Chapter 10

1.6K 148 3
                                    

"Ukh," dengan perlahan, kelopak matanya terbuka. Menatap sekelilingnya dengan lemah sebelum menutup matanya kembali. Dengan perlahan ingatan sebelumnya diingatnya, hanya menghela nafas pelan ketika ingatannya telah kembali.

"Aku harus kembali keistana dan membangunkan Naoru," gumamnya pelan. Dengan perlahan Shirara bangkit dari tersungkurnya, dengan sekuat tenaga, Shirara memaksa tubuhnya untuk duduk. "Aku beruntung, luka ini tidak sampai pada jantungku," gumamnya, lalu mengarahkan tangan kanannya kedada kirinya yang terluka. Ditangan kanannya muncul cahaya hijau lembut, membuat luka didada kirinya dengan perlahan menutup.

"Ukh," menggigit bibir bawahnya ketika rasa sakit menyerang tubuhnya. Meski yang dilakukannya adalah penyembuhan, tetapi proses ini sedikit menyakitkan. Apalagi dirinya menyembuhkan diri sendiri.

Beberapa menit telah terlewat. Nafas Shirara terputus-putus begitu dirinya selesai menyembuhkan diri sendiri. Begitu nafasnya mulai sedikit stabil, Shirara menatap sekelilingnya untuk mengobservasi tempatnya.

"Sudah berapa lama aku pingsan?" tanyanya pada dirinya sendiri. Begitu dirasa dirinya telah membaik, Shirara mulai berdiri meskipun sedikit sempoyongan. "Minoru harus dihentikan, Naoru aku harus membangunkannya," ujarnya pelan. Dibawah kakinya muncul pentagram yang rumit. "Fūinjutsu: Terepōtēshon." (Fuinjutsu : Teleportasi)

.

Dikerajaan Uchiwa

Dimanapun memangdang hanya nampak kehancuran. Perang telah berjalan beberapa waktu yang lalu, tetapi perang ini semakin memanas. Tembakan dari sihir membuat semuanya semakin parah, serangan dari senjata tajam juga membuat kacau.

Minoru yang kini berada didataran tinggi dengan Ryuuke hanya menyeringai melihat hal ini. Terkekeh puas ketika kerajaan yang diduduki sang Raja, sedikit demi sedikit hancur. Ryuuke juga berdiri tidak jauh dibelakangnya. Hanya menatap tajam punggungnya.

Minoru kembali terkikik kecil sebelum membalikkan badannya untuk kembali berhadapan dengan Ryuuke. Memainkan kunai bermata tiga ditangan kanannya dengan menyeringai lebar ketika berhadapan dengan Ryuuke.

"Ada apa? Apa kau marah aku melakukan hal ini?" tanya Minoru dengan nada yang terdengar main-main. Ryuuke hanya dapat mengepalkan kedua tangannya dan menggeram rendah. Retina matanya kembali menyusuri semua tempat. Dapat dilihatnya, semuanya telah terluka parah. Baik dari kubunya ataupun dari kubu Minoru.

Perang yang menurutnya sia-sia ini telah berlangsung cukup lama, tapi hingga kini belumlah selesai. Menatap tajam Minoru yang tengah menyeringai mengejek padanya. Akan dia kabulkan keinginan Minoru, perang ini akan selesai jika salah satu dari mereka mati. Ryuuke bersyukur dalam hati ketika Naoru tidak berada disini.

"Perang yang kau mulai ini sangat sia-sia," Minoru menaikkan satu alis matanya ketika mendengar ucapan Ryuuke. "Sia-sia?" tanyanya dengan bingung, bahkan kini dirinya menatap bingung pada Ryuuke yang tengah menatapnya dingin.

"Apa kau bodoh?" tanya Ryuuke dengan nada yang terdengar dingin. "Hm, aku tidak ingin mendengarnya darimu," balas Minoru ringan, tangan kanannya masih asik bermain dengan kunainya. "Naoru juga akan berkata hal yang sama, jika melihat ini."

Trang

Sedetik selesainya ucapan Ryuuke, kunai yang sedari tadi dimainkannya terjatuh. Menatap dingin pada Ryuuke yang kini menyeringai padanya. "Akhirnya, raut wajahmu berubah," ujar Ryuuke dengan nada yang terdengar main-main. "Perang ini, bagiku tidaklah sia-sia," mulai Minoru dengan nada biasa.

"Jika kau mati, Naoru akan aku dapatkan kembali," sambung Minoru dengan penuh tekanan. Ryuuke yang mendengarnya hanya mendengus sebelum menyeringai. "Keh, kau memang benar-benar bodoh," ucapan Ryuuke membuat Minoru semakin menggeram rendah. "Kita telah memiliki takdir masing-masing, jadi percuma saja pertempuran ini."

The Magic (Sasunaru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang