Bagian 4

1.1K 24 0
                                    

»» Disaat restu sudah ditangan, aku justru merasa ragu untuk bisa mendapatkanmu ««

Aku sedang terduduk dibangku taman ‎yang terletak didekat musholla sekolahku. Pandanganku menyebar, mencari-cari sesosok wanita, dia.

Aku berencana untuk memberitahukan kepada dia bahwa mereka -Shilla dan Sivia- ingin meminta maaf. Dia pasti senang, apalagi dia pernah mengutarakan keinginannya untuk bisa berteman akrab dengan Sivia dan Shilla. Yahhh..bagaimana pun juga, Shilla dan Sivia adalah teman -satu sekolah- lama dia kan..?? Sudah semestinya kalau mereka saling bercengkrama satu sama lain.

Mataku sudah lelah mencari-cari dia, tapi hasilnya nihil. Padahal sebentar lagi waktunya dia melakukan shalat dzuhur, dan biasanya dia akan datang minimal 5 menit lebih awal dari waktu adzan.

Aku mencoba mengedarkan pandanganku sekali lagi. Senyum sumringah terukir dibibirku saat ku dapati dia sedang melangkah ke arahku, mungkin lebih tepatnya ke arah musholla ini. Tapi...dia tidak sendiri. Disampingnya ada Debo -salah satu teman sekelasku- ‎‎yang terlihat asik membicarakan sesuatu dengan dia. Ahhhh..lagi-lagi perasaan kesal itu hadir, aku cemburu.

Dia semakin mendekat dengan senyuman manis yang sepertinya untukku. Aku menghirup nafas sejenak, sesaat sebelum dia benar-benar berada tepat dihadapanku

"Hai Yo"

"Eumm...hai Fy"aku membalas sapaannya dengan kikuk. Ohhh...Tuhan..kenapa detak jantungku semakin hari semakin sulit dikontrol saat bertemu dia..?? Tenangkanlah Tuhan..kali ini saja

"Kok malah diem sih Yo..??"

"Ehh..sebenarnya gue peng..."

"Eh udah adzan, masuk yuk Fy"

Shitt..!! Aku mengumpat kesal. Debo baru saja memotong ucapan ‎yang dengan susah payah ku usahakan untuk keluar dari mulutku. Hahh..aku bisa menebak, Debo tidak suka denganku yang mungkin menurutnya dekat dengan dia. Meskipun pada kenyataannya aku dan dia memang dekat. Aku bisa melihat jelas sorot mata penuh ketidak sukaan dimata Debo

"Bentar De"aku tersenyum miring mendengar sahutan dia "kamu mau ngomong ‎apa Yo..??"

"Aku mau bilang kalau..."

"Gak baik menomer duakan Tuhan Fy, dan sebaiknya kamu memenuhi panggilan Tuhan dulu setelah itu baru makhluk-Nya"

Ohh..Tuhan...‎Debo benar-benar pengganggu.

Aku bisa melihat raut kebingungan diwajah dia. Well, aku akui perkataan Debo ada benarnya. Tapi, bisakan dia mengucapkannya dengan manis bukan tatapan sinis

"Ya udah, kamu shalat dulu aja Fy"suruhku "ntar gue sms-in lo aja kalau lo lagi sendiri"sambungku sedikit menyindir Debo. Dia mengangguk dan tersenyum kecil

"Makasih Yo buat pengertiannya"

"Sipp, gue ke kelas dulu yah..bye"aku pamit, dia menjawabnya dengan sebuah senyuman.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh dari musholla, aku memandangi punggung dia ‎yang mulai menghilang dibalik pintu musholla.

Tentang Sebuah Kisah : Aku, dia dan merekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang