Dimulainya sebuah Kebimbangan

213 29 7
                                    

Pagi berlalu, Primo dengan senang hati memasuki ruang makan. Terlihat para penjaganya duduk di tempat masing-masing. Namun tidak seorang pun dari para anak-anak yang terlihat ada datang keruang makan. Menimbulkan tanda tanya besar, ia juga menyadari ketidak hadiran Elena.

"Nufufu~ Primo, kau melihat Elena?" Daemon yang baru masuk, menanyakan dengan suara yang cukup cemas. Primo memiringkan kepalanya dan mengelengkan.

"Tidak, seharusnya aku yang menanyakan hal itu kepadamukan. Dia istrimu." Sebelum sempat Daemon membalas perkataan dari Primo, pintu terbuka dan menampilkan seorang pelayan. Nafasnya terngah-ngah dan wajah yang cemas.

"Primo, anak-anak tidak ada dikamarnya. Kyoya-sama, Ryohei-sama, Hayato-sama, Hana-sama, Kyoko-sama, Spanner-sama, Lambo-sama dan Chrome-sama tidak ada dikamarnya. Kepala pelayan sedang memeriksa kamar Takeshi-sama, Mukuro-sama dan Tsuna-sama." Tanpa pikir panjang Primo berlari menuju kamar Tsuna. Para penjaga dengan wajah khawatir mereka mengikuti Primo.

'Kumohon, Tuhan. Jangan biarkan sesuatu terjadi kepada mereka. Aku tidak menginginkan kesalahanku berulang untuk kedua kalinya' Primo berhenti tepat disaat kepala pelayan sedang membuka pintu kamar Tsuna. Wajahnya juga sama khawatirnya. Terlihat ia memberikan salam kepada Primo dan para penjaganya.

"Bagaimana dengan Takeshi-kun/Mukuro?" Asari dan Daemon bertanya secara bersamaan tidak memperdulikan sekitar mereka. Primo terkejut saat Daemon menanyakan Mukuro. Daemon dari beberapa hari lalu sejak bertemu dengan Mukuro tidak pernah akrab, biasanya lebih menyukai Chrome dari pada Mukuro. Primo hanya bisa membiarkan senyuman kecil tersinggung di wajahnya. Kecemasan semakin meningkat sesaat kepala pelayan menggelengkan kepalanya. Menandakan kata tidak. Primo dengan cepat membuka pintu disebelahnya. Ia berjalan menuju kearah ranjang yang tertutupi selimut.

"Ya ampun. Kalian benar-benar membuat kami cemas."Asari dengan senyuman diwajahnya menatah segerombolah anak-anak yang tidur bersama diatas ranjang King size. Mukuro dan Chrome memeluk kedua sisi Elena. Senyuman dimasing-masing wajah mereka.

"Jangan bangunkan mereka dulu" suara anak perempuan berbisik dingin. Primo mengalihkan pandangan nya. Hana duduk di sofa tepat di samping jendela. Di depannya Kyoya yang sedang membaca buku.

"Kalian tidak tidur?" Hana tidak menjawab hanya kembali membaca bukunya. Sedangkan Kyoya memutuskan mengabaikan para penjaga itu. Tidak menyadari perubahan wajah Alaude.

"Ungh.. Papa?" suara kecil dari Hayato yang membuka matanya. G sedikit tersentak sangatlah jarang baginya melihat Hayato membukakan bagian dirinya kepada orang lain selain teman-temannya. Dan entah kenapa ia tidak ingin bertemu dengan G dan berusaha menghindarinya dari kemarin. Wajahnya seketika memerah saat melihat para generasi pertama menatapnya.

"Haya-chan, kemana kau mau pergi? Hehe~ kau berjanji akan membantu ku berla—Aww!" Takeshi memeluk pinggang Hayato dan terus mengerat membuat Asari menatap dengan sedikit tawa kecil. Hayato yang tidak tahan akhirnya memukul kepala Baseball-idiot.

"Areee~ Haya-chan?" Takeshi menatap polos kearah Hayato dan kearah para generasi pertama, kembali lagi ke Hayato dan ke generasi pertama. Terus bergitu hingga hampir satu menit. Barulah Takeshi menyambungkan apa yang terjadi.

"Pagi Asari-san, Primo-san dan semuanya." Sapanya dengan suara yang ceria. Tanpa memperdulikan tatapan tajam yang diberikan oleh anak berambut silver di sebelahnya. Sapaan itu tentu dibalas dengan lembut oleh Asari.

"EXTREME PAGI!" Kali ini Ryohei yang menjadi alarm membuat para anak-anak lainnya terbangun dari tidur nyenyak mereka. Hana menatap kesal kearah abang sahabatnya itu. Ryohei telah berdiri dan berlompat-lompat.

The Truth Of We AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang