Fika dan Loteng Museum Itu

53 2 0
                                    


"Oh, jadi gini Fik sebenarnya gue ini hasil dari persilangan gajah Persia sama musang Mongolia, jadi badan gue gede tapi otak gue sebesar bola karet." gue mulai berhenti sebentar sambil melihat anggunnya mata Fika. Lalu gue kembali lagi menata kertas-kertas kampret yang harus gue urutin tanpa halaman.

Pas esok hari kita mau kunjungan, temen gue satu bangku namanya Beno. Beno memiliki postur badan segede lidi-lidian pedes. Dia memiliki gaya omongan sok tahu, katanya, unicorn itu kalo pahanya ga diolesin balsam dia ga mau terbang. Kan dia bego. Masa dia percaya sama gituan, padahalkan unicorn terbangnya kalo pake Balpirik.

Pagi itu si Beno bilang gini

"Is udah nanti Fika tembak aja di museum, siapa tau ada unicorn di sana" gue dengan bego ga ngerti ini.

"kenapa harus gue tembak ben? Kita kan sahabatan, mana mungkin cewek secantik Fika mau sama Tapir India?"

"Eh, Tapir India itu dari Suriah loh" ucap Beno.

Ga cuman Beno yang nyuruh gue buat nembak Fika tapi semua temen gue yang ga gue kenal, termasuk tukang kebun sekolah. Jujur gue masih mikirin sekolah dan gue masih takut sama pedang bokap. Semua intimidasi dan perintah-perintah itu harus gue lakuin.

Gue ga pernah mikirin jadian sama si Fika karena gue tahu Fika ga suka sama gue. Kata temen gue yang beda kelas, dia bilang kalo Fika ini sukanya sama temennya yang bernama Hendra. Tentu gue ga berani mastiin ke Fika karena ini privasinya.

Pas di Museum gue sebagai siswa yang teladan coba meneliti satu-satu barang kuno yang ada di sana. Pas gue lagi konsentrasi nyatet walaupun gue ga tau itu huruf apa. Tiba-tiba Fika datang dan ngagetin gue sambil nyenggolin lengennya ke bahu gue. Otomatis gue kaget. Gue aja nonton Patrick keluar dari batunya kaget sampe nangis 2 jam.

"RAISSS!!..(nyenggolin lengennya ke bahu gue) idihh asikk sendiri nih"

"Wahh parah lo Fik,"

"Parah apaan sih Is?"

"Mau kecoret tuh"

Gue nunjuk ke naskah kuno yang hampir kecoret. Mungkin ini bisa jadi kesalahan berjamaah ketika ada peneliti sedang meneliti naskah tersebut dan bilang bahwa Megantrophus lah yang menemukan formula tinta pulpent Pilot. Gue sama Fika lari ke naskah lain sambil bercandaan.

Gue bercanda terus sama Fika ketawa sana-sini, jalan sana-sini gue ikutin Fika kemana dia pergi, fika ke ruang naskah gue ikutin, fika ke ruang potret kuno gue ikutin, fika kekamar mandi gue ikutin gue digamparin dan gue dikremasi.

Kita udah selesai begitu juga eventnya, dan tugas kami cuman tinggal ngerapiin semua catetan-catetan kita. Gue mau ngerapiin catetan-catetan gue dulu baru milik Fika, tadi Fika udah sewot catetannya suruh ngerapiin gue juga. Rencananya mau gue rapiin di ruang naskah tapi AC-nya terasa panas. Akhirnya kita memutuskan ngerapihin di loteng sambil break sebentar.

Gue sama Fika duduk di bawah pohon yang menjulang dari bawah, yang meneduhkan kita berdua di atas loteng. Dengan menitipkan badan panas kita dibawah rimbunnya pohon. Gue duduk dengan posisi bersila sambil menata kertas-kertas catetan dan Fika sendiri duduk di depan gue sambil mainin bolpen. Ditemani angin dan panasnya udara siang itu Fika berdialog.

"Is kenapa ya tiap gue ngeliat lo kok ada yang beda?" sambil menatap langit biru. Sesekali mandang gue yang lagi sibuk ngurutin satu persatu halaman.

"Beda gimana fik?" gue masih sibuk menata halaman. Tanpa memandang ke mata Fika.

"Ya beda aja gitu," Fika mulai ngeliatin gue lagi.

"Oh, jadi gini Fik sebenarnya gue ini hasil dari persilangan gajah Persia sama musang Mongolia, jadi badan gue gede tapi otak gue sebesar bola karet." gue mulai berhenti sebentar sambil melihat anggunnya mata Fika. Lalu gue kembali lagi menata kertas-kertas kampret yang harus gue urutin tanpa halaman.

Intimidasi & Kegoblokan eps : "FIKA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang