Namanya Bae Sooji, seorang manajer divisi Public Relations di sebuah perusahaan Telekomunikasi terbesar di Canada. Dia adalah wanita single yang mapan berusia hampir 29 tahun, seorang wanita mandiri dan tegas. Menjadi seorang PR membuat Sooji sering bertemu dengan berbagai macam sifat serta karakter manusia, sesuai dengan fungsi tugasnya yang menjadi jembatan antara perusahaan dengan publik atau perusahaannya mengatakan 'konsumen', dan perusahaan lain atau investor. Dia bertugas bukan hanya untuk menjalin komunikasi yang baik antara kedua bela pihak, dalam hal ini adalah menjadi juru bicara perusahaan, tapi juga melakukan riset serta terobosan terbaru untuk menyumbangkan kontribusi positif bagi perusahaan, juga menyampaikan pesan yang aktual dengan memanfaatkan fitur teknologi komunikasi.
Selama lebih dari delapan tahun bekerja di perusahaan itu, menghabiskan waktu magangnya selama dua tahun dan kemudian diangkat menjadi pegawai tetap tepat enam tahun yang lalu, Sooji menjadi bisa mengembangkan potensi diri serta membangun karakternya sesuai dengan apa yang dia harapkan selama ini. Tidak jarang wanita itu harus berhadapan dengan orang-orang yang tempramental atau bahkan mendekati tidak waras namun, dengan kegigihan serta pengalamannya selama bertahun-tahun, dia menjadi mampu untuk mengontrol diri dan keadaan, sehingga kekacauan yang akan terjadi dapat diminimalisir sedini mungkin.
Tapi, mungkin kemampuannya untuk mengontrol diri sepertinya tidak berlaku jika itu tidak bersangkutan dengan pekerjaannya. Karena kenyataannya saat ini, dia hampir saja mengumpati orang yang sedang berbicara dengannya di seberang telepon. Sejak sepuluh menit lalu sebenarnya dia sudah mencapai batas kesabarannya, tapi si penelpon seperti tidak peka dengan respon yang dia berikan secara kasar dan enggan sehingga melanjutkan ocehannya yang mana itu membuat telinga Sooji menjadi panas.
"Kau harus datang, itu adalah perintah bukan permintaan. Acara ini akan berlangsung megah dan tidak akan sempurna jika kau tidak hadir. Semua orang datang dan kau tidak akan percaya jika mengetahui siapa saja yang...."
"Stop it..." Pada akhirnya Sooji tidak dapat menahan diri lebih lama, dia menarik napas panjang ketika mendengar suara tertahan dari seberang telepon, "aku sedang sibuk saat ini. Tidak bisakah kau berbicara di intinya saja?" Tukasnya kemudian, sembari matanya melirik ke luar ruang kerjanya.
"Oh oke. Intinya aku ingin kau pulang untuk menghadiri acara pertunanganku."
Tertegun sejenak, Sooji memejamkan mata beberapa detik akibat informasi dadakan ini, kemudian dia kembali menarik napas panjang, "kapan acaranya?" Tanyanya kemudian.
"Satu bulan lagi. Tapi aku berharap kau bisa datang sebelum hari itu."
Sooji mendesah, bulan depan adalah season baru bagi perusahaan jadi dia dibutuhkan untuk tetap standby demi kelancaran peluncuran produk terbaru mereka. Tapi mendengar nada penuh pengharapan dari orang itu, dia juga tidak tega untuk menolak. "Aku akan menyesuaikan jadwal kerjaku. Aku berharap bisa pulang."
"Kau tidak bohong kan? Sudah empat tahun kau tidak pernah lagi menghabiskan jatah liburmu dengan pulang ke rumah. Aku sangat merindukanmu."
Sooji yakin bagaimana wajah berseri orang di seberang sana ketika mendengar kalimatnya yang seperti penuh akan janji, tapi dia sendiri tau bahwa semua itu belum tentu akan terlaksana. Jadi demi mengurangi kesedihannya, Sooji hanya bergumam pelan dan meminta izin untuk kembali bekerja. Selepas sambungan telepon itu terputus, Sooji mengusap wajahnya yang entah mengapa terlihat sangat lelah, padahal dia hanya berbicara di telepon tidak lebih dari lima belas menit, tapi tenaganya seperti dikuras habis karena percakapan yang mereka lakukan.
"Bertunangan?" Bibir Sooji terangkat membentuk senyum kecil, "yah...setidaknya dia harus bahagia." Dia mendesah untuk ke sekian kalinya, sebenarnya Sooji tidak percaya dengan informasi mengenai acara pertunangan yang baru saja ia dengar. Selama duapuluh delapan tahun hidupnya, ia tidak menyangka jika hari ini akan tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Prejudice, and Love
FanfictionApa jadinya jika takdir membuatmu harus bertemu dengan seseorang yang telah mencampakkanmu di masa lalu, membuat hatimu hancur berkeping-keping hingga menjadikanmu tidak sanggup memiliki perasaan sentimentil yang bernama cinta lagi. Berusaha menghin...