kisah lama

19 2 1
                                    

OS
Genre: mystery–horror
Karya: redlotus11

Jam tanganmu sudah menunjukkan pukul 23.45 saat untuk kesekian kalinya kamu melirik tangan kirimu hanya untuk sekedar mencari tahu waktu sekarang.

Sebulan yang lalu, hal ini yang kamu nantikan dengan antusiasme yang sangat tinggi. Namun sekarang, saat hal yang kamu tunggu sudah berada di hadapanmu kamu justru ingin kembali ke langkah awalmu sebelum menuju keadaan ini.

"Ilham, kita kembali saja ya ke ruangan panitia." Rengekmu kepada laki-laki yang seangkatan denganmu.

"Mana bisa kembali! Kita belum menyelesaikan tugas kita sekarang, yang ada kita malah kena omel oleh seluruh panitia karena kelalaian kita." Ilham tak mendengarkan rengekanmu yang dia pedulikan hanya bagaimana cara menyelesaikan tugas ini dengan cepat dan kembali tanpa harus mendengar ocehan dari para panitia senior.

Satu persatu anak tangga yang menuju ke lantai 3 kamu jejaki dengan perlahan. Penerangan yang minim membuat isi otakmu terus berimajinasi dengan hal yang tidak - tidak, ditambah lagi cuaca yang sedang memburuk, angin berhembus dengan pelan namun seperti menusuk ke dalam kulitmu dan juga menambah suasana mencekam di area sekolahmu.

Kriekk.. Kriekk..

Dengan gerakan reflek kalian berdua langsung berbalik mencari asal suara itu.

"Kamu dengar suara itu?" Tanya mu dengan panik seraya menarik jas almamater yang digunakan oleh Ilham.

"Iya aku dengar suara itu."

"Lebih baik kita kembali ke ruang panitia sekarang. Lagipula kita bisa mengerjakannya besok pagi." Bujuk mu.

"Lebih cepat lebih baik. Kalau kamu nggak mau, ya sudah biar aku yang mengerjakan sendiri dan kamu kembali ke ruang panitia sekarang sendiri." Bentak Ilham kepadamu sambil menghempaskan tanganmu yang sedang memegang lengan jasnya.

Otakmu terus berpikir keras untuk mencari jalan keluar. Apakah kamu harus meninggalkan Ilham sendiri atau ikut dengannya? Kedua pilihan itu bagai makan buah simalakama, resiko keduanya sama saja. Kamu pasti akan tetap merasakan suasana ini.

Keringatmu masih terus mengalir deras di pelipismu, bukan karena kegerahan. Namun, karena rasa takut yang amat besar sedang menguasai dirimu.

Sekelebat bayangin hitam melesat debgan cepat di hadapanmu dan Ilham. Ilham yang juga melihat kejadian itu langsung memundurkan langkahnya. Kamu semakin merapatkan tubuhmu ke sisi kiri Ilham.

Kalian berdua terpaku di tempat, seakan ada sesuatu hal yang menahan kaki kalian berdua saat kalian ingjn beranjak dari tempat itu. Ilham yang semulanya tenang dan merasa tidak takut, sekarang mulai menunjukkan rasa panik yang amat besar.

Lampu yang berada di lorong tiba - tiba redup, rasanya kamu ingin berteriak dengan kencang memanggil panitia yang lain untuk menelong kalian berdua. Namun sayangnya, itu semua tidak bisa terjadi. Suara mu seakan tercekat dan menghilang.

Genggaman tanganmu semakin erat.

"Hikss... Hikss..." Suara tangisan seorang wanita terdengar dari ujung lorong membuat kalian berdua terhenyak.

"Ham, kamu denger suara itu?" Tanya mu dengan nada yang bergetar.

"Iya aku dengar. Suara itu berasal dari ujung lorong." Ucap Ilham terdengar tenang namun penuh dengan sarat kewaspadaan. "Siapa disana?" Ilham berteriak dengan kencangnya, namun dia hanya mendapat keheningan disana.

"Hikss... Hikss... Tolong aku." Suara tangisan itu terdengar sangat jelas. Semua bulu kudukmu meremang karena mendengar suara itu.

"Siapa kamu?" Tanyamu setelah menemukan kembali suaramu yang sempat hilang tak tahu kemana.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang