Memang benar kata orang, pandangan pertama mampu membuat kita senyum-senyum sendiri layaknya sedang kasmaran
-Alesha Afsheen Myesha-
Perempuan itu sedang mengikat rambutnya didepan cermin lalu memoles bedak dan juga lipstik berwarna merah gelap di bibir nya ketika ponsel yabg berada di atas nakas bunyi menandakan sang sopir taxi online telah sampai didepan rumahnya.
Memandangi wajahnya sekali lagi dicermin serta mengangkat dagunya dengan sombong dan berkata "lo gak pernah jelek" ucapnya diikuti kekehan berikutnya.
Menuruni tangga dan menuju pintu lalu membuka gerbang serta melangkah masuk kedalam mobil yang sejak 3 menit lalu berada di depan rumahnya.
"Sesuai aplikasi ya neng" ucap sang sopir.
"Iya pak" jawabnya dengan senyum menghiasi wajahnya.
Tak butuh waktu lama untuk sampai ditempat yang dituju karena jalanan hari ini cukup ramai dan tidak menyebabkan kemacetan.
Setelah membayar argo, Aleesha lantas memasuki gedung tersebut.
Berjalan melewati taman disisi kanan dan kiri koridor dengan wajah dihiasi senyum ketika menjawab sapaan dari orang-orang.
Menaiki tangga dan masuk melalui pintu utama gedung dan berjalan disepanjang koridor untuk menuju ruangan rektor.
Yaa Aleesha sedang disebuah Universitas ternama.
Aleesha nampak bingung karena tak ada petunjuk mengenai dimana letak ruangan rektor.
"Mmmm permisi" ucap Aleesha kepada salah seorang mahasiswa yang lewat didepannya sesaat sebelum ia menolehkan kepala untuk melihat diapa yang ia ingin tanyai.
"Yaa?" Jawab pria itu dengan melepas headshet yang sedang ia pakai.
Aleesha diam menatap pria itu lekat-lekat dari atas sampai bawah. Ia tersihir karena paras pria itu. Warna matanya coklat terang, putih, tinggi, alis tebal, dan rambut yang masih berantakan yang Aleesha pikir baru habis mandi karena masih basah.
"Perfecto" ucap Aleesha pelan tanpa sadar.
"Halo?" Ucap pria itu lagi seraya menggerakkan tangan didepan wajah Aleesha.
"Ehh" ucap Aleesha tersadar.
"Itu, saya mau nanya, dimana ruangan rektor?" Tanya Aleesha dengan senyum kikuk dan menggaruk leher belakang nya yang tidak gatal.
"Lo anak baru?" Tanya nya dan tak mengindahkan pertanyaan Aleesha.
"Hm iya" ucap Aleesha seraya mengangguk.
Dan pria itu hanya mengangguk menyetujui.
"Jadi? Dimana ruangan rektor nya?" Tanya Aleesha kembali.
"Ayo ikut gue, sekalian gue juga mau kesana ngasih berkas" ucap pria itu seraya berbalik dan jalan menuju ruangan rektor. Dan Aleesha mengikuti dari belakang.
Ketika asyik memainkan ponsel dijalan, Aleesha tak menyadari bahwa pria didepannya sudah berhenti, alhasil dia menabrak punggung pria itu.
"Aduh"ucap nya ketika kepala nya menabrak punggung milik pria itu "lo kalo mau berhenti bilang dong" lanjutnya seraya memegangi kepalanya.
"Ck, lo yang salah gue yang dimarahin, generasi nunduk" ucap pria itu tak terima.
Aleesha hanya bisa mendengus kesal, nyatanya memang ini kesalahan dia karena asyik bermain ponsel ketika berjalan, tak lama pintu lift terbuka dan mereka memasuki lift dan menuju ruang rektor yang berada di lantai 8.
Keadaan hening didalam lift sampai mereka keluar dari lift dan berbelok menuju ruangan rektor.
Dari kejauhan Aleesha dapat melihat plang yang tertera diatas pintu bahwa disanalah ruangan rektor berada.
"Permisi pak" ucap pria itu sesaat setelah mengetuk pintu.
"Yaa silahkan masuk" ucap suara tegas dari dalam.
Mereka pun masuk.
Yang pertama kali Aleesha pikirkan adalah bahwa lelaki yang sedang duduk dibalik meja bertuliskan nama dan jabatan itu tak banyak berubah, mungkin hanya kerutan diwajah dan rambutnya yang sedikit memutih.
"Pak saya mau ngasih berkas yang bapak minta kemarin" ucap pria itu seraya memberikan map kepada lelaki itu.
"Ohh iyaa, nanti kalo semua sudah selesai saya akan kasih tau kamu lebih lanjut" ucap lelaki yang nampaknya belum menyadari keberadaan Aleesha di samping mejanya.
"Kalau gitu saya permisi pak" ucap pria itu.
"Oh mari-mari" ucap lelaki itu dengan senyum.
Pria itu lantas berbalik dan menuju pintu setelah memandang ke arah Aleesha yang sedang menatapnya.
Setelah pria itu keluar barulah lelaki itu menyadari bahwa Aleesha tebgah berdiri menatap punggung pria itu.
"Eh Aleesha sudah sampai?" Tanya pria itu seraya berdiri
"Sudah om, sudah dari 3 hari yang lalu" ucapnya seraya menyalimi pria itu dan memeluk singkat.
"Kenapa gak ngasih tau om kalo kamu sudah sampai sejak kemarin" ucap pria itu dengan menepuk pelan bahu Aleesha.
"Aku gak mau ngerepotin om" ucap Aleesha mengikuti pria tersebut untuk duduk di bangku sebelah meja kerja nya.
"Ahahha om gak ngerasa direpotin sama kamu, malah om senanga ada kamu" ucap pria tersebut sambil terkekeh
"Jadi?" Lanjutnya
"Aku mau nerima tawaran om Hasan untuk kuliah disini." Ucap Aleesha seraya menunduk.
"Bagus, kamu bisa bebas disini, kamu jadi gak perlu mikirin apapun, semuanya om yang tanggung untuk mas depan kamu." Ucap om Hasan dengan tegas.
"I-i iya om" ucap Aleesha gugup.
Halo , maaf cerita ini saya rombak dari awal karena ada satu dan lain hal .
Jangan lupa vote dan comment .
Terimakasih , semoga suka .
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearest
Teen FictionBagaimana mungkin dia yang terlihat biasa saja tetapi mampu membuatku begitu terpukau?