🌜 Lelap

18 2 0
                                    

"Ayah kamu belum pulang, Cha?" Rara mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Masih di Jakarta." Jawab Icha pendek. Matanya masih kosong, entah menatap apa.

Ayah Icha hanya bekerja sebagai kuli bangunan lepas. Kerjanya tak tentu. Jika sedang tidak dibutuhkan, ayahnya sering bekerja menjadi pencari rumput untuk pakan ternak. Upahnya memang tak seberapa, tapi cukup untuk mengganjal perut sehari.

Kini Icha merebahkan diri di kasurnya. Menatap hampa di hadapan.

"Andai kehidupannya bisa berputar seperti bumi..." itulah pikiran terakhir Icha sebelum terlelap ke alam bawah sadar.

Rara tak kuasa menahan tangis. Betapa rasanya hidup ini tak adil. Tak adil bagi Icha yang baik. Tapi Rara selalu ingat ucapan Mama-nya bahwa tiap orang punya jalannya masing-masing. Kita hanya harus yakin bahwa Tuhan selalu sayang pada kita.

Ditatapnya Icha yang terlelap. Peluh masih menumpuk di kening Icha. Rara menatap tumpukan gelas plastik sisa minuman yang berhasil dikumpulkan Icha siang ini.

"Kamu hebat, Cha... Kamu harus sadari itu." Batin Rara.

🍁🍁🍁



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meniti Titik JenuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang