"Key" kudengar ada yang memanggil namaku."lagi apa?" Tanyanya. "Lagi nafas" cicitku.
"Awwh, ini sakit kak Dani" keluhku dengan memegang keningku yang pasti sekarang berwarna merah.
"Makadari itu jawab yang bener kalau ditanya" belum sempat kutolehkan kepalaku pada si pelaku, tiba-tiba dia memelukku dari belakang, menaruh kepalanya dipundakku, kudengar helaan nafas di leherku.
"Sekarepmu wae mas". Bosan, 1 kata yang miliki arti dalam banyak hal yang sedang kualami saat ini, bagaimana tidak, kalau di hari minggu yang cerah ini harus berdiam diri dalam sebuah ruangan tanpa adanya HANDPHONE.
Tahun 2021 gak megang handphone, apa kata pada dunia, Yeuuu.Mau keluar tapi nggak boleh sama kak El. Sudah handphone di SITA, sekarang di PENJARA.
"kak" panggilku yang hanya dibalas dengan dehaman saja olehnya. "kak El mana?" Tanyaku dengan serius.
"Pergi" Acuhnya. Saat ini aku sedang mencoba melepas pelukan kak Dani, seharusnya pelukan itu lepas bukan malah tambah kencang seperti ini, membuatku sesak. Dengan membabi buta aku memukul tangan kak Dani, seakan mengetahuinya kak Dani melonggarkan pelukannya, membuatku bernafas lega.
"Kenapa disini, gak sibuk ?"
"Kenapa, enggak boleh seorang kakak ada di kamar adiknya?", Bukannya menjawab malah nanya balik. "Gak boleh" jawabku dengan suara sekecil mungkin. "Uang jajan di potong" astaga, mainnya potong uang jajan, kata-kata paling horor.
"Kalau gitu gak usah cium-cium dong" kujauhkan bibirnya yang menciumi pipiku ini.
"Pipimu mirip mochi. Putih, kenyel, enak digigit" Dengan berakhir katanya, langsung digigitnya pipiku. Dengan spontan aku teriak kesakitan.
"Kenapa digigit! sakit." Teriakku "kalau mau mochi ya beli, bukan gigit pipiku" ketusku sambil menghapus air liurnya yang tertinggal dipipiku.
"Jorok, tau gak? Tuh kan ada bekasnya." Gerutuku. "Jangan marah, nanti cantiknya hilang" godanya dengan menoel-noel pipiku bekas gigitannya itu.
Hap
Langsung saja kugigit tangannya yang mencolek pipiku dengan keras. Biar kak Dani tau bagaimana rasanya tubuhku digigit.
Dengan watados aku bertanya padanya seakan tidak ada yang terjadi "handphone kakak, ada dimana?" Tanyaku, dengan santai.
"Kenapa?" Masih dengan posisi yang sama, memelukku dari belakang di atas queen size milikku, dengan tetap mengeluh jarinya yang kugigit.
"Mau pinjam!" Kubalikkan tubuhku hingga kini aku berhadapan dengan dada bidangnya yang keras itu dan berbentuk kotak-kotak seperti roti sobek, lalu kuangkat kepalaku hingga mataku bertemu dengan matanya dan kukeluarkan jurus adalanku, my Puppy eyes. "Boleh, tapi ambil sendiri". Katanya dengan seringai yang terdapat diwajahnya itu.
"Dimana?" Semangatku, dengan acuh aku mengabaikan senyum aneh yang ada di wajah tampannya itu. Akhirnya aku akan mengakhiri hari tanpa handphone.
Mataku melotot mendengar kata-katanya itu "Di saku kanan celana, kamu ambil nih", dengan menunjukan bagian menonjol yang berbentuk persegi di sakunya. Okey, kamu ambil pelan-pelan aja key, dia kan kakakmu jadi gakpapa kalau kena dikit aja. Aishh.. karna kakak makanya gak boleh pegang-pegang, kenapa jadi mesum sihh, astaga, Kei. Batinku.
"Aku ambil ya kak, jangan gerak-gerak!" Titahku. Sakunya sempit karna posisinya sekarang sedang tiduran, masih dengan posisi yang sama aku mulai memasukkan tanganku kedalam saku celana kak Dani dengan hati-hati, yaampun sakunya dalem banget, handphonenya mana sih. "susah kak" keluhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brother's
Ficción GeneralJangan lupa Follow and komen 17++ ..... Apapun yg aku inginkan? akan dikabulkan. Bukan hanya mengabulkan apa yg kuinginkan, menjaga dan melindungiku adalah pioritas utama mereka, bahagia bukan? memiliki kakak seperti itu. Tapi bagaimana jika yg dima...