BAB 2: PHYTAGORAS

105 16 2
                                    

"Aku berharap akan ada seseorang yang bisa mengubah hidupku, menepis kesepian ini, dan menjadi teman ku. Aku harap dia wanita, dan cantiknya seperti Chelsea Islan."
                          ***
Pemandangan bintang jatuh semalam sangat indah, sampai aku tidak sempat pulang kerumah untuk tidur bersama keluarga. Yah yang penting keluarga ku tahu kalau yang kulakukan adalah hal yang menyangkut masa depan ku.

Thaqib Cakrawala, nama ku sendiri berarti bintang jatuh, itu terinspirasi dari paman ku yang ketika kelahiranku melihat bintang jatuh. Well sekarang sudah pukul lima lewat tiga puluh menit, aku harus segera kerumah dan mempersiapkan diri kesekolah.
                            ***
"Yusuf versi moderen telah kembali ke istana nya, di mana semua orang memujanya, di mana wanita tergila-gila padanya, di mana dia akan sangat berkuasa di tahtanya ketika di istana".

Itulah ekspetasi besar yang ku harapkan ketika ke sekolah, tapi realita tidak selalu menarik, orang-orang hanya datang ketika membutuhkan contekan ku, tidak ada yang mau berteman dengan ku. Padahal rasanya kesenangan yang ku alami ini ingin ku bagikan, tapi tidak ada yang mau. Yah mungkin itu kenapa hati ku meminta sesuatu yang jauh dari nalar ku.

Apel pagi di bawakan oleh ketua osis, yang menurutku sangat tidak cocok jadi ketua. Blablablaa hal yang dia sampaikan itu-itu saja, malas aku.
                         ***
Jam pelajaran di mulai, dari semua pelajaran, ini adalah pelajaran yang ku benci, MATE-MATIKA. Walau pun aku sang juara kelas, dan memang seorang astronom harus pandai mate-matika, tapi itu sulit bagi ku.

Malllas, hal itu serasa ingin ku teriakan. Dan yah guru matematika pun masuk, pak Bambang namanya, nama yang identik bagi seorang guru killer, dan hey, kenapa semua orang ribut ?, aku pun membalikkan badan ku yang tadinya menghadap jendela sambil menatap langit, "oh cuma siswa baru !" Seru ku, sambil kembali ke posisi semula.

"Mohon tenang !!" Teriakan pak bambang menggelegar seakan guntur datang. " siswa sekalian kita hari ini kedatangan siswa baru".

" wooowww" teriak siswa laki-lakinya, yang menandakan kalu siswa itu perempuan.

Setelah di persilahkan oleh pak bambang dia pun memperkenalkan dirinya "perkenalkan nama saya Hilmah Ashakiran".

"Nama yang bagus". Sahut ku berbisik kecil, dan tak tertarik melirik sekalipun.

"Saya pindahan dari Bandung".

"Wow Bandung !". Sahut ku dan mulai melirik.

"Saya pindah kesini karena suruhan keluarga".

"Pasti sulit dari kota harus ke desa terpencil".  Sahut ku lagi dengan Masih tetap berbisik sendiri.

"Oke Hillma silahkan duduk, di bangku kosong paling belakang sana!!". Perintah pak Bambang.

"Mohon maaf pak, tunggu dulu, masih ada satu hal yang ingin ku katakan". Sahut wanita itu.

"Yah silahkan".

"Aku menantang sang juara satu di kelas untuk tunduk terhadap saya !!".

"Huuuuuuuu" teriak siswa lain. "Deklarasi perang ini". Sahut yang lain.

Mendengar hal itu aku sebagai sang juara satu kelas merasa terhina sekaligus tertantang.

"Terima kasih pak" lalu dia pergi ke belakang.

Aku pun tidak akan membiarkan nya berlaku sombong. "Hey anak kota, jangan terlalu sombong kau, aku sebagai perwakilan anak desa terpencil terima deklarasi perang mu ! ". Sahut ku menerima deklarasi perang nya, dan membuat nya menghentikan langkahnya.

"Wow dibalas !!"  Sorakan siswa lain.

"Thaqib duduk !" Teriak pak Bambang yang membuat ku duduk kembali dan gadis itu melanjutkan jalannya.

Bintang jatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang