Matahari mulai merangkak di ufuk Timur. Tampak beberapa siswa berlalu lalang di halaman dan selasar kelas. Ada juga yang duduk berjongkok seperti orang yang menahan diare 1 bulan dan pengemis idiot. Tapi di sebuah kelas, ada empat anak laki-laki yang sibuk dengan aktivitsnya masing-masing :bengong, main handphpone, corat-coret buku, dan tidur. Mereka memang anak yang rajin (KERJAAN BERBAHAYA, JANGAN DITIRU). Empat anak yang mempunyai pola pikir aneh.
"Aha-aha...aha...hahahaha...haha!!!," tawa Bon Bon memecahkan kesunyian diantara mereka, mengagetkan kelompok abnormal itu. Kemudian, tanpa ada perasaan bersalah di wajahnya, ia kembali tenang dan duduk manis seakan-akan memiliki penyakit amnesia.
"WTF! Cari mati loe njir?! Ini seni terbaru gue ancur jadinya. Tanggung jawab loe!," Indra mengoceh lebih kencang daripada wanita di atas ranjang. Walaupun tubuhnya kecil, namun suaranya seperti orang yang menelan speaker ukuran jumbo.
Terlihat raut wajah maklum dari muka Rayen dan juga Dani saat itu. Indra memang seorang seniman, tapi tertunda.
Bon Bon masih juga berfokus pada gadget-nya. Ia tidak peduli pada omongan Indra yang dianggapnya omong kosong. "Loe kira gue cowok apaan, pake acara tanggung jawab segala," timpal Bon Bon dengan nada pesimis."Wah, parah loe Bon," balas Rayen ikut berbicara. Indra tersenyum, merasa dia akan dibela.
"Mimpi gue dicium Raisa sirna," lanjut Rayen kalem.
"Pffttt...."
"Kenapa loe Dan? Aneh banget. Gak percaya kalau Raisa masuk mimpi gue?"
"Enggak kok, bukan itu." Dani menjawab sambil memberikan kode lirikan mata ke arah Indra yang mukanya masam.
"Sialan," ketus Indra.
Rayen bangkit berdiri dari tempat duduknya, tangannya di arahkan ke depan mencoba meraih sesuatu, tapi yang pasti bukan upil.
"Apaan sih loe? Lagi asyik juga," Bon Bon merasa terganggu dengan keadiran tangan yang tak diundang. Tayangan favoritnya merasa dilecehkan. Apalagi saat dibagian klimaks.
"Kemariin hp loe," Rayen masih mencoba meraih benda kotak bercermin itu, namun sayang Bon Bon keluar dari persembunyiannya dan segera mencari tempat yang aman baginya dan juga tontonannnya.
"Woy! Mau kemana loe?!," Rayen mencoba mengejarnya namun tubuhnya tejebak diantara dua meja. "Sialan ini meja,".
"Tanggung jawab!!!," Indra berusaha mengejar Bon Bon, lagi-lagi Bon Bon berhasil lolos dan keluar dari kelas. Namun, bantuan datang dari tempat tak terduga, Bon Bon kembali masuk kelas dengan muka yang tegang.
"Napa loe Bon? Abis liat anjing kawin?!," komentar Dani dengan diikuti tawa kedua temannya.
"Ssshhh....diam! Ada Pak Norman, hampir disita nih barang," jawab Bon Bon sembari kembali ke tempat duduk.
"Mampus lu tong.....," ucap ketiga temannya dengan nada naik turun.
Sesudah belajar....
"Ah! Pengen mati rasanya, sekalian aja nulisnya satu buku, biar copot nih tangan," gerutu Rayen berbincang-bincang dengan tiga orang temannya.
"Terus gue harus bilang wow gitu?!" jawab Bon-Bon sok jaim. Walaupun berbadan besar dan gagah, namun kelakuannya seperti anak pecinta Barbie.
"Greget aja gitu, jadi gatal ni tangan. Bon, sini dulu dong."
"Apaan sih?" Dengan lugunya dia menghampiri Rayen dan.... Bukkk.... Rayen memukul bahunya dengan keras. "Hah, itu tadi tepat sasaran."
"Heh, apa-apaan loe? Sakit bego".
"Sabar.... Ini yang namanya 'cobaan'...", jawabnya tanpa wajah bersalah.
Lalu karena rasa kesalnya, Bon-Bon berlari seperti orang tak waras mengejar Rayen yang telah bersiap-siaga, dan mereka berdua terlibat kejar-kejaran dilapangan layaknya film India.
"Sorry Bon!!! Gue lagi kambuh!!!!"
"Dasar loe kutu anoa... sini loe!!!"
Indra dan Dani berusaha mengejar mereka berdua yang berkeliling dengan maksud untuk menghentikannya. Tapi naas, ketika mereka berdua telah mendapatkan Rayen, Bon-Bon yang sedari tadi berlari dibelakang tak bisa menghentikan lajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GenJER
Teen FictionRayen, Indra, Bon Bon, dan Dani, 4 anak SMP yang otaknya tidak dipakai sepenuhnya. Mereka sepakat membuat kelompok aneh dalam menghadapi kerasnya kehidupan sosial dengan cara tak biasa. Rayen, ketua dari kelompok yang hobinya tidur di kelas (sangat...