"Aku tuh capek, Ra..." seorang gadis berparas manis menghempaskan tasnya ke atas kasur.
"Tapi, Cha... Selama ini kan kamu selalu kuat. Kamu bisa tegar setegar karang." Rara yang panik melihat sahabatnya berubah mencoba menenangkan.
"Coba kamu ada di posisi aku! Kamu bakal ngapain?!" Nada bicara Icha meninggi, menunjukkan kekesalan yang memuncak.
Pertanyaan Icha sukses membuat Rara terdiam. Selama ini Icha dan Rara bagai 2 sisi mata uang. Saling berseberangan namun tetap satu.
Rara hidup dari keluarga mapan. Sehari saja, bekal sekolahnya sampai 350 ribu. Orang tuanya masih lengkap dan sangat sayang pada Rara. Berbeda dengan Icha. Sedari kecil Icha ditinggalkan oleh ibunya. Kini ia hidup dengan neneknya. Sesekali ayahnya datang, namun kian lama kian jarang.
"Cha..." Rara merangkul halus pundak temannya yang terduduk di sudut kasur.
"Kamu nggak tau gimana rasanya tiap hari harus bangun jam 2. Bantu nenek buat nyiapin nasi uduk, jalan kaki ke pasar menjual setiap bungkusnya. Belum ditambah keliling ke warung-warung buat nitip gorengan."
"Kamu nggak tau gimana rasanya harus menghemat uang supaya bisa bayar kontrakan, listrik, beras, ongkos."
"Kamu nggak tau gimana rasanya hidup tanpa seorang ibu!"
"Kamu nggak tau... Nggak pernah tau Ra... Nggak pernah tau..."
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniti Titik Jenuh
Short StoryIcha, anak sekolahan dengan segudang masalah. Gamang saat pada akhirnya ia temukan titik jenuh di kehidupannya. Jenuh bertahan, jenuh dg senyum palsu, bahkan... ia hampir jenuh memohon pada Tuhan. Akankah Icha bertahan meniti titik jenuhnya? Atau i...