大切な人へ

12 0 0
                                    

"...to the precious one."

{ Ciel Dunoir & Viona Springwood }

Ciel Leblanc. ...tidak, sekarang Ciel Dunoir. Laki-laki itu bagai gemuruh takdir yang datang menerpa Viona Springwood—gadis sebelas tahun yang tidak ingin mengeksplorasi dirinya sendiri, dipertemukan dengan seorang laki-laki yang begitu ajaib.

Sampai detik ini pun, Ciel masihlah seseorang yang ajaib baginya. Setiap pertemuan, setiap detik waktu yang ia gunakan untuk memikirkannya, adalah hal ajaib yang akan membuatnya bertanya-tanya. Terlalu ajaib hingga Viona tidak pernah berpikir bahwa ia dipertemukan dengan Ciel melalui sebuah kebohongan—kebohongan yang menjadikan Ciel adalah seseorang yang kini sangat berarti baginya.

Ia selalu tersentuh oleh kalimat-kalimat baik yang diutarakan oleh Ciel. Tapi tidak jarang juga Ciel mengucapkan sesuatu yang bisa membuatnya sebal. Terutama soal Quidditch. Ciel selalu berpikir bahwa dirinya bisa mengatasi kesulitan-kesulitan dalam Quidditch yang mana bisa menariknya ke dalam situasi berbahaya. Sedangkan Viona, ia akan terlihat mempunyai posisi seperti Ibu Ciel sendiri—seseorang yang selalu mengkhawatirkannya baik ketika ada waktu kapan ia bisa menonton pertandingan, maupun saat pertandingan itu dilaksanakan bertepatan dengan jadwal penyembuhan pasien di St. Mungo berlangsung.

Mengenyampingkan hal-hal berbahaya yang hampir sering diremehkan, Viona selalu mendapati bahwa Ciel adalah sosok yang amat dikagumi olehnya. Meskipun Ciel tidak begitu berbakat dalam materi-materi sihir yang pernah mereka pelajari, ternyata Ciel begitu menonjol di bidang Quidditch. Hingga pernah menjadi kapten yang bisa membimbing teman-teman di timnya sendiri. Pribadi Ciel menyenangkan. Banyak orang senang berteman dengannya. Ciel bisa menjadi matahari di sekitar orang-orang yang mengelilinginya, tidak terkecuali Viona. Ciel peduli pada teman, saudara-saudaranya, dan tentu saja Viona, lagi.

Semula, kekagumannya ini hanya sebatas kekaguman kepada seorang teman. Tapi setelah ia melihat lagi ke belakang, ia punya alasan, mengapa ia bisa melabuhkan hati pada pembohong di masa kecilnya itu.

Ciel sudah banyak berkorban untuknya. Ia akhirnya sadar, bahwa rasa malu yang selalu disembunyikannya tidak setara dengan apa yang sudah pernah Ciel korbankan demi dirinya. Ia tidak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi Ciel yang mengungkapkan kebenaran setelah setahun lebih berbohong tentang identitasnya. Namanya yang diteriakkan dengan lantang setelah sebuah gol dicetak oleh Ciel—tak pernah terbayangkan olehnya, bagaimana jika ia yang melakukan itu di sana, ditertawakan dan menjadi pusat perhatian orang lain yang menyaksikan pertandingan. Tak terbayang juga olehnya, berapa keberanian yang Ciel miliki untuk mengajak seseorang yang disukainya berdansa. Berapa pula kekecewaan yang dimiliki saat gadis yang diajaknya malah pergi dari sana usai berdansa. Meluangkan waktu dari pekerjaan bagi Viona adalah hal yang hampir mustahil, tapi ia tidak pernah mengerti bagaimana Ciel selalu bisa menyempatkan diri untuk menembus cuaca panas, atau angin yang berhembus kencang, atau salju dan hujan yang turun menerpa puncak kepalanya—hanya untuk bertemu dengannya di tempat di mana ia bekerja.

Dan hal terpenting yang sebenarnya hampir membuat ia menangis dan merutuki diri sendiri adalah—pengorbanan Ciel yang begitu besar untuknya, hingga nama Leblanc tak lagi tersemat pada jejeran nama panjang yang Ciel miliki. Hingga Dunoir sempat terasa sangat memilukan, bahkan baginya yang bukan seorang pemegang status darah murni.

Kendati semua itu telah terjadi, ia tidak ingin merutuki diri sendiri terlalu lama. Bahkan, ia sebenarnya tidak boleh merutuki dirinya sendiri. Bukan salahnya jika Ciel mencintainya, dan bukan salah Ciel jika Viona juga mencintainya. Ia percaya pada Ciel. Ia percaya bahwa perasaan Ciel padanya begitu nyata dan besar. Ia percaya bahwa hal-hal yang menggoyahkan hubungan mereka berdua hanyalah cobaan yang harus mereka lewati sebagai bukti bahwa mereka adalah takdir satu sama lain.

Ia selalu bersyukur, bahwa Ciel hadir di hidupnya. Kebohongan yang pernah dilakukan oleh Ciel tidak berarti apa-apa kecuali bahwa kejadian itu lah yang membuka mata dan hati Viona.

Ia bersyukur, Ciel terlahir ke dunia.

Ciel selalu memberikan sesuatu di hari ulang tahunnya. Begitu pula dirinya, yang selalu berusaha membuat sesuatu agar bisa dipakai oleh Ciel, agar bisa selalu diingat, dan agar bisa terus bermanfaat bagi Ciel.

Selalu, selalu seperti itu setiap tahunnya. Bahkan ketika keduanya sudah tak lagi tinggal di tempat yang berbeda. Bahkan ketika keduanya sudah terikat lebih serius dan saling menyematkan cincin di jari manis masing-masing. Bahkan ketika keduanya sudah tak lagi tidur di ranjang yang terpisah.

Seperti suatu hari di mana Ciel tak terjaga pada tanggal sepuluh Agustus lewat pukul nol nol. Ia hanya ikut terlelap di samping Ciel. Dengan tenang, dan damai, sampai hari esok membangunkannya tiba-tiba. Dengan Ciel yang masih terlelap. Ia mempersiapkan semuanya. Segala sesuatu yang Ciel suka. Segala sesuatu yang bisa membuat Ciel merasa bahagia, mulai sepuluh Agustus tahun ini dan seterusnya. Lalu ketika segala persiapan telah selesai, ia akan kembali masuk ke dalam selimut, menatap Ciel dekat-dekat sambil terkikih pelan, menunggu Ciel terjaga dari tidurnya. Dan saat kelopak mata Ciel terbuka, Viona akan segera menyaksikan iris biru cemerlang Ciel yang tidak pernah gagal membuatnya terpesona. Salah satu hal yang selalu membuat Viona jatuh cinta setiap hari pada Ciel. Perasaannya hari itu amat meluap-luap, karena hari ini adalah hari kapan Ciel dilahirkan, hari yang terasa spesial. Maka setelah Ciel membuka matanya dan mengatakan 'selamat pagi' padanya, ia menyapa Ciel dengan sebuah kecupan di bibir, senyuman hangat, dan ucapan sederhana.

"Selamat pagi, dan selamat ulang tahun, pemalas."

Hari ulang tahun Ciel, hari kebahagiaan Ciel, hari istimewa bagi Ciel, akan menjadi hari kebahagiaan dan hari istimewa pula untuknya. Viona tidak akan berhenti membalas pengorbanan-pengorbanan Ciel di masa lampau untuknya. Walau pengorbanan itu mungkin sudah terbayar sekalipun, ia akan selalu berada di sisi Ciel, melimpahinya dengan kasih sayang. Mencintai dan menerima baik buruk Ciel. Menjaga Ciel, melindungi satu sama lain.

Karena sampai detik ini, Ciel pun tak henti-hentinya, memberikan keajaiban yang berharga bagi hidupnya.

---

@ AniHogwarts

Viona Springwood (c) saya

Ciel Dunoir (c) bake2x

RP FicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang