Awal Masuk Sekolah Baru

108 7 4
                                    

Pagi yang cerah ini adalah hari dimana Danisa masuk sekolah. Danisa pindahan dari Palembang, orang tuanya pindah kerja sehingga harus pindah rumah dan sekolah. SMP Ksatria, sekolah Danisa saat ini. Memang sih dilihat dari nama sekolahnya saja sudah membuat orang berpikiran yang tidak-tidak. Danisa masuk ke sekolah ini karena Omnya yang menyuruhnya sekolah disitu. Karena di SMP Ksatria ada anaknya, alias sepupu Danisa, Bisma.

Danisa termasuk anak yang mudah gaul, patuh kepada orang tua, dan tidak suka berbuat hal-hal yang konyol. Banyak teman, sahabat, maupun keluarga sendiri bilang Danisa anak yang lumayan pendiam, tapi kalau menurut Danisa ia bukan tipe anak yang pendiam. Dia suka bercanda, tapi kalau candaannya kelewatan dia lebih baik pergi.

Pagi inipun Danisa berangkat sekolah bersama Bisma. Bisma mengantarkan Danisa ke ruang guru, supaya Danisa masuk kelas bersama guru yang akan memulai jam pertama pelajaran di kelasnya.

Nama guru itu adalah Bu Eni, guru mata pelajaran IPA. Bu Eni masuk duluan ke kelas dan menyuruh Danisa ikut masuk ke kelas. "Perkenalkan diri kamu, Dan," Bu Eni menyuruh Danisa memperkenalkan dirinya.

"Hai. Nama gue Danisa Aurellia Putri Melati. Gue pindahan dari Palembang. Gue harap kalian semua mau nerima gue di kelas ini. Terima kasih," Danisa membungkuk sedikit sebagai tanda hormat.
Bu Eni menyuruh Danisa duduk di sebelah anak perempuan rambut hitam legam itu.

"Hai, nama gue Alvina Zhiasi Ramadhan. Senang berkenalan sama lo," sapa anak yang berambut hitam legam yang namanya Alvina.

"Hai, juga. Makasih, ya. Gue manggil lo siapa nih?" tanya Danisa.

"Temen-temen sih manggil gue Alvi. Terserah lo mau manggil gue apa, yang penting masih ada di dalam nama panjang gue. Btw, gue manggil lo Danisa aja?" tanya Alvi meyakinkan. Danisa menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.

Bel istirahatpun berdering. Danisa dan Alvi pergi ke kantin bersama. Mereka memesan makanan yang akan dimakan. Saat itu, ada seorang laki-laki menghampiri mereka. "Alvi, say. Nanti pulang sekolah gue anterin, ya" ajak laki-laki itu.

"Ok say," jawab Alvi. Laki-laki itupun pergi bersama teman-temannya. "Siapa dia, Vi?" tanya Danisa.

"Oh, itu pacar gue. Namanya Adib. Btw, lo punya pacar nggak?" jelas Alvi.

"Belum. Gue lagi males nyari pacar. Nanti juga dateng sendiri kok. Balik kelas yuk, udah bel," merekapun balik ke kelas setelah membayar makanan yang dimakan mereka.

Ketika mereka sampai di kelas, Bryan, ketua kelas Danisa dan Alvi memberitahu, jika guru pelajaran Matematikanya tidak hadir dan tidak memberikan tugas-tugas. Sontak semua murid di kelas kegirangan. Jam kosong itu, digunakan Danisa supaya lebih dekat dengan teman-teman di kelasnya. Banyak murid laki-laki berkenalan dengan Danisa, ada yang melemparkan gombalan alay, ada juga yang cuma basi-basi. Dengan sekejap Danisa sudah hampir mengenal murid-murid di kelasnya saat ini
Tetapi, ada segerombolan murid perempuan yang tidak mau berkenalan dengan Danisa. Nama gerombolan itu adalah The Chils.

"Mereka siapa, sih? Belagu banget. Emangnya mereka anak siapa? Sok-sokan kek gitu," Danisa ngedumel sendiri.

"Gosip-gosip waktu pertama masuk sekolah, katanya mereka anak orang kaya. Saking kayanya mpe kaya monyet," Lusia menjelaskan dengan bercanda.

"Bener banget tuh. Mereka anak orang kaya, tapi sayang, bodo-bodo mereka semua," Meliana menambahkan.

"Udah-udah kok malah jadinya nggosip sih. Nama mereka siapa aja?" tanya Danisa

"Yang pake kuncir biru muda itu namaya Sintiya. Trus rambut semir ijo itu, Liliana, dan ketua geng mereka itu namanya Maudy. Dulu mereka itu sukanya berantem, setelah orang tua mereka bertemu, Sintiya, Liliana, dan Maudy jadi akrab. Jadilah geng The Chils," Alvi menerangkan bagaimana jadinya gengThe Chils.

Meliana nampak seperti menahan sesuatu, akhirnya karena ia tidak kuat menahan lagi ia berbicara kepada teman-temannya itu. "Guys, anyerin gue ke kamar mandi yuk. Gue nggak kuat nahan lagi," Lusia, Alvi, dan Danisa tertawa terbahak-bahak. Meliana sangat lucu jika ia sedang menahan sesuatu.

Ketika mereka sedang menunggu Meliana, ada anak-anak laki-laki juga menuju kamar mandi. Tiga anak itu Danisa kenal, tapi yang satunya Danisa tidak kenal. Nampaknya anak itu sedang jengkel.

"Bangsat tuh guru! Seenaknya ngehukum gue. Padahal gue cuma telat 1 jam aja udah kena hukum dijemur di lapangan," anak cowok itu menceritakan kejadian yang dialaminya tadi pagi.

"Gila! Telat kok 1 jam niat sekolah nggak tuh," Danisa sedikit terkejut karena cowok itu menurutnya sedikit aneh.

"Alah biasa kali. Dia mah anaknya emang gitu, dan dia adalah teman satu kelas kita. Namanya Angga," jelas Meliana.

"Dia suka ngrokok, minum-minuman, intinya dia itu bad boy.,,," belum selesai Lusia bercerita, ada suara anak laki-laki memotong pembicaraannya.

"Lo gosipin gue ya, Lus. Jahat banget pacar sendiri di gosipin ke orang lain" Angga berdecak seperti orang keheran-heranan.

"Idih kepedean ya lo. Gue itu bukan pacar lo tau nggak? Ya suka-suka gue mau ngegosipin siapa aja. Kalo nggak suka digosipin jangan jadi bad boys," Lusia membela diri sendiri.

"Eh, ada anak baru. Temen sekelas kita nih? Kenalin nama gue Angga Pamungkas. Nama lo siapa?" pertanyaa  Angga tidak dijawab Danisa maupun oleh teman-temannya. Mereka segera meninggalkan Angga dan teman-temannya itu karena mereka sudah mulai jengkek dengan sikap Angga.

"Bocah jaman now ya, diajaki ngomong malah pergi," Zidane ikut nimbrung.

"Biasa lah orang nggak punya tata krama, udah yuk guys balik kelas. Godain anak-anak cewek yang lagi pms, kan seru tuh," ide tergilanya Rifki dan ide itupun disetujui oleh Zidane dan Angga.

The Bad Boy Is My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang