03 'Cogan Newcomer

128 100 95
                                    

Aku telah kembali dan hati ini sepertinya masih memprioritaskanmu.

-Arzeno Fasha William-


Jakarta, 29 Januari 2018
05.00 WIB

Hawa embun pagi yang terasa seperti wangi bunga melati ini membangunkan setiap orang yang tersadar akan aromanya.

Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun yang baru sepekan lalu merayakan ulang tahunnya di Jerman harus berada di lingkungan tempatnya dulu ia lahir.

Jakarta, Indonesia.

Tempat ia dibesarkan sampai harus memberesi barangnya untuk pindah keluar negeri hanya untuk memenuhi permintaan orang tuanya.

KRING KRING KRING...

Klik. Bunyi tanda alarm sudah dimatikan.

"Hoaammm,"

Sepertinya orang ini hanya baru tidur beberapa jam saja. Lihat saja, dirinya seperti beruang hibernasi yang sangat mengantuk. Bahkan matanya belum terbuka.

Dret tanda pintu dibuka.

"Si dugong masang alarm ngga kira-kira," ucap seorang kakak yang berusia satu tahun diatas adiknya yang masih memejamkan matanya ini.

"Woy, bangun woy shalat dulu sono!" suruh kakaknya sambil menggoyang-goyangkan tubuh adiknya yang belum juga terbangun.

"Bentar gue ngantuk banget sumpah. Gue baru bisa tidur dari jam dua malam." jawab adiknya masih memejamkan matanya.

"Eh, shalat tuh ngga boleh ditunda-tunda. Shalat lah sebelum dishalatkan," ceramah kakaknya yang membuat adiknya langsung membuka matanya seketika.

"Idih! amit-amit ya dosa gue masih banyak jangan dulu lah," ucap adiknya sambil berusaha duduk.

"Yaudah, cepetan mandi terus shalat. Hari ini lo berangkat bareng gue dulu ya. Soalnya kan lo belum hafal jalannya nanti kalo udah nyasar males gue nyariin makhluk kaya lo." jawab kakaknya panjang lebar.

"Yee, sarap ae lu kutil kuda!" ucap adiknya sambil berjalan kearah kamar mandi.

Kalian tahu mengapa dia pulang lagi ke negara ini? Mengapa tidak di Jerman saja? Sepertinya semua akan terjawab disini.

⛄⛄⛄

"Pagi!" sapa seorang anak laki-laki yang menghampiri meja makan dimana terdapat opa-nya dan kakaknya.

"Pagi!" jawab opa dan kakaknya bersamaan.

"Gimana? Kamu sudah siap bertemu dengannya?" tanya opa sambil memakan sarapannya.

"Pasti siap lah. Kan udah kangen berat tuh. Ululu yang bentar lagi ketemu sama belahan jiwa," kakaknya yang malah menjawab.

"Yang ditanya gue kenapa yang ngerocos elo?" judes adiknya sambil mengambil susu dihadapannya.

"Sudah! kalian ini. Opa hanya ingin kamu menjelaskan alasan yang jujur kepadanya ketika bertemu nanti.  Minta maaflah kepadanya selama kamu meninggalkannya," nasihat Opanya membuat dia berhenti meminum susunya.

"Tapi ini bukan salah aku semua kan? Kan papa sama mama yang egois. Kenapa sekarang aku yang kena sialnya?" ucapnya lantang.

Dia mencengkram kuat gelas susunya karena menahan amarahnya yang sulit ia kendalikan.

"Jangan berkata begitu. Papa dan mamamu hanya ingin membahagiakan kalian saja. Jika mereka sukses kalian juga kan yang menikmatinya?" kata opa yang sukses membuat amarahnya naik.

HOCH - the tall couplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang