Prolog

12.2K 561 28
                                    

Marrying A Disability Man © Yue. Aoi

Genre : Romance/Drama

Pair : Sasuke.U x Sakura. H

Rate : M

Disclaimer : All of Characters in this fanfiction belongs to Masashi Kishimoto

Note : AU, Typo, OOC.

.

.

"Okaasan akan menjodohkanmu dengan laki-laki yang sesuai dengan kriteriamu."

Wanita berambut merah muda itu membelalakan matanya seketika. Ia bahkan hampir tersedak nasi yang sedang dikunyahnya. Ia begitu terkejut hingga ia mengira jika ia sedang berhalusinasi.

Ia tak pernah mengira jika perjodohan masih ada di jaman modern seperti ini. Di jaman ketika seorang wanita bisa memiliki kesempatan pendidikan dan karier yang hampir setara dengan pria, juga wanita yang bebas memilih untuk menikah atau tidak, perjodohan terdengar begitu konyol dan kuno.

"Kriteriaku? Okaa-san tahu seperti apa kriteriaku?" sahut wanita itu dengan raut wajah yang memperlihatkan keterkejutan yang tak sanggup ia sembunyikan.

"Ya ampun. Bagaimana bisa aku tidak mengetahui apa yang diinginkan putri tunggalku ini? Bukankah kau menginginkan lelaki yang kaya, tampan dan setia, Sakura?"

Sakura meringis mendengar perkataan ibunya. Di suatu masa dalam hidupnya, ketika ia masih belum cukup dewasa untuk berpikir realistis, ia memang sempat menginginkan hal seperti itu meski Ia tak pernah memberitahukan kriteria lelaki idamannya pada sang ibu. Namun ketika ia sudah cukup dewasa untuk menyadari realita, ia tak lagi menginginkan kriteria seperti itu meski ia masih tetap berharap di dalam hati kecilnya. Menurutnya hampir tidak mungkin seorang lelaki berparas tampan hanya setia pada satu pasangan, terlebih lagi jika lelaki itu memiliki banyak uang.

Uang selalu menjadi kekhawatiran Sakura sejak dulu. Ia yang tumbuh di keluarga yang termasuk kurang mampu jika dibandingkan mayoritas teman maupun saudara-saudaranya membuatnya berharap jika ia akan menjadi orang kaya suatu saat nanti. Bukan berarti ia materialistis, hanya saja ia ingin setidaknya menjalani kehidupan yang mapan dan stabil.

Namun pengalaman romansa dengan lelaki mapan atau bahkan kaya yang selalu berakhir dengan buruk membuatnya tak lagi mengharapkan lelaki yang mapan, apalagi kaya. Ia sadar jika kesetiaan dan kekayaan bagaikan minyak dan air yang tak mungkin bersatu.

"Tidak, lah. Mana ada lelaki yang setia dan kaya? Itu terdengar mustahil."

Mebuki tertawa mendengar ucapan putrinya. Sakura masih tetap sinis dan skeptis seperti biasanya, membuat Mebuki merindukan gadis kecilnya yang polos dan penuh impian lebih dari satu dekade yang lalu.

"Terdengar mustahil, kan? Tapi okaa-san benar-benar menemukan lelaki yang seperti itu, lho. Makanya okaa-san memutuskan untuk langsung mengiyakan tawaran perjodohan antara kau dan lelaki itu."

Sakura benar-benar terkejut hingga ia lupa mengatupkan mulutnya. Ia tak menyangka jika ibunya begitu polos. Pasti ada sesuatu yang salah dengan lelaki itu, misalnya lelaki itu memiliki kepribadian yang aneh dan tidak disadari oleh orang yang hanya melihatnya sekilas, atau mungkin pecinta sesama jenis, atau mungkin juga memiliki cacat fisik atau bahkan mental.

Sakura bergidik membayangkan yang terakhir. Bukan berarti ia mendiskriminasi seseorang, namun ia tak sanggup jika membayangkan harus menikahi seorang pria yang cacat, apalagi jika cacat mental. Toleransi antara sesama manusia dan pernikahan jelas merupakan dua hal yang sangat berbeda.

"T-tunggu ...." Sakura tergagap karena merasa ngeri. "Mana bisa kau memutuskan siapa suamiku begitu saja, kan? Perlu waktu bagiku untuk mempertimbangkan siapa yang akan kunikahi. Aku perlu mengetahui seperti apa kepribadiannya. Setidaknya, aku perlu tahu seperti apa wajah lelaki yang akan menjadi suamiku dan siapa namanya."

"Kau tahu keluarga Uchiha, kan? Kau akan menikahi salah satu putra di keluarga mereka. Kebetulan nyonya keluarga Uchiha adalah mantan teman sekelas okaa-san dan kami bertemu saat reuni beberapa bulan lalu. Sejak itu kami kembali akrab dan ia menyatakan keinginannya untuk menjodohkan putranya denganmu."

Sakura tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia hanya pernah mendengar beberapa kali dari obrolan rekan-rekannya, namun ia tahu jika keluarga itu merupakan keluarga konglomerat. Ia tak pernah mengira jika ia yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja akan berhubungan dengan orang dari keluarga konglomerat yang seharusnya tak terjangkau bagi orang sepertinya.

Sakura merasa agak takut. Ia pernah mendengar bermacam-macam cerita dari mendiang ayahnya mengenai bos di kantornya yang menikahi seseorang dari keluarga kaya dan berakhir dengan menjadi seseorang yang 'tak dianggap' oleh keluarga istrinya. Dan Sakura tak berharap memiliki nasib yang sama dengan bos mendiang ayahnya.

Seolah mengetahui kekhawatiran sang putri, Mebuki segera menepuk pundak Sakura, "Tenang saja. Aku yakin kau akan diperlakukan dengan baik. Lagipula calon ibu mertuamu sejak dulu menginginkan anak perempuan, dan ia pasti akan menyayangi menantu perempuannya."

Sakura tak merasa lebih tenang mendengar ucapan ibunya yang sebetulnya bukanlah sebuah kepastian, melainkan hanyalah sebuah probabilitas.

"Bagaimana kalau--"

Mebuki segera memutus ucapan Sakura, "Sudahlah. Terima saja pernikahanmu dan percayalah padaku. Lagipula aku sudah terlanjur mengiyakan. Kau akan menikah dua bulan lagi."

Sakura benar-benar terkejut. Ia segera menatap ibunya lekat-lekat dan bertanya, "Dua bulan lagi? Tolong beritahu aku, setidaknya lelaki itu normal, kan?"

Mebuki tertawa keras-keras dan menepuk-nepuk pundak putrinya. Setelah ia berhenti tertawa ia segera berkata, "Ya ampun. Kau aneh-aneh saja. Mana mungkin aku akan menjodohkanmu dengan gay?"

Setidaknya menikah dengan gay masih lebih baik menurut Sakura. Seorang gay tidak akan benar-benar terlihat dari luar, kecuali jika ia memang tertangkap bermesraan dengan sesama jenis. Sakura hanya perlu menceraikan lelaki itu beberapa bulan setelah menikah.

"Bagaimana dengan fisik dan mentalnya?"

Mebuki merasa terkejut dengan pertanyaan Sakura yang terdengar agak aneh untuk orang yang hendak menikah. Namun ia hanya tersenyum sebagai tanggapan atas pertanyaan Sakura.

"Jalani saja. Aku memilihkan yang sesuai kriteriamu. Kurasa kau juga akan menyukainya setelah bertemu dengannya nanti."

Reaksi ibunya membuat Sakura semakin ketakutan. Wanita itu seolah menutupi sesuatu dan membuat Sakura semakin yakin jika ada yang tidak beres dengan calon suaminya.

-TBC-

Marrying A Disability ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang