#2

2 0 0
                                    


          Disinilah aku, di lapangan basket tertutup di dalam kampus. Aku sedang menyaksikan pertandingan basket, departementku melawan departement lain. Selain melihat pertandingan basket, aku juga ingin melihat penampilan kedua temanku sebagai pemandu sorak. Yah, Jessica dan Wendy adalah senior pemandu sorak atau biasa disebut cheerleaders di kampusku. Di antara kami hanya aku yang tidak mengikuti organisasi apapun di kampus, karena aku memang tidak terlalu tertarik dengan hal-hal seperti itu. Kegiatanku setelah selesai kuliah selain duduk di kantin atau perpus, aku akan pulang dan tidur, kadang aku mampir di kedai kopi sekedar menikmati pahitnya kopi hitam untuk melepas penat sehabis kuliah atau membeli bunga tulip di toko Elise.

         Aku dengar pertandingan ini adalah babak final. Aku tidak terlalu fokus dengan permainannya, entah kenapa mataku terpaku pada satu titik di ujung sana. Tepatnya di sudut lapangan, ada seorang lelaki yang berdiri menggunakan topi dan pakaian hitam. Penampilan lelaki itu tidak asing di mataku,semacam pernah bertemu tapi lupa bertemu dimana. Mataku tak lepas darinya, hingga dia tiba-tiba melihat kearahku. Dengan jarak yang cukup jauh aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, yang aku bisa ingat adalah bibir itu. Bibir seksinya! Tapi kali ini dia seperti sedang tersenyum, tapi bukan senyum yang ramah, lebih ke senyum smirk. Aku merinding melihat senyum miringnya, segera aku mengalihkan wajahku dan berpura-pura fokus pada pertandingan basket, yang ternyata sudah dimenangkan oleh tim dari departementku. Dari tempatku duduk, aku melihat Wendy berlari kearah Kriss dan menciumnya tepat di bibir, Jessica hanya tertawa dan dia melihat kearahku sambil melambaikan tangannya, aku hanya membalas lambaian tangannya dan tersenyum.

--------

        "Sungguh tadi itu pertandingan yang sangat seru!" Ucap Wendy ketika aku selesai menunggu mereka berganti pakaian di toilet wanita.

"Iya, penampilan dari Kriss sungguh bagus. Tapi aku lebih tergoda dengan temannya Kriss itu, siapa namanya? Harry?" Ucap Jessica, aku tidak tahu menahu dengan percakapan mereka, karena tadi aku tidak terlalu fokus dengan pertandingan basket tadi, jadi aku tidak mengerti dengan pembicaraan mereka berdua.

"Hanna, kamu baik-baik saja?" Tanya Wendy, mungkin aku terlalu banyak diam sedari tadi.

"Oh iya aku baik-baik saja Wen, kenapa?"

"Tidak, kamu tidak seperti biasanya. Maksudku kamu memang pendiam, tapi kamu selalu mendengar cerita kami dan tertawa jika kami sudah mulai beradu mulut" ucap Wendy "Apa kamu sakit?" Lanjutnya sambil meletakan tangannya di dahiku.

"Aku baik-baik saja Wendy, aku hanya merasa aneh belakangan ini" ucapku dan langsung ditatap dengan tatapan "kenapa? Apa ada yang mengganggumu?" Dari mereka berdua.

"Tapi tidak apa-apa, mungkin hanya perasaanku saja" ucapku menjawab pertanyaan dari hati ke hati mereka.

"Hmmm, kamu selalu saja seperti itu Hanna. Bagaimana kalau kalian kerumahku saja? Aku ingin menceritakan tentang sesuatu" ucap Wendy dan langsung di setujui oleh aku dan Jessica.

         Sebelum kerumah Wendy, kami masih mampir di kedai kopi langgananku. Sebenarnya kami sering kemari, tapi kadang aku datang sendiri jika aku ingin menenangkan pikiranku dan memerlukan ketenangan. Tempat ini terlalu cozy untuk diriku yang mudah nyaman jika sudah sendiri. Gayanya yang klasik khas kedai-kedai eropa, dan campuran dari beberapa bau kopi yang menyegarkan pikiranku jika sedang kacau balau. Seperti saat ini, aku memesan kopi hitam beserta croissant, Wendy dan Jessica selalu memarahiku jika aku meminum kopi hitam terlalu sering, seperti saat ini, aku hanya bisa meminum segelas kopi hitam saja, biasanya aku minum dua atau tiga gelas kopi hitam.

      "Hanna, mengonsumsi kopi hitam terlalu banyak tidak baik bagi kesehatanmu. Aku sudah mengatakan itu beberapa kali, tapi kamu selalu mengacuhkannya. Apa kamu tidak melihat kantung mata mu? Sudah membesar dan berwarna hitam! Oh my god! Kamu perlu perawatan dan tidur cepat, jangan terlalu banyak menonton film atau apapun itu tengah malam dan bla bla bla" aku selalu saja mendengar omelan dari mereka, ini juga salah satu alasan mengapa aku lebih ingin minum sendiri, karena mereka terlalu cerewet sepeti mamaku. Walau begitu, mereka menyanyangiku. Itulah mengapa mereka melarangku mengonsumsi terlalu banyak kopi.

"Apa kalian tidak capek mengomel? Mending kalian minum ice coffenya sebelum dinginnya hilang"

-------

      Sesampainya dirumah Wendy, kami langsung ke kamar. Di rumah sebesar ini hanya ditinggali tiga orang saja, hanya Wendy, kakak laki-lakinya dan pembantu Wendy yang katanya sudah mengurus Wendy dari kecil. Karena mama dan papanya sering bekerja keluar negeri jadi mereka hanya tinggal bertiga di rumah mewah ini, oleh karena itu kami selalu mampir dan bermain di rumahnya.

       

        "Mungkin kamu akan menaruh hatimu seutuhnya pada Kriss. Sudah seminggu dan kamu belum mengakhiri hubungan kalian, dan dari ceritamu mungkin kamu akan lama sama Kriss. Ini lah yang dinamakan love after hurt?" Ucap Jessica setelah mendengar cerita dari Wendy.
       Setelah kami tahu sudah seminggu Wendy mejalani hubungan dengan Kriss, ternyata Wendy sudah jatuh cinta. Hanya saja dia belum menyadarinya.

"Kamu sudah jatuh cinta Wendy, Tapi kamu belum menyadarinya. Kamu hanya perlu memahami dan berusaha untuk tidak terlambat menyadari, karena kamu tidak ingin tersakiti seperti dulu lagi bukan? Jadi cobalah memahami cinta yang di berikan oleh Kriss" ucapku dan mengusap lengan Wendy.

        Masa lalu percintaan Wendy terlalu sedih, hingga itu yang membuat dia menjadi players seperti sekarang ini. Masa lalunya tidak berbeda jauh dengan masa laluku, bedanya aku mempelajarinya tapi Wendy malah melampiaskan dan berusah untuk menghindari masa lalu tersebut, padahal masa lalu itu seharusnya dijadikan pengalaman yang perlu di pelajari, bukan di hindari dan mencari pelarian.

     Aku merasa haus sehabis mendengar cerita Wendy, aku berjalan ke dapur untuk meminum air, tapi ketika aku turun tangga. Aku melihat siluet dari seseorang yang mengganggu pikiranku akhir-akhir ini. Iya lelaki itu sekarang tepat di di depanku, walaupun hanya bagian punggungnya tapi aku yakin itu lelaki yang tadi melemparkan senyum miringnya padaku.







Dugaanku semakin kuat ketika dia berbalik badan dan memasang senyum smirk nya.

Iya dia lelaki itu.

Lelaki dengan suara serak basahnya

Lelaki dengan senyum miringnya

Menakutkan--dan tampan disaat yang bersamaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang