Pukulan Ketiga

2.8K 429 247
                                    

.

Selamat Membaca

.

.

Jinyoung sudah tidak terkejut, tidak pula berusaha untuk kabur ketika esok harinya Jihoon kembali menjemputnya di sekolah.

Jinyoung berjalan menghampiri Jihoon dengan langkah pasti. Tak lagi gemetar seperti kemarin. Bahkan senyum kecil tersungging di bibirnya begitu melihat plester yang kemarin ia pasangkan ke wajah Jihoon masih bertengger di sana.

"Kenapa tersenyum sendiri? Akhirnya kau sadar juga ya kalau aku begitu tampan?"

Mendengar ucapan Jihoon itu senyum Jinyoung seketika lenyap.

"Ah, ti-tidak," jawab Jinyoung gugup.

"Tidak? Maksudmu aku tidak tampan?" kening Jihoon mengerut, tak suka mendengar jawaban Jinyoung barusan.

"Bu-bukan begitu, Jihoon-ssi." Jinyoung buru-buru membantah ucapan Jihoon.

"Terserah lah. Cepat naik! Guanlin sudah merengek sejak pagi. Bocah sialan itu tidak bisa berhenti menyuruhku membawamu ke rumah. Merepotkan saja." Jihoon menyerahkan helm pada Jinyoung sembari mendengus sebal.

Sepertinya maknae mereka kembali berulah dan menyebabkan urat sabar Jihoon tertarik ke batas maksimal.

Tidak ingin membuat mood Jihoon semakin buruk, Jinyoung buru-buru naik ke boncengan motor besar Jihoon. Dan belajar dari pengalaman kemarin, Jinyoung dengan sigap memeluk pinggang pemuda tersebut secara refleks karena tak ingin terpelanting ke belakang saat Jihoon menjalankan motornya.

Pelukan Jinyoung mengagetkan Jihoon untuk beberapa saat. Ia melirik kaitan tangan Jinyoung di perutnya sekilas kemudian tersenyum.

Jihoon bergumam, "Kalau kau menggemaskan begini aku jadi ingin menciummu."

Sebenarnya ucapan Jihoon barusan terbilang keras. Hanya saja karena ia sudah mengenakan helm full face, suaranya jadi agak teredam. Jinyoung di belakangnya pun tak dapat mendengarnya dengan jelas.

"Hm? Kau mengatakan sesuatu, Jihoon-ssi?" tanyanya.

Jihoon menolehkan kepalanya ke belakang, menghadap Jinyoung yang masih setia memeluk Jihoon dengan polosnya.

"Aku bilang aku ingin menciummu," balas Jihoon santai, lengkap dengan senyum jahil andalannya.

"EH!?" pekik Jinyoung keras.

Jihoon tertawa tanpa beban dan mulai melajukan motornya.

* * *

"JINYOUNG HYUNG!!!" seruan itulah yang pertama kali Jinyoung dengar begitu ia masuk ke rumah Jihoon.

Jinyoung belum sempat membalas sapaan tersebut ketika secara tiba-tiba tubuhnya ditubruk badan bongsor Guanlin. Hampir membuatnya terjengkang ke luar pintu kalau tidak ditahan Jihoon.

"Hyung akhirnya datang juga... Aku hampir mati kelaparan," rajuk Guanlin masih sambil memeluk Jinyoung erat, sama sekali tidak peduli kalau pelukannya membuat Jinyoung sesak napas.

"Enyah kau, bocah sialan!" Jihoon menarik lepas Guanlin dari Jinyoung. Dan merasa belum puas hanya dengan menariknya lepas, Jihoon kemudian menendang Guanlin sampai tersungkur di lantai.

"Guanlin-ah?!" pekik Jinyoung shock melihat pemandangan yang baru saja terjadi di depan matanya.

"Jihoon-ssi, kenapa kau menendang Guanlin?" Jinyoung menatap Jihoon menuntut penjelasan.

PUNCH • WinkDeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang