolisian namun Divisi-nya sudah sering dalam tugas pengawalan Shogun dan Tuan Puteri yang berada dikastil itu.

Terlebih istrinya, merupakan sahabat sejati sekaligus ipar dari tuan puteri dan hampir setiap minggu berkunjung ke istana. Mungkin dalam benaknya masuk kedalam kastil tak ubah layaknya masuk kedalam warung kopi.

“Tuan Puteri memasuki ruangan!” gema pesuruh istana yang membukakan pintu besar aula membuat semua lelaki yang menunggu membungkukkan badan dengan posisi bersujud (dogeza).

Tuan puteri yang mengenakan gaun kimono kerajaan langsung duduk dihadapan mereka dan memerintahkan untuk segera bangkit dari dogeza, nampak dibelakangnya seorang wanita berbalut kimono putih dengan obi kebiruan bermotif bunga sakura dan bersurai biru gelap panjang. Seorang pengawal pribadi tuan puteri saat ini, hanya duduk dalam diam mengikuti tuannya.

“Minna genki desu-ka?” ucap sang puteri diiringi dengan senyumannya.

Rrrrrrrrrrrrrr, baik saaaaajah...” jawab orang paling tua yang sedang duduk terlampau santai dipojokan.

Old Wound That Never Healed Would Painless at TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang