"Kau begitu menyayangi Menma hingga tak dapat melupakannya. Aku pun begitu. Namun, setelah kau memberi tahu apa yang menyebabkan dia kembali ke alam baka, aku nyaris menangis. Ironis sekali. Kau menjadi hikikomori untuknya. Kau Sendirian. Karena Menma menghilang, kita bahkan nyaris tak pernah bicara lagi. Ketika dia kembali, aku yakin itu adalah awal baru yang indah untukmu. Namun harapan, tetaplah harapan, tak pernah mekar jadi kenyataan. Aku cukup senang jika Menma dapat kembali menghilang setelah kembang api itu mengembang di angkasa. Namun, tidak. Menma lebih egois dari yang kukira. Tujuan utamanya hanyalah membuat kau bersedih. Menangis. Hanya karena sebuah janji yang dibuatnya sendiri, ia tak ingin kau bahagia. Lalu jika menma benar-benar telah berenkarnasi mengapa ia tidak menyapamu? Apakah karena ia mendapatkan banyak teman baru, sehingga lupa denganmu? Jika memang benar begitu, mengapa kau tak
melupakannya saja? Bergeraklah Jinta, bak kincir angin yang menginjak rerumputan di atas bukit.""Keso..." Jinta bergumam. Menyesal memberitahukan kejadian kemarin pada Anaru yang sama sekali tidak memberikan jawaban yang diharapkan.
"Harusnya aku mencoba untuk menerka bagaimana respon Anaru tentang hal ini sebelum memutuskan untuk memberitahukannya."
Jinta menarik nafas panjang, nyaris saja menyerah untuk tidak memikirkan perkataan Anaru, saat teleponnya berdering, menandakan ada satu pesan baru: dari Yukiatsu.
"Apa kau lupa apa isi surat Menma untukmu?? Ia ingin menikahimu. Lalu, menurutmu apakah jika Menma bereinkarnasi menjadi anak laki-laki ia akan muncul di depan mu? Tidak, setidaknya sebelum menyapa kami. Karena kau tau, jika Menma adalah laki-laki kalian tidak akan memiliki hubungan lebih dari teman. Mengenai Tsuroko, aku belum memberi tahukan hal ini padanya. Namun kau tau, kurasa dia sependapat denganku, karena itulah yang sering terjadi semenjak kami menikah."
Di luar, mentari bersinar terik di lautan angkasa. Begitu panas, sehingga tak dapat di pastikan penyebab dagu Jinta basah: Apakah karena udara yang terasa panas atau hatinya yang bersuhu sama.
"Ohayou, Jinta." Jinta tak dapat menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Ia tau betul siapa pemilik suara yang telah menunggu di teras depan rumah. Poppo. Namun bukan hal itu yang membuatnya terkejut, melainkan: sudah lama rumahnya sepi, tanpa kunjungan.
Jinta nyaris terjatuh ketika berlari mengambil jaket hitamnya. Mungkin pakaian itu bisa menutupi bau badannya. Walaupun tidak, Poppo pasti tidak pernah mempermasalahkan hal itu, lagipula Poppo sudah cukup dekat dengan Jinta, untuk mengetahui kebiasaan buruknya: pemalas.
"Ohaiyo" Jinta membalas ucapan selamat pagi, setelah membuka pintu dan mempersilakan Poppo untuk masuk.
"Jinta, apakah kau tau?" Poppo mulai berkata, dengan memasang wajah berseri.
"Apa?" Jinta membalas, tampak bosan, membuat Poppo tertawa.
"Sebenarnya mengapa kau kemari? Dan soal alamatku, Anaru pasti memberitahu mu, Kan?"
"Kau selalu tepat!" Poppo berkata , tampak sangat senang, tak mempedulikan pertanyaan Jinta yang pertama. Seketika keheningan menyapa mereka, cukup lama, hingga Poppo mulai bercerita.
"Ku harap kau percaya ini. Menma..." Poppo menelan ludah, sedangkan Jinta menimbang.
Apakah aku harus menceritakan kejadian kemarin pada Poppo juga? Aku tau iya akan percaya, seperti waktu itu..
Jinta teringat saat Poppo mencari-cari, setelah tau Jinta melihat hantu Menma, tanpa keraguan yang memancar dari matanya.
"Menma bereinkarnasi." Jinta akhirnya memutuskan.
"Aku tau kau melihatnya juga." Seru Poppo, membuat Jinta tersenyum bersemangat.
Untunglah tidak hanya aku yang melihatnya. Tak salah lagi, itu benar-benar nyata, kan?
"Dia selalu bernyanyi di taman dekat persimpangan jalan, sambil menulis diary-nya. Tapi, entah mengapa ia tak pernah menyapa saat melihatku. Tersenyum pun tidak. Sehingga membuatku ragu. Bagaimana denganmu Jinta? Apakah ia berbicara denganmu?" Jinta mengganguk, kemudian cepat-cepat berbicara.
"Maksudku tidak, aku bahkan tak pernah mendengarnya bernyanyi."
Poppo tersenyum,
"Aku tau, bagaimana kalau kita buat acara reuni "Super peace busters" dekat sana, Yukiatsu dan yang lainnya pasti percaya juga kan#eh? ""Entahlah, aku belum pernah membicarakan hal ini pada mereka. Mungkin nanti kau saja yang ceritakan" Jinta berbohong, tak mau membuat Poppo kehilangan semangatnya, sehingga pikirannya teralihkan dari hal yang bergelut di benaknya sedari tadi.
Apa Poppo bilang Menma bernyanyi? Dan menulis Diary? Aku mau tau bagaimana tanggapan orang-orang, melihat anak laki-laki menulis diary.
"Poppo, bagaimana wajah orang tersebut sehingga kau yakin itu adalah Menma yang bereinkarnasi?" Jinta menunggu jawaban dengan cemas.
"Bagaimana ya? Aku sulit mengatakannya:mungkin ia cantik, atau lucu ya?" Poppo tertawa.
Cantik?
Sebelumnya Author mau minta maaf atas keterlambatan pembaruan cerita.
Nah, bagaimana ceritanya? Berikan saran&kritik mu dikolom komentar ya, jangan lupa klik bintang(jangan 2 kali, lo, ntar balik kosong lagi#hehehe) Ok, salam semangat dari Author.
Miftahul Akbar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anohana After Story
FanfictionBagaimana bila kamu bertemu dengan seseorang yang mengingatkan akan temanmu yang telah mati? Dia terlihat sangat jauh berbeda, bak perbandingan sang mentari dan lautan bintang di cakrawala tengah. Namun, ada satu hal yang memaksamu untuk kembali me...