"Arrrgghhhh" seru seorang gadis sambil memegang kepalanya Yang terasa berdenyut-denyut.
"Hahaha" tawa gadis yang tadi menarik rambutnya.
Plak
Plak
Plak
Plak
Setelah puas menarik rambut gadis tersebut ia lalu menamparnya berkali -kali hingga membuat sudut bibir gadis itu mengeluarkan darah.
"Come on girls tinggalin sampah satu ini "serunya lalu berlalu pergi diikuti 2 orang di belakangnya.
"Apa masih kurang penderitaan aku? Ayah yang ninggalin bunda, bunda yang kerja keras sampe jarang pulang? And now? What now? Aku di bully dan sama sekali nggak bisa ngelawan? Aku sampah! Ya, emang bener kata Clara, sampah, aku emang sampah! Hiks...... Hiks...... Hiks ......" Racaunya sambil menangis.
***
Kring.... Kringg..
Bel tanda dimulainya pelajaran telah berbunyi. Seluruh murid bergerak memasuki kelas masing-masing.
X IPA 2
Seorang gadis berlari masuk ke kelas tersebut. Setelah acara pembullyannya tadi, ia segera pergi ke wc untuk membersihkan dirinya yang terlihat kacau. Membenarkan kacamatanya, ia lalu memasuki kelasnya tersebut. Semua mata memandangnya meremehkan, seolah dia adalah makhluk paling rendah.
Ia menundukkan kepalanya, bukannya apa? Ia sudah biasa mendapat tatapan seperti itu, tatapan seolah-olah ia tidak di hargai sama sekali.
Ia menjatuhkan pantatnya di kursi depan sekali, dekat meja guru. Ia duduk sendirian, tekankan sendirian. Lagipula mana ada orang yang ingin berteman dengan seorang nerd sepertinya? Gadis berkaca mata bulat, rok sepanjang sampai pergelangan kaki dan jangan lupakan, baju kebesaran serta buku yang selalu di bawanya kemana-mana.
Seorang guru memasuki kelas, memberi instruksi kepada ketua kelas agar memberi salam.
"Selamat pagi anak-anak, buka buku kalian halaman 74" setelah mendengar perintah guru tersebut mereka langsung menurutinya.
***
Kring... Kring....
Istirahat telah tiba, seluruh murid keluar kelas, beberapa pergi ke perpustakaan, ada pula yang tinggal di kelas, namun kebanyakan ke kantin untuk mengisi perut mereka.
Gadis itu membereskan bukunya, memasukannya ke dalam tasnya tanpa sadar ada seseorang yang menghampiri mejanya.
"Hai Ra, kantin kuy" ajak orang tadi yang menghampiri mejanya. Gadis berkaca mata tersebut mendongak menatap orang yang mengajaknya ke kantin tersebut dengan binar mata hangat ke temannya tersebut. Ya, setidaknya ia memiliki seorang teman yang menghargainya, meskipun itu hanya satu orang saja. Satu orang. menyuruh balasnya lalu mereka berjalan bersama-sama menuju kantin.
Sesampainya di kantin, "Dara, lo cari tempat duduk, gue yang pesen makanannya, oh iya, lo mau pesen apa? " tanya Karin, teman gadis berkaca mata tersebut.
"Aku samain aja deh kayak kamu, biar nggak kelamaan" balasnya lalu mereka melakukan tugas masing-masing.
Dara memanjangkan lehernya mencari tempat kosong dimana ia bisa duduk, setelah mendapatkannya, ia segera ke sana lalu mendudukinya. Ia menatap kosong pemandangan di seluruh kantin, membayangkan ia bisa menjadi lebih berani lagi, berani untuk melawan orang yang membullynya dan tidak terlalu tertutup seperti sekarang. Karina Oktavia. Gadis cantik, memiliki keluarga lengkap yang selalu menyayanginya, anggota OSIS, tenar, baik, pintar bermain alat musik, bahkan banyak laki-laki yang mencoba mendekatinya. Gadis itu adalah sahabatnya dari kecil, orang yang selalu mengerti keadaannya, yang selalu ada untuknya di kala susah maupun senang. Ah ,rasanya ia iri dengan kehidupan sahabatnya itu.
"Woi Adara Nasution" teriakan itu melengking ke telinga Dara, membuatnya sadar dari lamunan sesaatnya tersebut. Ia mengerjapkan matanya sambil mengusap sebelah telinganya, lalu menoleh ke sumber teriakan dan memandang sinis orang tadi. " kamu tu ya Rin, bisa nggak sih nggak usah teriak di depan telinga aku, sakit tau" kesalnya dengan muka cemberut.
Karin hanya cengengesan mendengar gerutuan sahabatnya itu. "Ye maap, lagian sih lo dari tadi, di panggilin kagak nyaut-nyaut, kan gue kira lo kesurupan" belanya.
Adara memutar bola matanya malas, memang bila bicara dengan sahabatnya akan menguras keringat, pikirannya terlalu jauh.
"Eh yaudah yuk makan" akhirnya mereka makan sambil sesekali Karin yang menceritakan cowok yang selalu berusaha mendekatinya.
"Trus, trus dah tu ya Dar, dia sampe nunggu gue di luar ruang OSIS, siapa coba yang nggak takut? Kayak psikopat tau nggak"Cerocos Karin ,sampai-sampai ia tidak menyadari baksonya telah habis.
"La.. Abis... Kok gue nggak nyadar ya?" Dara tertawa melihat tingkah sahabatnya itu. Sebenarnya Dara yang pintar atau Karin yang bodoh sih? .
" kamu sih, dari tadi ngomong melulu, ampe makanan sendiri abis nggak nyadar " Karin memperhatikan Dara tertawa dengan seksama sampai ia baru menyadari bahwa bibir sahabatnya tersebut robek. Ia terdiam, memasang wajah datar dan terus menatap sahabatnya,agar sahabatnya itu menceritakan sendiri tanpa diminta olehnya.
Dara yang baru menyadari Karin yang sejak tadi diam pun ikut terdiam. Ia tahu bila sahabatnya sudah terdiam dengan wajah datar tersebut, berarti sahabatnya itu minta penjelasan. Dan penjelasannya juga ia tahu apa, mengenai sudut bibirnya yang sobek.
Menarik nafasnya panjang, terdiam beberapa saat, lalu berkata "nanti aku main kerumah kamu, dan aku bakal cerita semuanya"
"Sekarang" ucap Karin datar.
"Di rumah"
"Sekarang"
"Di rumah aja Karina Oktavia"
"Cerita sekarang, atau gue bakal labrak sendiri orangnya"
Dara memelototkan matanya, tidak. Ia tidak mau jika sahabatnya ikut di bully karena membela dirinya.
Harus bagaimana lagi dirinya? Sahabatnya ini, ia sungguh menyayanginya, karena itu ia tidak mau kehilangan sahabatnya tersebut.
"Jadi gini ceritanya" lalu mengalirlah seluruh cerita Dara.
#**#
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Bad Girl [Hiatus]
Teen FictionMenjadi korban bully bukanlah hal yang mudah. Diejek, dihina, dicemooh, bahkan mendapatkan perlakuan yang kasar. Dia Adara Nasution, si cewek bersenyum manis. Si polos yang selalu dijadikan bahan bully-an. Si mata empat yang kalau istirahat selalu m...