Hari Itu

8 0 0
                                    

Setelah selesai mengganti kaos dengan seragam sekolah seperti biasa, dita kembali ke kelasnya. Tangannya merangkul kaos olahraga kakinya melangkah dan pikirannya sibuk bermain dengan bebas. Bahkan dita sama sekali tidak peduli dengan pandangan mata beberapa siswa yang berjajar di depan kelasnya. Bukan karena sombong tapi emang saking fokusnya sampe lupa dunia sekitar

"woy lu mau kemana?"

Celotehan asep membuyarkan pikiran dita

"ke kelaslah!! Masa ke hati lu"

asep mendekati dita. Dia memajukan wajahnya lebih dekat dengan wajah dita.

"haduh.. Rasanya mau meledak aja ini hati gua"

Kata si asep sambil ngusap ngusap dadanya.

Tak lama dari itu, timpukan dari tangan dita mendarat dengan cepat di kepala asep.

"Jangan meledak dong. Kasian sekolahnya kalo ikut meledek kaya ati lu sep"

"ealah kalian, masuk kek jangan didepan pintu aja. Mau malak duit gua atau gimana sih"

kicauan lami yang hanya beberapa meter dari dita dan asep membuat dua pasang sorot mata itu beralih menatapnya dengan tajam.

"enak aja"

Ucap dita dan asep bersamaan

"gitu aja kompak banget. Minggir ah"

ucap lami lagi yang dibarengi dengan langkahnya dengan cara jalan khas anak solo.

Oh iya sebelum dilanjut, perlu kalian tau lami itu asli solo tapi pindah tempat. Apa ya namanya? Transportasi? Oh iya transmigrasi gaes.

"dasar putri keraton"

celetus dita sambil menggeleng geleng kepalanya.

"masih mending putri keraton dari pada putri angry bird"

Ledek asep dengan nada suara yang semakin mengecil.

Sebelum sempat dita timpuk lagi, asep berhasil kabur dari dita. Dita memanyunkan bibirnya sambil menatap bengis teman satu bangkunya itu.

                 ♜■■■■■♜

"ta.. Liatin tuh siapa yang ada di depan pintu"

Dita yang sedang membereskan bukunya beralih menatap asep. Penasaran dengan apa yang dikatakan asep, dita langsung memutar bola matanya menuju pintu kelas.

   Matanya membulat yang membuatnya seakan akan hendak lepas. Bibirnya membentuk huruf O karena saking kagetnya. Ditambah lagi dita baru saja mendapat lontaran senyum.

"gila manisnya" batin dita

"samperin bego!"

Lagi lagi asep mengganggu dita dengan cara mendorong badannya dari belakang agar segera menghampiri siswa yang ada di depan pintu itu

Tanpa pikir panjang, dita langsung mengangkat tasnya dan menggendongnya sambil berjalan cepat menuju luar kelas.

Tangannya mengulur ke arah dita

"mana?"

senyum yang semula mengembang dibibirnya hilang dengan sekejap. Tatapannya yang semula terlihat manis berubah menjadi flat seperti tembok.

Dita menelan ludah. "robot atau apasih cepet amat berubah" grutu dita

"gua cuci dulu deh, besok gua balikin" ucap dita

"ga usah,biar gua aja yang nyuci" jawabnya

"bau keringet gua. Lu kan tau tadi abis olahraga basket" elak gua

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alasan Hitam PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang