1.Nyebelin

20 7 0
                                    

Pagi sangat cerah, dengan tanda langit tampak biru bersih dan sinar matahari dengan hangat menyinari bumi dan isinya. Semestinya, dihari yang cerah itu, akan menimbulkan perasaan hati yang cerah juga.

Namun tidak begitu halnya dengan Anita. Hatinya Entah kenapa gelisah Anita melirik Jam tangannya. Jam delapan lebih dua belas menit.
Guru pengajar baru saja meninggalkan kelas karena jam pelajarannya telah selesai dan akan digantikan oleh pelajaran selanjutnya, yaitu pelajaran Matematika.
Dan itulah yang membuat Anita gelisah. Dia paling segan menyikuti pelajaran itu.

Beberapa saat lagi Bu Nora, guru Matematika yang lumayan cantik dan mungil itu akan muncul dengan segudang rumus dan latihan-latiannya yang bikin sel-sel otak kepala harus bekerja super cepat. Sehingga bisa menimbulkan rasa pusing. Segan benar Anita harus mengikuti mata pelajaran Bu Nora.
Karena itu dia harus segera minggat dari kelas yang kini sudah mulai gerah dan lari dari sendiran-sindiran tajam yang akan di dapatkannya kalau ternyata dia memperoleh giliran untuk maju kedepan.

"Gelisah amat si, Anita?" tegur Fera ssmbari menyenggol tangan Anita. "Lagi anu,ya?"

"Pikiranmu jelek banget sih!" kesal Anita Sambil berdiri,membuat Fera bingung tak mengerti.
Namun sebelum Fera sempat bertanya, Anita telah berkata

Fera menatap bingung.
"Kamu mau kemana, Ngabur lagi?" tanyak Fera.

Lalu Fera coba mengingatkan sahabatnya itu.
"Sebentar lagi Bu Nora datang, Nita... Nanti kalo papasan gimana?"

Anita hanya mengangkat bahu tak peduli. Kemudian dengan sedikit bergaya, dia melenggang meninggalkan ruang kelas sambil melambai genit pada Fera sembari berkata.

"Jangan khawatir,sayang. Aku tidak bodoh seperti itu, sehingga harus mengalami hal seperti itu.."

Kemudian dengan lenggang ringannya yang khas dia berjalan mengitari sekolah dan berhenti di depan kantin.

Tiga bungkus roti rasa coklat,dua buah bungkus snack kentang,es krim,dan...ya ampuuun! Anita tertawa terbahak-bahak. Akan jadi apa nanti jika semua makanannya bercampur didalam perutnya?

Hmm, sebaiknya dia cuek saja untuk sementara ini. Yang penting sekarang mengobati rasa laparnya dulu! Perduli tuh makanan dan minuman nanti mau bagaimana bereaksi di dalam perutnya.

Sambil mengamati anak-anak kelas X bermain basket di lapangan, dikunyahnya pelan-pelan roti coklatnya sepotong demi sepotong.

Dan pada saat potongan terakhir dilemparnya masuk kedalam mulut,tiba-tiba Anita tersedak. Matanya membulat melihat pemandangan di depannya.

Oh... Tuhan! Setan mana pulak yang menggiring Bu Nora ke arahnya?! Dalam hati Anita, dengan perasaan gugup Anita berfikir. Pura-pura sakit?Tapi bagaimana dengan belanjaannya? Disembunyikan dimana ini semua?

Atau pura-pura tidak kenal? Ah.., si judes itu pasti tahu! Dia tidak akan pernah melupakan gadis kecil bernama Anita yang pernah dengan sengaja menaruh permen karet di kursinya!

Bingung mencari alasan, akhirnya Anita memilih lari saja. Dikebutnya langkah tanpa mempedulikan wajah-wajah bengong di sekitarnya. Kamu harus lari Anita kalau kamu tidak mau tertangkap dengan si judes itu dan mendengarkan ceramahnya seharian penuh.

Tikungan demi tikungan dilaluinya. Satu tikungan.. dua tikungan..tiga ti..
Gubraaakkk!
Anita melotot kaget dengan tubuh terduduk lemas di atas lantai,karena dia bertabrakan dengan seorang cowok.Dan cowok itu... Lho?

Dengan kesal Anita semakin memperlebar matanya
"Heh kunyuk! Liat liat dong kalo jalan! Matanya di taruh dimanasih.. di dengkul kali ya?!"

Cowok itu terpaku ketika dimaki, tapi sedetik kemudian dia balas melotot

"Kamu!!" Balas lelaki itu

"Ya, aku! Kenapa? Mau bertengkar lagi kayak kemarin"tantang Anita sambil melompat berdiri.
Setengah mati ditahannya rasa sakit yang menyerang pinggangnya karena jatuh tadi.

"Hayo...,aku gak takut!"tantang Anita kembali

"Setan cilik!" Desis cowok itu gemas sambil berdiri.

"Eh,eh... enak saja kalau ngomong! Kamu tuh yang setan! Ngaca dong... ngaca! Jangan cuman bisa ngatain orang doang!"balas Anita

"Dasar perempuan! Cerewet! Enak saja nyuruh nyuruh orang ngaca! Ngaca aja sendiri.. biar sadar tuh muka gak lebih cakep dari panci gosong! Iih, kayak yang kecakepan,aja!"

"Kamu yang kecakepan!" Bentak Anita sewot

Tiba tiba gilang tersenyum..
"Memang aku cakep kok!"

Merasa salah ngomong, Anita tersulut kesal,"Enak saja nenek lo kuper!"

Senyum di bibir Gilang menghilag. Berubah jadi rona kecut yang menghias di wajahnya.
"Biarin! Nenek lo kiper!" Balas Gilang

CRUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang