Agustus, tepat sepuluh tahun lalu, Menma menghilang setelah menyatukan Super Peace Busters yang kini kembali berpisah. Secercah sinar menyelisik dedaunan, tampak Jinta tengah menunduk di atas kursi taman.
"Keso... Jika saja waktu itu aku tidak..."
"Hanya saja ada satu hal. Jinta tak ingin menangis. Kurasa dia mungkin memendam emosinya. Setelah keadaanku begini."
Jika saja menma tidak menganggap serius perkataan ibu waktu itu, Jika saja ibu tidak pernah khawatir terhadapku.
"Tentu Menma akan tetap ada disini, walaupun dalam bentuk hantu, pasti ia dapat menyatukan kami kembali"
Teringat olehnya, ketika bertemu Anaru kemarin, tampak seperti larut terbawa angin. Di mana angin selalu disertai debu, yang menjadi alasan "klise"seseorang untuk terlihat marah, sedih, dan
tak bersemangat."Lihat apa yang telah kau perbuat, Menma" Jinta menggerutu.
"Baka,baka,baka!" Di arahkannya tangan untuk mencengkeram rambutnya.
Sekuat apapun alasan Jinta untuk menyalahkan orang lain, Seseorang selalu tidak dapat membohongi dirinya sendiri. Ya, itu benar. Tak bisa ia pungkiri
siapa yang membuat menma meninggal?
siapa yang menghancurkan Super Peace Busters?Dirinya.
Bahkan, bisa saja Ibu meninggal karena menaruh beban pikiran yang besar akan dirinya.
"Ah, sudahlah!Pusing tidak akan membawa hasilkan? Lagi pula bukankah Menma telah berjanji akan bereinkarnasi?"
Menma ingin lebih lama bersama teman-teman semua. Bermain bersama. Jadi aku akan bereinkarnasi dan bersama dengan kalian lagi!
Ya, walaupun Jinta tidak tau pasti apakah reinkarnasi itu benar benar ada, tapi pandangan mata Menma waktu itu tampak sangat yakin, ditengah air matanya.
Jinta mengarahkan tangannya untuk menutup muka, mengusapnya, lalu membuka lembar demi lembar bukunya, yang khusus dibuat untuk menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi sejak perpisahan mereka berdua.
Hari 3647, anggota Super Peace Busters tidak bertemu lagi di hari ini.
Jinta menulis, seperti biasa menceritakan kelompok pertemanannya.
Ia baru saja selesai menulis ketika sebuah bola sepak mendarat di atas bukunya, membuat benda itu terjatuh. Bahkan, surat terakhir dari Menma yang diselipkan di sampul depan buku terbang, tertiup angin, beruntung Jinta sempat menahannya. Kalaupun tidak, ia sepertinya tak memerlukan surat itu lagi. Walaupun sudah sepuluh tahun lamanya, isi kertas tersebut masih betah mendiami salah satu rumah di otaknya.
Aku mencintaimu Jinta, Cintaku padamu adalah cinta yang singkat dimana aku ingin menikahimu
Refleks, Jinta mengangkat kepala, melihat siapa pemilik bola tersebut, namun nihil. Tak seorang pun yang berhasil ditangkap retinanya. Seingatnya, tadi ia melihat sekilas, seorang anak kecil memakai kaos putih, celana pendek kotak-kotak, dan topi yang dipakai ala peserta upacara berwarna coklat. Ketika berusaha mengingat-ingat kembali, Jinta terkejut.
Tunggu, bukankah anak itu memegang buku Diary Menma?
Jinta juga ingat dengan bau khas yang tercium saat anak tersebut muncul di hadapannya:bau Dendelion. Bukankah itu bunga kesukaan Menma? Tapi satu hal yang sepertinya sangat Kontra dengan hal yang bergelut di pikiran Jinta: ia laki-laki. Bagaimana bisa? Apakah Menma, Reincarnation?
~Bersambung~
Happy Sunday! Pagi minggu pasti asyikkan membaca Fanfiction dari Anime yang sempat menguras air mata ini. Yap, "Anohana"
Nah, bagaimana pendapatmu tentang cerita ini? Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar, Ya! Temukan Kelanjutannya di Anohana After Story(episode 2-The second Menma?)
Sekian dari AuthorMiftahul Akbar
KAMU SEDANG MEMBACA
Anohana After Story
FanfictionBagaimana bila kamu bertemu dengan seseorang yang mengingatkan akan temanmu yang telah mati? Dia terlihat sangat jauh berbeda, bak perbandingan sang mentari dan lautan bintang di cakrawala tengah. Namun, ada satu hal yang memaksamu untuk kembali me...