BAB 3: SOEKARNO, SOEHARTO, HABIBIE.

98 11 1
                                    

"Jadi, setelah peristiwa di tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh delapan, Indonesia telah memasuki era baru yaitu era Reformasi, sekaligus menggantikan era yang lama yaitu Orde baru yang di pimpin oleh pak Soeharto, ditandai dengan diangkat nya pak Habibie sebagai presiden RI yang ketiga." Kata-kataku menutup diskusi kelompok ku, dan aku yakin, tidak ada seorang pun yang akan meragukan penjelasan ku, karena aku sang orator ulung sekaligus provokator yang cakap jadi yah, aku yakin akan penjelasan ku. Tapi, kenyataan berkata lain ketika si anak kota itu yang angkat tangan, lalu di persilahkan oleh moderator dari kelompok kami untuk bertanya.

"Silahkan saudari Hilmaa, apa yang ingin anda tanyakan ?"

"Terimakasih atas kesempatan yang di berikan oleh moderator, langsung saja, siapa yang menggerakan pemuda pada tahun sembilan delapan untuk melakukan demo besar-besaran ?" Tanyanya.

"Oke kalau begitu kami langsung kembalikan kepada pemateri !"

Kupikir pertanyaan nya akan sulit, ternyata mudah saja, dan jawaban nya pun mudah, sahut ku berkata di dalam hati. "Oke kalau begitu saya akan langsung menjawab pertanyaan dari saudari Hillma, jawaban nya ialah karena mereka tergerak akan krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Hingga menyebabkan demonstrasi besar-besaran dari mahasiswa."

"Bagaimana saudari Hillma apakah masih ada yang belum jelas ?" Tanya moderator.

"Mohon maaf, maksud dari pertanyaan saya adalah, siapa otak, atau orang yang menggerakkan mahasisawa pada saat itu untuk melakukan demonstrasi ?" Tanyanya lagi dengan nada sedikit tinggi. Tapi bel waktu berkata lain, waktu istirahat pun tiba, dimana sebagian anak merasa bahwa ini saatnya ke surganya sekolah. Kenyataan berkata lain, saat guru pkn kami menahan kami beberapa menit karena pembagian kelompok.

"Untuk memperjelas materi, saya bagi kalian beberapa kelompok, dalam satu kelompok terdiri atas dua orang, satu putra dan satu putri, tugasnya ialah membandingkan menurut kalian pada masa pemerintahan apa yang terbaik menurut kalian, apakah Orde Lama, Orde Baru, atukah Reformasi. Jadi saya langsung bagi saja !".

Dia pun mulai membagi, satu persatu nama di sebutkan hingga sampai lah namaku, "Thaqib Cakrawala berkelompok dengan, Hillma Ashakiran."

"APA ??" Teriak aku dan Hillma serentak.

"Dari semua orang kenapa harus medusa yang menjadi kelompok ku pak ?" Teriak ku tidak setuju.

"Yah benar, aku tidak akan bisa mengembangkan pikiranku jika bersama dengan makhluk goa itu !" Sanggahnya sambil menghina, tapi tidak berteriak sepertiku.
Dan guru itu tampaknya tidak memperdulikan protes kami, memang sudah sekitar sebulan dia bersekolah di sini, tapi kami seperti anjing dan kucing, selalu bersaing di setiap peajaran, dan memperdebatkan apapun, dan total 3 kekalahan, dan 2 kali seri yang kudapatkan darinya, sialnya, aku tidak pernah menang. Terlebih sekarang saya harus bekerja sama dengan nya, seakan jatuh ketiban tangga.

Guru PKN itu pun keluar dan tidak mengubah apapun, sial aku harus berkelompok dengan nya. Aku mencoba melihatnya, dan dia menatapku dengan tajam, dan menunjukan muka ke tidak puasan darinya padaku.
***
Sampai dirumah, aku masih memikirkan apa yang harus kulakukan dengan manusia seperti dia, sampai panggilan nenekku membangunkanku dari lamunan ku.

Bintang jatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang