First Night

633 11 0
                                    

Namaku Ahn Hana, umurku dua-puluh tahun, dan aku sudah memiliki seorang kekasih.

"Kau yakin dengan hal ini, Hana-ya?"

Yang barusan bertanya adalah Kim Mingyu, pria yang sudah menjadi kekasihku sejak dua tahun lalu. Pria yang paling kusayangi—nomor dua setelah appa—dan seseorang yang aku akan melakukan apapun untuknya. Termasuk memberi kehormatanku.

"Aku yakin," ucapku dengan suara yang lembut di samping telinganya.

Tubuh kekar Mingyu sudah berada di atasku, namun laki-laki itu masih ragu untuk melanjutkan kegiatannya. Aku percaya keraguannya itu karena dia terlalu menyayangiku, ia tidak ingin melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak kukehendaki. Namun seperti yang kukatakan sebelumnya, jika ini untuk Kim Mingyu aku bersedia melakukan apa saja, memberikan apa saja.

"I'm yours, honey. You can do whatever you want to everything you own." Aku berbisik pelan di telinganya, meyakinkan kepadanya bahwa ia tidak perlu ragu.

Mingyu menarik sudut bibirnya, begitupun aku, tapi tak lama, karena selanjutnya pria kesayanganku itu sudah melumat bibirku mesra. Aku membalas lumatannya, pelan, namun disertai birahi yang kini mulai tidak bisa kubendung.

Kedua tanganku memeluk Mingyu,mencengkram belakang punggungnya ketika ia sudah menurunkan ciumannya yang semula di bibir ke rahangku. Remasanku di punggungnya semakin kencang lagi ketika telapak tangannya sudah berhenti di atas payudaraku, meremasnya pelan dari luar one-piece-dress yang masih membalut tubuhku.

Tangan Mingyu kini sudah berada di kerah gaunku, merobeknya tanpa ampun sehingga bagian atas tubuhku kini tinggal terbalut bra. Pada saat itu aku bahkan tidak mau memusingkan gaun kesayanganku yang robek itu, aku hanya ingin Kim Mingyu kembali menyentuh titik-titik sensitifku lagi.

Bagai mengetahui keinginanku, Mingyu kini sudah meraih braku, membuka kaitannya dan melemparkannya dengan asal ke lantai kamar hotel tempat kami menginap. Ia sempat terdiam sebentar, menikmati pemandangan payudara sintalku sebelum mengarahkan mulutnya ke putingku, menciuminya, menjilatinya, lalu melahap dan mengisapnya.

"Mhhm, mingyuya—"

Tanganku bergerak ke arah kepalanya, meremas rambutnya pelan bagai menyemangati. Isapannya di putingkupun semakin kencang. Sebelah tangannya kini juga memeras payudaraku yang bebas, memelintir putingnya hingga aku merasakan benda kecil di payudaraku itu sudah mengeras. Detik selanjutnya aku juga merasakan bagian wanitaku mengeluarkan cairan berkat birahi yang sudah semakin menanjak.

Tidak tahan lagi, aku meraih wajah Kim Mingyu, mengangkatnya agar sejajar dengan wajahku agar aku dapat melumat bibirnya nafsu. Pria itu hanya tersenyum menyadari betapa aku sudah tidak tahan lagi untuk merasakan kepunyaannya masuk ke dalam liang kenikmatanku.

"Kita belum selesai bermain-mainnya, Hana sayang."

"Tapi kita sudah sering bermain-main, aku tidak sabar. Aku ingin merasakanmu di dalamku."

Kim Mingyu hanya tertawa.

Kami berdua memang sering melakukan foreplay, tapi hari ini akan menjadi kali pertama aku merasakan penisnya di dalam vaginaku, dan aku sudah tidak sabar lagi. Maka aku merubah posisiku, berusaha mendorong tubuh Mingyu untuk berada di bawahku dan aku berada di atasnya.

Aku duduk dengan posisi vagina berada di atas penisnya yang sudah mengeras. Aku menggerakkan pinggulku maju dan mundur perlahan, melakukan permainan yang biasa ku lakukan dengannya. Namun bedanya sekarang aku sudah bergerak melepaskan celana dalamku, juga celana dalamnya. Dan sekarang aku sudah mengarahkan penisnya ke vaginaku, saking tidak sabarnya.

Lalu Mingyu mendorongku lagi, membiarkanku berada dalam posisi tiduran sementara dia sudah berada di atasku tanpa memakai celana.

"Ini akan sedikit menyakitkan, kamu tidak akan tahan berada di posisi barusan," katanya seraya membuka kausnya. Kini kami berdua sama-sama telanjang bulat. Ia memasukkan penisnya yang sudah mengeras ke dalam vaginaku pelan-pelan.

"Aaakh—"

Kedua tanganku kuletakkan di pundaknya, mencengkramnya keras sementara menahan rasa ngilu di alat kelaminku.

"Tahan, sayang," katanya. Aku mengangguk sambil menggigit bibir bagian bawah.

Mingyu mulai menggerakkan pinggulnya perlahan, membuat penisnya bergerak keluar masuk dalam vaginaku. Kakiku sudah melingkar di pinggangnya. Ia melahap bibirku dengan penuh nafsu, memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, membelitkan lidahnya dengan lidahku, sebelum menurunkan kepalanya dan menciumi leherku. Perlahan rasa sakit itu mulai hilang, bersama kenikmatan ciumannya di leherku dan remasannya di payudaraku. 

"Aaakh mhhh, sempit banget sayang, hhh," katanya, kalimatnya beberapa kali terputus karena mengambil napas. Aku hanya tersenyum sambil sesekali mendesah. Walaupun aku merasakan kenikmatan tapi rasa ngilu itu masih ada, makanya aku tidak bisa banyak berkata-kata dan hanya bisa mendesah sambil meremas rambutnya.

Gerakan Kim Mingyu semakin cepat, mengocok liang kenikmatanku sampai aku merasakannya berkedut.

"Mingyuya, mhhh, aku mau keluar," kataku, mataku sudah terpejam kenikmatan. Mendengar perkataanku Mingyu menggerakkan pinggulnya semakin cepat, menghantam rahimku tanpa ampun.

"Aku juga mau keluar, sayang—aaakh."

Aku merasakan cairan hangat memenuhi vaginaku, bersamaan dengan cairan hangat juga keluar dari vaginaku. Kim Mingyu memelukku erat, penisnya masih berada di dalam vaginaku. Namun ia tidak mengatakan apapun selama beberapa menit. Mungkin ia kelelalahan, pikirku pada mulanya. Namun dugaanku keliru, ia sedang mengumpulkan kekuatannya.

"Kamu masih kuat kan, sayang?"

"M-mingyu ya—andwae—aaah."

Dan begitulah, malam itu kami menghabiskan waktu bersenggama sampai pagi. Lalu setelah matahari terbit dan sarapan kami baru tidur dan bangun di sore hari dalam keadaan bingung, karena aku tidak tahu harus pakai baju apa untuk pulang—bajuku dirobek Mingyu semalam—dan malam nanti Mingyu sudah berjanji akan bertemu dengan teman-temannya untuk memperkenalkanku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 31, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Boyfriend's Bestfriend [NC 21]Where stories live. Discover now