Didedikasikan untuk PenerbitHaru
"Miaaw~"
Suara kucing terdengar di kejauhan, Anya yang tadinya bersepeda hendak pulang ke rumahnya, langsung mencari sumber suara itu.
"Jeleknya, bau, nge-jomblo lagi." ia mendapati seekor kucing yang bulunya bewarna abu-abu gelap di sekitar semak-semak, menggeram karena perkataan Anya, bulunya sedikit basah karena tadi sore turun hujan, Anya mengangkatnya lalu menaruhnya dalam keranjang sepeda tua untuk membawa kucing itu kerumahnya.
"Yaudah, kamu ikut aku aja."
.Sebuah rumah putih sederhana di pinggiran hutan, di sanalah tempat Anya tinggal, rumah itu hanya berisi Anya dan neneknya, pagi-pagi sekali Anya harus segera pergi ke sekolahnya, cukup jauh, satu jam menggunakan sepeda tinjak, sebenarnya bisa lebih cepat jika menggunakan sepeda motor, tapi Anya masih belum memiliki uang untuk membeli benda yang tergolong mahal itu, merasa berat untuk tinggal di situ? ia rasa tidak, ia malah bersyukur tinggal di daerah yang tidak terlalu banyak penduduknya, selain udaranya yang segar, Anya juga memiliki lahan yang cukup luas untuk berkebun.
"Assalamualaikum, Nek aku pulang." ucapnya, sambil mengangkat sepeda ke pelataran rumahnya, mengangkat kucing dari keranjang berkaratnya, lalu membelai bulu kucingnya yang penuh lumpur dan sedikit basah.
"Lho, Any kamu bawa kucing? mau melihara?" tanya neneknya sambil menilai kondisi kucing itu.
"Boleh kan?" tanya Anya penuh harap.
"Gak rabies kan?" tanya neneknya memastikan.
"Nah! kalo itu aku gak jamin sih.." ucap Anya, sambil tersenyum bersalah.
"MEEEOW!"
"Tuh, dia tersinggung kan, yaudah sebagai permintaan maaf karena nyinggung kamu, kamu boleh kok tinggal di sini." ucap neneknya, sedikit tertawa karena sikap kucing tadi.
"Makasih Nek saaayang Nenek!" ucapnya riang, lalu membawa kucing itu ke kamarnya.
.
.
."Ok asem, kita cari nama kamu, hmm" Anya baru sadar bahwa kucing itu memakai kalung hewan dengan liontin huruf 'J'
"Inisial J ya gimana kalo Juki?" Tanya Anya.
"MEEEOW!"
"Gak mau ya? emm... Jupri?"
"MEEEOW Grrr"
"Oh.. selera kamu yang keren toh, Jack, Jill, Johan, Jun, Jin, Jaka?"
"Me-ow!" kucing itu geleng-geleng kepala.
"OH!!! JUMANAH? JUMINTEN? AAH!!! JANEEET!"
"RAAAAW!!!" Anya nyaris kena cakar, kenapa sih Anya bisa kepikiran mungut kucing galak, pemilih plus bossy?
"Yaudah, Justin, Mikail? Jackson?" Seketika kucing itu mengangguk elegan, Anya hanya geleng-geleng kepala, berusaha maklum dengan sifat kucing yang terlalu manusiawi.
"Ok Jackson, sekarang mandi!"
"Meong..." Kucing itu langsung pergi ke bagian belakang rumah, mendahului Anya yang terpaku di kamarnya, tapi Jackson berhenti pada meja yang terdapat termos, lalu berusaha naik di atasnya.
"Mau mandi pake air anget kamu?" Tanya Anya, sekali lagi, ia harus geleng-geleng kepala pada kucing yang sepertinya selalu di manjakan majikannya dulu.
.
.
.
Berisik, semua orang sibuk membicarakan murid baru yang akan masuk ke sekolahnya, katanya keren, terkenal dan apalah itu, Anya bahkan tidak perduli dengan gosip itu, tujuannya sekarang hanyalah lulus SMA dengan nilai tinggi, lalu mencari pekerjaan secepatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Jackson: Owner
Historia CortaGanteng, kaya, pintar, lantas apa yang membuat Jackson pindah ke SMA terpencil?