Demi membuat novel, aku mendekati dia. Seorang lelaki bernama Al yang mempunyai banyak penggemar di kampusku. Lelaki yang berperawakan tinggi lebih dari 180 cm , berkulit putih , bertubuh atletis , seorang model, dan yang membuat para wanita tergila – gila adalah dia seorang saxophonist . Aku sendiri selalu menghiraukan dia karena dia adalah seniorku sejak duduk di bangku SMP . Dengan kata lain , aku sudah bosan melihat tampangnya .
Entah mengapa, aku merasa tertantang membuat sebuah novel dengan tokoh utama adalah lelaki cool yang banyak penggemar . Jadi , kuputuskan untuk menjadikan dia sebagai tokoh utama dalam novelku. Mendekati dia secara langsung adalah suatu kemustahilan . Pertama dikarenakan aku bukanlah mahasiswi terkenal dikampusku. Kedua , walaupun dia adalah seniorku sejak SMP , dia tidak mengenalku karena dari dulu aku tidak pernah menonjolkan diri , aku terkesan biasa – biasa saja . Walaupun aku suka menulis dan karyaku sudah banyak dimuat baik di media massa , majalah , maupun sosial media , aku sengaja menyembunyikan identitasku dengan nama samaran karena aku kurang percaya diri dan tidak suka menjadi perhatian banyak orang.
Ada satu cara yang aku gunakan untuk mewawancarainya . Caranya adalah menjadi penanya anonim di sebuah sosial media bernama A*k.fm .
Aku bertanya banyak hal kepadanya melalui aplikasi itu yang masih berhubungan dengan novelku dan dia mau menjawab semua pertanyaanku. Aku mulai jatuh cinta karena sering berkomunikasi dengannya. Aku yang dahulu menghakimi dia karena cuek dan sombong , sekarang merasakan bahwa dia bukanlah sosok seperti itu.
Sekarang aku sering memperhatikan dia dari kejauhan. Dimanapun dia berada , aku selalu curi – curi pandang ke arah nya.
" Ketahuan lihat kearah jam tiga ." aku sadar ternyata dari tadi Iren memperhatikanku melihat ke arahnya.
" Akhir – akhir ini lo sering melihat ke arah bang Al , ya. Lo suka ya sama bang Al. Cie...akhirnya teman gue ada yang dilihatinya . Biasanya, setiap hari lo hanya memerhatikan laptop dan cuek sama siapapun. Sekali lihat, langsung senior yang kece banget. " Iren membuat aku menjadi malu .
" Mampus gue , Ren. Gara – gara proyek gue , gue jadi beneran suka sama bang Al. Gimana ni?" Iren malah tertawa mendengar pernyataan aku.
" Ya , ampun nikmati aja kali. Tuh, kan karma. Kemarin lo bilang lo antipati samanya. Sekarang...hahaha " Iren tertawa cukup keras sehingga orang sekitar melihatnya termasuk Al dan gengnya. Satu hal yang membuat aku terkejut adalah dia tersenyum kearah ku , malahan bermain mata. Aku mulai bertanya , Dia melakukannya bukan untukku, kan?
Aku menuju perpustakaan. Di sana, aku mengecek sosial media A*k.fm yang sudah tidak kubuka semenjak novelku sudah selesai aku buat dan baru saja aku terbitkan. Aku terkejut dengan satu notifikasi dari...Al.
'Novel lo keren. Ma kasih telah menjadikan gue sebagai inspirasi di novel lo.' Aku terkejut. Bagaimana bisa dia mengetahuiku. Aku memberanikan diri membalas chatnya dengan pernyataan bagaimana bisa dia mengetahuiku, belum ada satu menit dia sudah membalasnya . Isinya membuat aku semakin gugup.
'Lo ada kelas. Kalau tidak , temui gue sekarang di taman samping perpustakaan.'
Aku segera membereskan laptopku dan menuju taman samping perpustakaan. Aku mencarinya dan menemukannya .
" Hai, Elsa. Duduk disini " Aku terkejut dia tahu namaku .
" Bang gue minta maaf dengan pertanyaan – pertanyaan bodoh gue di A*k.fm . Tapi jujur itu semua hanya untuk proyek novel gue tidak lebih. " kataku dengan gugup.
"Tidak apa – apa kali. Malah keren banget , lo bisa ngelakuin apa yang lo suka dengan penuh perjuangan. Gue udah baca novel lo. Bagus banget . Gue suka. Ngomong – ngomong , ntar sore lo ada kegiatan? "
" Ng..Nggak bang . " Kataku semakin gugup.
" Bagi nomor WA lo boleh. Gue mau ngajak lo jalan." Aku memberikan nomor WA ku padanya.
"Ntar gue hubungi ya , karena nggak mungkin kita ngomong disini. Banyak nyamuk. Kasihan, nanti lo digigitin nyamuk. By the way, lo masih ada kelas ? Biar gue anterin ke kelas lo . "
" Nggak bang. Gue ada kerjaan di perpustakaan . " aku langsung pamit padanya.
Sore hari dia menghubungiku dan kami ketemuan di depan kelasku.
Semua mata melihatku. Sahabatku bertanya – tanya dan aku berjanji akan menceritakan semuanya nanti malam . Kami pergi berdua menuju sebuah kafe.
" Elsa , lo tahu nggak. Menyapa lo itu susah banget. Sebenarnya dari SMP gue ngefans sama lo."
Aku terkejut dengan pernyataannya.
" Kok bisa?"
" Gue suka tulisan lo. Dulu waktu kita SMP , kan gue yang memang kepengurusan mading, jadi gue terus membaca tulisan lo yang luar biasa itu. Tapi kenapa ya , lo terus pakai nama samaran? "
" Gue nggak percaya diri bang." kataku jujur.
" Sejujurnya , gue terus memperhatikan lo dari SMP. Gue pengen lebih dekat dengan lo, tapi lo menghindari gue. Waktu SMA gue pengen deketin lo, tapi lo udah punya pacar. Sebenarnya gue kuliah disini karena gue pengen dekat sama lo tapi gue lihat lo malah menghindari gue. Sebenarnya gue dari dulu pengen lo perhatiin karena gue suka sama lo bukan hanya suka , gue tergila – gila dengan lo. Gue senang banget ketika lo jadikan gue pemeran utama novel lo. Gue nggak nyangka . Elsa , mau nggak lo jadi pacar gue? " Aku melihat mata dia berkaca – kaca.
" Bang , gue nggak nyangka abang mendam perasaan abang dari SMP . Maafin sikap cuek gue bang. Abang salah. dari dulu gue belum pernah pacaran . Gue dekat sama Jaz karena kami sepupuan. Sejujurnya, aku suka sama abang. Kalau untuk jadi pacar. Aku belum bisa bang, karena aku sudah janji sama diriku sendiri , aku tidak boleh pacaran sampai selesai kuliah." Dia menggenggam tanganku. Aku terkejut.
" Gue akan menunggu lo. Tolong , jangan berikan hati lo pada siapapun. Jika gue melamar lo , tolong terima gue." Aku merasa seperti mimpi.
" Iya bang , gue janji ." Dia mengecup tanganku , aku merasakan airmatanya jatuh di atas genggaman gue.
" Terimakasih dek." Aku mengelap airmatanya. Aku menjamin , aku tidak bisa tidur malam ini.