3 years ago.
Drrt...drrt
Dengan malas gadis itu merongoh Hp nya yang berada di saku seragam, mata nya terbelalak saat melihat nama yang tertera di layar tipis itu.
"Stt..sttt Iman telpon gue!!" histeris gadis itu, kedua gadis di hadapan nya menatap bingung.
"Seneng amat lo! Siapa tadi? Iman, cowok cupu itu? Najis banget Mil." ringis Sirena sambil menatap layar yang masih menampakan panggilan nya.
Gadis itu menatap Sirena tajam. "Enak aja! Cupu kata lo, Iman itu nggak cupu cuman kurang bergaul aja." balas Gadis itu tidak terima.
Memang benar, cowok bernama Iman itu masuk dalam kategori level laki lakinya, Iman itu tidak seperti cowok yang suka pake kacamata gede terus doyan nya nunduk atau nggak peluk buku. NO! Iman memang pendiam, orang orang luar yang tidak mengenal baik pasti menganggapnya cowok lembek dan payah. Gadis itu teringat saat pertama kali nya mereka di pertemukan lalu sampai saat ini mereka dekat. Iman di luaran sangat dingin dan terkesan tidak suka orang banyak, namun saat bersama gadis itu Iman beda, dirinya menjadi sosok yang terbuka, fun, dan menyenangkan membuat siapapun pasti akan nyaman dekat dengan nya, termasuk.. Gadis itu sendiri, di saat semua Cowok sekolah nya bela belain untuk mendapatkan hati nya, gadis itu tidak menanggapi, seakan akan hidup nya hanya berporos pada satu titik pemuda bernama 'Iman'. Walaupun namanya Iman, hanya Iman. Tidak ada Iman BLA BLA BLA atau BLA BLA BLA Iman. Hanya Iman.
Namun namanya yang seuprit itu yang mampu membuat gadis cantik incaran seluruh cowok sekolah itu tertarik dan gencar mendekati nya.
Teringat dengan sambungan telpon yang belum terangkat, gadis itu tidak menghiraukan tatapan kedua teman nya yang menatap nya tajam.
"Ya, Iman?" sapa gadis itu, lalu terhanyut larut mendengar suara di sebrang sana yang merdu. Pesan dari pemilik suara merdu itu agar menyuruh gadis itu untuk menaiki lantai ke tiga menggunakan lift yang sudah di sediakan oleh pihak sekolah. Pemuda itu menunggu gadis nya di sudut ruangan depan laboratorium.
"Oke. Sebentar ya,"
Tutt...tut... Suara panggilan terputus, gadis itu tersenyum cerah.
"Gaes... Kayaknya apa yang gue mimpiin kemarin bakalan kejadian deh," ucapnya dengan senyum lebar.
"Maksud lo, yang... Iman nembak lo gitu?" tanya Anis sedikit ada nada tidak suka. Gadis itu mengangguk.
"Iya! Do'ain gue supaya jadi yah.. Bye gue mau temuin dia,"
Setelah gadis itu meninggalkan kedua teman nya di meja kantin, kedua gadis itu saling tatap.
"Heran deh sama tuh anak, bahagia aja trus sama tuh cowok cupu, Iww..." Sirena bergidik ngeri.
Anis hanya diam. "Ren, Iman beda. Jadi, berhenti ejek dia dengan kata cupu."
Sirena memutar bola mata nya. "Lo sependapat sama Milkha? Emang dia tuh WOW nya sebelah mana sih?"
*****
Sesampainya di depan Laboratorium, gadis itu melihat pemuda yang telah membuat nya lupa dengan cowok cowok yang lebih darinya di luaran.
Dengan senyum lebar nya gadis itu berusaha menetralkan degub jantung nya yang menari nari.
"H-hai...," sapa gadis itu seketika, bingung. Senyum yang terpancar di bibir segar nya membuat gadis itu mati gaya. Sekelebat tentang mimpi yang dia alami kemarin malam pasti Iman bakalan nembak gue. Batinnya senang. Gadis itu tau, kemungkinan ini bisa terjadi. Sudah satu tahun lebih mereka saling mengenal. Sudah satu tahun kedekatan mereka membuat sahabat nya merasa iri, Iya dia Anis. Dan sudah satu tahun gadis itu berharap hari ini akan terjadi. Kemudian, menjadi kita yang saling jatuh cinta. Namun, tak pernah terjadi apa-apa selain dirinya dan Iman yang di pisahkan oleh sekat tak terlihat berlabel persahabatan.
"Mmm, aku bingung mau mulai dari mana," gugup Iman sambil memasukkan ponsel nya itu ke saku celana biru nya yang longgar.
Gadis itu terdiam. Bingung juga mau mulai dari mana. Jantung nya berdetak cepat. Dirinya berharap pemuda tampan itu bisa mendengar semua detak nya. Supaya Iman tahu dan tak salah arah, hati gadis cantik nan jelita itu hanya untuk pemuda di hadapan nya dan berharap bisa di genggam tanpa banyak pertanyaan.
"Aku...Aku"
Aku apa Iman? Cepat katakan!
"Aku suka sama seseorang. Kamu bisa bantu aku nggak, untuk yakinkan dia kalau di antara kita nggak ada apa-apa."
DEG!
Detak jantung yang tadi berdegub seperti ingin keluar kini terhenti beserta darah yang terhenti untuk mengalir ke seluruh tubuh. Gadis itu hanya diam, dunia mendadak gelap meski disempatkan dirinya untuk tersenyum ke arah pemuda itu. Senyum palsu. "B-bisa kok. S-siapa cewek itu?"
Saat itu, dirinya tak lagi bertemu dengan sosok penghias hidup nya, semua kelabu bersama hati yang terhenti saat melihat pemuda itu tertawa bahagia bersama Anis.
Sejak perkataan Iman di depan laboratorium bulan lalu, gadis itu berusaha sekuat tenaga menghindar. Sesekali, merapalkan doa supaya Anis memutuskan hubungan mereka. Namun, gadis itu tidak sanggup melihat Iman sedih.
Sejauh ini aku sudah mengetahui bahwa Anis sahabatku selama 3 tahun bersama di sekolah SMP juga menyukai laki laki yang sedang dekat dengan ku, dan tentang mimpi yang aku ceritakan kepada dua sahabat ku gugur dan terlupakan begitu saja.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
CLOSER [Slow update]
Teen FictionMau baca silahkan follow aku dulu, Mari jalin silaturahmi😇 Milkhasya Anindhita rela menunggu dia sampai berabad abad asalkan Tuhan berbaik hati membalas menunggu nya dengan keberadaan dia.