Symphony Number Fifteen

17.6K 2.5K 128
                                    

Demi menahan emosi agar tidak melakukan hal-hal konyol yang akan ia sesali, Miza memilih bersembunyi sementara waktu di pantry. Sebisa mungkin mencoba menyembunyikan kejengkelan betapa pun kesal dirinya. Miza menyadari mungkin itulah balasan dari perlakuannya pada Aksa kemarin.

Jelas, hubungan itu jauh dari harapan romantis Miza. Namun, apa yang bisa ia harapkan? Aksa seorang lelaki normal yang pastinya menginginkan kejelasan dari hubungan maha rumit yang tengah mereka jalani, sementara Miza masih tetap bertahan dengan keengganannya untuk kembali berkomitmen.

Di saat pikiran Miza terlalu sibuk dengan argumennya sendiri, pintu pantry terbuka. Bianca, resepsionis cantik yang berusia beberapa tahun lebih muda darinya, menghampiri Miza dan menyerahkan bungkusan makanan dari kedai kopi luar.

"Kebetulan ketemu Mbak Miza di sini. Ini, titipan dari abang Go-Jek," ujar gadis itu.

"Ini apa?" Miza bertanya bingung.

"Mbak pesan Go-Food, kan?"

"Nggak."

"Lho? Tapi di sini namanya Miza. Di kantor kita nggak ada lagi kan yang namanya Miza selain Mbak?"

Miza menerima bungkusan makanan itu kemudian membuka isi di dalamnya. Ada satu cup minuman hot chocolate serta kotak kue berisi muffin rasa blueberry. Di atas kotak kue itu, ada pesan terselip yang bertuliskan,

'Enjoy your quick breakfast. Aksa'.

Rasa kesal yang Miza rasakan perlahan menghilang dan menyisakan satu senyuman yang tak dapat ditahan. Dengan cara sederhana, Aksa telah berhasil memenangkan hatinya.

"Iya, ini kiriman buat saya," ujar Miza, sebisa mungkin menutupi pesan itu agar jangan sampai terbaca gadis di sebelahnya.

"Ciyeee... kiriman dari pacarnya ya, Mbak?"

Miza kembali tersenyum. "Ya udah, saya duluan ya, Bi."

"Okay, Mbak," balas Bianca.

Keluar dari pantry, Miza bergegas mencari pengirim makanan itu tetapi hanya meja kosong yang ia temukan ketika menghampiri kubikalnya.

Laptop yang semula tersimpan di atas meja, saat ini sudah menghilang. Begitupun dengan tas kerjanya, dan hanya menyisakan cangkir kopi yang sudah kosong.

"Pak Ayas!" teriak Miza saat melihat Ayas berjalan melewati koridor. "Pak Aksa ke mana ya, Pak?"

"Dia kan masih ada engagement sama klien yang kemaren."

Sial.

"Nggak balik lagi ke kantor?" tanya Miza lagi sembari menghampiri Ayas.

"Nggak kayaknya. Ada apa emangnya?"

"Oh, nggak ada apa-apa. Cuma ada yang perlu didiskusikan aja."

"Lo telepon aja."

"Oke, nanti saya coba telepon. Ngomong-ngomong, tadi itu ada apa, Pak? Kelihatannya orang-orang sekantor sibuk banget?"

"Lo belum tahu, Mr. Benedict mau balik ke Indonesia? Kita semua diundang ke resort-nya di Bali buat merayakan anniversary pernikahannya yang ke-25. Sekalian acara employe gathering."

"Kapan?"

"Dua minggu lagi. Sekarang, gue sama Aksa lagi ngurusin ruangannya dulu karena Si Bos minta ruangan kerjanya didekor ulang."

Mendekor ulang ruangan dengan menjadikan mantan Aksa sebagai desainer interiornya? Ide bagus. Pikir Miza.

****

Symphony of DestructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang